Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Swasembada Industri Pertahanan (93): Kesiapan Indonesia di Bidang AI

18 November 2024   18:48 Diperbarui: 18 November 2024   19:00 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Di tengah kemajuan teknologi yang semakin pesat, kecerdasan buatan (AI) telah menjadi elemen vital dalam berbagai sektor, termasuk pertahanan. Negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Tiongkok, dan Rusia telah mengintegrasikan AI ke dalam strategi pertahanan mereka untuk meningkatkan efisiensi operasional dan keamanan nasional. Namun, bagaimana dengan Indonesia? Apakah Indonesia telah siap memanfaatkan teknologi ini untuk memperkuat kemandirian di sektor pertahanan?

AI dalam Pertahanan Global: Inspirasi dari Negara Lain

Untuk memahami urgensi adopsi AI dalam pertahanan Indonesia, kita dapat melihat bagaimana negara lain telah memanfaatkan teknologi ini. Amerika Serikat, misalnya, menggunakan AI untuk menganalisis data intelijen secara real-time, mengendalikan drone militer secara otonom, dan memperkuat sistem keamanan siber. Sementara itu, Tiongkok melangkah lebih jauh dengan mengembangkan swarm drone technology---sistem yang memungkinkan sekelompok drone bekerja sama untuk menyelesaikan misi militer secara efektif.

Rusia, di sisi lain, memfokuskan AI untuk meningkatkan kemampuan peralatan tempur konvensional, seperti tank dan pesawat tempur. Dengan integrasi AI, tank T-14 Armata, misalnya, mampu mendeteksi dan menghancurkan target secara otomatis tanpa intervensi manusia. Keberhasilan ini menunjukkan bahwa AI tidak hanya menciptakan efisiensi tetapi juga menjadi pembeda dalam konflik modern.

Indonesia, dengan berbagai tantangan geografis dan geopolitik, seharusnya melihat teknologi AI sebagai peluang untuk mengatasi keterbatasan sumber daya, baik manusia maupun material, di sektor pertahanan.

Kesiapan Teknologi di Indonesia: Peluang dan Hambatan

Indonesia telah menunjukkan minat pada teknologi AI, terutama melalui pendirian pusat inovasi teknologi di berbagai universitas dan lembaga penelitian. Namun, penerapan AI untuk sektor pertahanan masih menghadapi sejumlah hambatan signifikan.

  1. Keterbatasan Infrastruktur Teknologi
    Pengembangan AI membutuhkan infrastruktur yang memadai, seperti pusat data berkapasitas tinggi, jaringan internet yang stabil, dan perangkat keras canggih. Sayangnya, Indonesia masih menghadapi tantangan dalam hal pemerataan akses teknologi. Di luar wilayah perkotaan, infrastruktur digital masih jauh dari memadai, sehingga membatasi kemampuan penelitian dan pengembangan AI di berbagai daerah.
  2. Kurangnya Sumber Daya Manusia yang Kompeten
    AI adalah teknologi kompleks yang membutuhkan tenaga ahli dengan keterampilan khusus dalam pemrograman, pembelajaran mesin (machine learning), dan analisis data besar (big data). Di Indonesia, jumlah ahli AI masih terbatas, meskipun ada upaya dari pemerintah dan universitas untuk meningkatkan pendidikan dan pelatihan di bidang ini.
  3. Ketergantungan pada Teknologi Asing
    Saat ini, sebagian besar perangkat dan sistem berbasis AI yang digunakan di Indonesia berasal dari luar negeri. Ketergantungan ini tidak hanya meningkatkan biaya tetapi juga menimbulkan risiko keamanan, seperti kebocoran data atau penyusupan oleh pihak asing.

Strategi Menuju Swasembada Teknologi Pertahanan Berbasis AI

Agar Indonesia dapat mandiri dalam pengembangan teknologi AI untuk pertahanan, diperlukan pendekatan strategis yang terencana dan terukur. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:

  1. Investasi pada Penelitian dan Pengembangan Lokal
    Pemerintah perlu mengalokasikan anggaran yang lebih besar untuk penelitian dan pengembangan teknologi AI di sektor pertahanan. Kolaborasi antara lembaga penelitian, universitas, dan industri pertahanan domestik harus diperkuat untuk menciptakan ekosistem inovasi yang mendukung.
  2. Peningkatan Kompetensi Sumber Daya Manusia
    Melalui program beasiswa, pelatihan, dan kerja sama internasional, Indonesia dapat mencetak lebih banyak ahli AI. Contoh nyata adalah program pelatihan berbasis AI yang diselenggarakan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bekerja sama dengan universitas di Jepang.
  3. Pengembangan Produk Dalam Negeri
    Indonesia dapat memulai dengan mengembangkan aplikasi AI sederhana untuk pengawasan perbatasan, seperti drone yang dilengkapi kamera AI untuk mendeteksi ancaman secara otomatis. Kemudian, produk ini dapat dioptimalkan untuk aplikasi yang lebih kompleks, seperti sistem pertahanan udara otonom.
  4. Regulasi dan Kebijakan yang Mendukung
    Pemerintah perlu menciptakan regulasi yang mendukung pengembangan dan penggunaan AI untuk pertahanan. Selain itu, keamanan data harus menjadi prioritas untuk mencegah penyalahgunaan teknologi ini.

Meningkatkan Keunggulan Geopolitik Melalui AI

Indonesia memiliki posisi strategis di Asia Tenggara, menjadikannya pusat perhatian dalam dinamika geopolitik regional. Dengan menguasai teknologi AI, Indonesia dapat meningkatkan daya tawar dalam hubungan internasional, sekaligus memperkuat posisi sebagai pemimpin regional.

Sebagai contoh, drone berbasis AI dapat digunakan untuk mengamankan wilayah maritim Indonesia yang luas dari ancaman ilegal, seperti pencurian ikan atau penyelundupan. Teknologi ini juga dapat membantu Indonesia dalam operasi penjaga perdamaian di luar negeri, sehingga meningkatkan reputasi di kancah internasional.

Konteks Lokal: Studi Kasus Keamanan Perbatasan

Keamanan perbatasan Indonesia, terutama di wilayah seperti Natuna dan Papua, sering menghadapi tantangan serius. Penggunaan AI dapat memberikan solusi konkret untuk masalah ini. Misalnya, teknologi pengenalan wajah (facial recognition) dapat diterapkan untuk memantau aktivitas di pos perbatasan, sementara algoritma AI dapat digunakan untuk memprediksi pola ancaman berdasarkan data historis.

Sebagai perbandingan, India telah menggunakan AI untuk mengawasi perbatasan yang rawan konflik dengan Pakistan, menggunakan drone dan sistem radar berbasis AI. Strategi serupa dapat diadaptasi oleh Indonesia untuk meningkatkan keamanan perbatasannya.

Menjawab Tantangan dengan Visi Jangka Panjang

Meskipun perjalanan menuju swasembada teknologi pertahanan berbasis AI masih panjang, Indonesia memiliki potensi besar untuk mencapainya. Dengan visi yang jelas, dukungan kebijakan yang kuat, dan komitmen untuk meningkatkan sumber daya manusia, Indonesia dapat menjadi salah satu pemain utama dalam teknologi pertahanan modern.

Investasi dalam AI bukan hanya tentang teknologi, tetapi juga tentang masa depan. Ini adalah upaya untuk memastikan bahwa Indonesia tidak hanya mampu bertahan dari ancaman, tetapi juga menjadi bangsa yang berdaulat dan mandiri dalam menjaga keamanannya. Dalam konteks global yang semakin kompetitif, langkah ini bukanlah pilihan, melainkan keharusan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun