Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Swasembada Pertanian dan Pangan (65) : Peran Kebijakan Fiskal.

22 Desember 2024   18:37 Diperbarui: 22 Desember 2024   18:37 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Program swasembada menjadi salah satu prioritas utama dalam pembangunan ekonomi, khususnya di negara-negara yang ingin memperkuat ketahanan nasional di sektor pangan, energi, atau bahan baku strategis. Di Indonesia, program swasembada memiliki arti penting dalam upaya mewujudkan kemandirian ekonomi dan mengurangi ketergantungan pada impor. Dalam mendukung program ini, kebijakan fiskal memainkan peran strategis sebagai instrumen pemerintah untuk menciptakan kondisi ekonomi yang kondusif.

1. Pendanaan Infrastruktur dan Teknologi

Kebijakan fiskal dapat digunakan untuk mendukung pembangunan infrastruktur yang mendukung swasembada, seperti irigasi untuk sektor pertanian, jaringan distribusi energi, dan pusat riset teknologi. Melalui alokasi anggaran belanja negara, pemerintah dapat membiayai proyek strategis yang meningkatkan produktivitas domestik. Misalnya, anggaran subsidi pupuk dan pembangunan bendungan di Indonesia adalah contoh nyata peran kebijakan fiskal dalam mendukung swasembada pangan.

Selain itu, pengalokasian dana untuk riset dan pengembangan (R&D) juga menjadi faktor kunci. Teknologi modern diperlukan untuk meningkatkan hasil produksi dan efisiensi di sektor-sektor strategis. Kebijakan fiskal dapat diarahkan untuk memberikan insentif bagi perusahaan yang berinvestasi dalam pengembangan teknologi swasembada.

2. Insentif Pajak untuk Produsen Domestik

Kebijakan fiskal juga dapat memberikan insentif pajak kepada produsen lokal yang berkontribusi pada program swasembada. Pengurangan pajak penghasilan (PPh) atau pemberian tax holiday bagi sektor-sektor tertentu dapat meningkatkan daya saing produk domestik di pasar lokal maupun internasional.

Misalnya, sektor pertanian sering kali membutuhkan peralatan modern yang mahal. Dengan memberikan insentif berupa pengurangan PPN untuk alat-alat tersebut, pemerintah dapat mendorong petani untuk menggunakan teknologi yang lebih efisien. Hal ini juga berlaku untuk sektor energi terbarukan, seperti panel surya dan turbin angin, yang mendukung program swasembada energi.

3. Subsidi yang Tepat Sasaran

Subsidi merupakan salah satu bentuk intervensi kebijakan fiskal yang sering digunakan untuk mencapai tujuan swasembada. Namun, agar efektif, subsidi harus dirancang dengan tepat sasaran. Contohnya, subsidi pupuk harus diberikan langsung kepada petani kecil yang benar-benar membutuhkan, bukan kepada distributor atau pihak lain yang dapat menyalahgunakan bantuan tersebut.

Subsidi yang tepat sasaran juga dapat mengurangi beban produksi dan meningkatkan efisiensi. Dalam konteks swasembada energi, subsidi dapat diberikan kepada pengembang proyek energi terbarukan yang menggunakan sumber daya lokal.

4. Penguatan Kapasitas SDM

Kebijakan fiskal juga dapat diarahkan untuk mendukung pelatihan dan pengembangan kapasitas sumber daya manusia (SDM) di sektor-sektor kunci. Melalui alokasi dana pendidikan dan pelatihan, pemerintah dapat memastikan bahwa masyarakat memiliki keterampilan yang relevan untuk mendukung program swasembada.

Sebagai contoh, untuk mendukung swasembada pangan, pelatihan tentang pertanian berkelanjutan, manajemen rantai pasok, dan penggunaan teknologi modern harus difokuskan pada petani dan tenaga kerja di sektor agribisnis.

5. Stabilitas Makroekonomi

Kebijakan fiskal yang efektif juga membantu menciptakan stabilitas makroekonomi, yang sangat penting bagi keberhasilan program swasembada. Defisit anggaran yang terkendali, pengelolaan utang yang hati-hati, dan kebijakan pengeluaran yang berkelanjutan dapat memberikan kepercayaan kepada investor dan pelaku usaha domestik.

Stabilitas ini penting untuk menarik investasi di sektor-sektor strategis. Misalnya, swasembada energi membutuhkan investasi jangka panjang yang hanya mungkin tercapai jika kondisi ekonomi nasional stabil dan prediktabel.

6. Perlindungan Produk Domestik

Melalui kebijakan fiskal, pemerintah juga dapat melindungi produk domestik dari persaingan tidak sehat dengan barang impor. Kebijakan seperti bea masuk yang tinggi pada produk impor tertentu atau pemberian insentif kepada industri dalam negeri dapat mendorong penggunaan barang lokal.

Dalam konteks swasembada pangan, misalnya, pemerintah dapat mengatur tarif impor untuk beras atau gandum sehingga produk lokal menjadi lebih kompetitif di pasar.

Kebijakan fiskal memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung program swasembada. Melalui berbagai instrumen seperti alokasi anggaran, insentif pajak, subsidi, dan perlindungan produk domestik, pemerintah dapat menciptakan ekosistem yang mendukung kemandirian ekonomi nasional. Namun, keberhasilan kebijakan ini juga sangat tergantung pada implementasi yang tepat sasaran, pengawasan yang ketat, dan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan. Dengan kebijakan fiskal yang terarah, Indonesia dapat mewujudkan kemandirian ekonomi di berbagai sektor strategis dan memperkuat ketahanan nasional.

Beberapa Pengalaman

Kebijakan fiskal memiliki peran strategis dalam mewujudkan program swasembada, khususnya di sektor-sektor penting seperti pangan, energi, dan bahan baku strategis. Di berbagai negara, pengalaman menunjukkan bahwa pengelolaan kebijakan fiskal yang efektif mampu mempercepat tercapainya tujuan swasembada dengan mengoptimalkan sumber daya lokal, meningkatkan efisiensi, dan meminimalkan ketergantungan pada impor. Berikut adalah beberapa pengalaman dari berbagai negara yang dapat dijadikan pembelajaran dalam mendukung program swasembada melalui kebijakan fiskal:

1. Indonesia: Subsidi untuk Swasembada Pangan

Indonesia memiliki sejarah panjang dalam upaya mencapai swasembada pangan, terutama beras. Pada era Orde Baru, pemerintah mengimplementasikan kebijakan subsidi pupuk, irigasi, dan bantuan langsung kepada petani. Kebijakan fiskal ini memungkinkan petani meningkatkan produktivitas lahan dan memperbaiki hasil panen.

Namun, pengalaman ini juga menunjukkan pentingnya desain subsidi yang tepat sasaran. Pada tahun-tahun berikutnya, subsidi yang kurang terarah sering kali menguntungkan distributor atau pihak lain, bukan petani kecil. Oleh karena itu, saat ini pemerintah lebih fokus pada subsidi berbasis teknologi, seperti alat pertanian modern dan bibit unggul, untuk memastikan efisiensi dan efektivitas kebijakan fiskal.

2. India: Dukungan Fiskal untuk Swasembada Energi

India menjadi contoh sukses dalam memanfaatkan kebijakan fiskal untuk mendorong swasembada energi. Melalui program National Solar Mission, pemerintah memberikan insentif pajak dan subsidi langsung untuk pengembangan energi terbarukan. Anggaran publik digunakan untuk membangun infrastruktur pembangkit listrik tenaga surya, serta memberikan dukungan finansial bagi perusahaan lokal yang memproduksi panel surya.

Hasilnya, India berhasil menjadi salah satu negara terdepan dalam pengembangan energi terbarukan, sekaligus mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar fosil. Pengalaman ini menunjukkan bahwa kebijakan fiskal yang berfokus pada insentif jangka panjang dapat mempercepat pencapaian swasembada di sektor strategis.

3. Tiongkok: Investasi Infrastruktur untuk Ketahanan Ekonomi

Tiongkok menggunakan kebijakan fiskal untuk mendukung swasembada di berbagai sektor melalui pembangunan infrastruktur besar-besaran. Dalam sektor pangan, misalnya, pemerintah mengalokasikan anggaran untuk pembangunan bendungan, irigasi, dan modernisasi teknologi pertanian.

Selain itu, kebijakan fiskal di Tiongkok juga melibatkan pemberian subsidi kepada petani kecil dan perusahaan lokal yang berfokus pada pengembangan teknologi agrikultur. Kombinasi antara investasi infrastruktur dan subsidi yang terarah membantu negara ini meningkatkan produksi pangan dalam negeri.

4. Brasil: Kebijakan Fiskal untuk Swasembada Pertanian

Brasil dikenal sebagai salah satu eksportir utama komoditas pertanian dunia, seperti kedelai dan jagung. Pemerintah Brasil secara aktif menggunakan kebijakan fiskal untuk mendukung sektor ini, terutama melalui insentif pajak dan pembiayaan murah bagi petani.

Brasil juga memberikan alokasi anggaran besar untuk riset dan pengembangan (R&D) di bidang pertanian, melalui institusi seperti Brazilian Agricultural Research Corporation (EMBRAPA). Investasi ini memungkinkan pengembangan teknologi unggul, seperti bibit tahan hama dan irigasi hemat air, yang mendukung swasembada dan daya saing internasional.

5. Jepang: Perlindungan Produk Domestik

Jepang memiliki kebijakan fiskal yang fokus pada perlindungan produk domestik. Dalam sektor pangan, Jepang menerapkan tarif tinggi pada produk impor, seperti beras, untuk melindungi petani lokal. Selain itu, pemerintah memberikan subsidi langsung kepada petani untuk mempertahankan produksi lokal di tengah persaingan pasar global.

Pengalaman Jepang menunjukkan bahwa kebijakan fiskal yang melindungi pasar domestik dapat mendukung swasembada, asalkan diimbangi dengan program modernisasi dan peningkatan produktivitas.

6. Uni Eropa: Kebijakan Fiskal untuk Swasembada Energi dan Lingkungan

Uni Eropa (UE) menggunakan kebijakan fiskal yang inovatif untuk mendukung swasembada energi, khususnya energi terbarukan. Melalui Green Deal, UE mengalokasikan anggaran besar untuk mendukung transisi energi. Negara-negara anggota UE memberikan subsidi untuk instalasi energi terbarukan, seperti panel surya dan turbin angin, serta mengurangi pajak pada produk yang ramah lingkungan.

Di beberapa negara, seperti Jerman dan Denmark, subsidi ini memungkinkan masyarakat dan perusahaan untuk berinvestasi pada energi terbarukan, sehingga mengurangi ketergantungan pada bahan bakar impor.

Pelajaran yang Dapat Diambil

Dari berbagai pengalaman di atas, beberapa pelajaran penting yang dapat diambil adalah:

  1. Desain Kebijakan yang Tepat Sasaran: Subsidi dan insentif harus diarahkan kepada pihak yang benar-benar membutuhkan, seperti petani kecil, produsen lokal, atau perusahaan berbasis teknologi.
  2. Dukungan pada Riset dan Inovasi: Kebijakan fiskal harus mencakup alokasi anggaran untuk pengembangan teknologi yang mendukung produktivitas dan efisiensi.
  3. Stabilitas Makroekonomi: Kebijakan fiskal yang efektif memerlukan pengelolaan anggaran yang berkelanjutan agar tidak menciptakan beban utang yang berlebihan.
  4. Kombinasi Perlindungan dan Kompetisi: Proteksi terhadap produk domestik perlu diimbangi dengan program peningkatan daya saing dan efisiensi produksi.
  5. Keberlanjutan dan Adaptabilitas: Program swasembada harus didukung oleh kebijakan fiskal yang adaptif terhadap perubahan kondisi ekonomi dan lingkungan.

Kebijakan fiskal adalah instrumen penting dalam mendukung program swasembada di berbagai sektor strategis. Pengalaman dari Indonesia, India, Tiongkok, Brasil, Jepang, dan Uni Eropa menunjukkan bahwa pendekatan yang terintegrasi antara subsidi, insentif pajak, investasi infrastruktur, dan dukungan riset dapat memberikan hasil yang optimal. Dengan mengadopsi praktik terbaik ini, negara-negara lain, termasuk Indonesia, dapat lebih efektif dalam mencapai kemandirian ekonomi yang berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun