Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Swasembada Industri Pertahanan (61): Swasembada Industri Kendaraan Militer

13 November 2024   14:04 Diperbarui: 13 November 2024   14:05 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Dalam konteks pertahanan nasional, kemampuan suatu negara untuk memproduksi kendaraan militer secara mandiri adalah fondasi penting bagi kedaulatan dan keamanan. Kemandirian di sektor industri pertahanan, khususnya dalam produksi kendaraan militer darat, bukan hanya soal memenuhi kebutuhan alat utama sistem persenjataan (alutsista) tetapi juga memperkuat posisi strategis Indonesia di kawasan dan dunia. Saat ini, tantangan serta peluang yang menyertai upaya swasembada industri kendaraan militer semakin relevan, seiring dengan perkembangan geopolitik dan teknologi yang terus berubah.

Urgensi Swasembada Kendaraan Militer: Mengurangi Ketergantungan Eksternal

Ketergantungan pada negara lain dalam pemenuhan kebutuhan kendaraan militer mengandung risiko besar. Ketika alutsista hanya bisa diperoleh dari luar negeri, maka ada ancaman ketergantungan yang bisa memengaruhi stabilitas keamanan dalam negeri. Negara penyedia, misalnya, dapat membatasi atau menghentikan pasokan, baik karena alasan politik, kebijakan embargo, maupun tekanan internasional. Situasi ini terjadi di berbagai negara seperti Iran yang mengalami kesulitan akibat embargo, sehingga harus mengembangkan industri militernya secara mandiri.

Jika Indonesia mampu mencapai swasembada di sektor ini, maka ketergantungan terhadap negara lain akan berkurang. Indonesia akan memiliki kemampuan yang lebih fleksibel untuk merespons berbagai ancaman yang muncul. Negara-negara seperti Turki dan Korea Selatan telah memperlihatkan bahwa investasi jangka panjang dalam industri pertahanan mereka tidak hanya meningkatkan kemandirian tetapi juga membuka peluang ekspor dan memperkuat sektor ekonomi.

Membangun Ekosistem Industri Pertahanan yang Mapan

Swasembada kendaraan militer darat memerlukan dukungan ekosistem industri yang kompleks dan beragam. Mulai dari rantai pasok logistik, riset dan pengembangan teknologi, hingga tenaga ahli di bidang manufaktur dan desain militer, semuanya menjadi elemen kunci. Indonesia telah memiliki Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seperti PT Pindad yang memproduksi kendaraan tempur dan senjata, namun perkembangan industri ini masih perlu didukung dengan riset yang mendalam dan inovasi teknologi yang terus berkembang.

Sebagai contoh, produk seperti panser Anoa yang dikembangkan oleh PT Pindad telah menunjukkan bahwa Indonesia mampu menciptakan kendaraan tempur sesuai kebutuhan. Namun, untuk mengoptimalkan swasembada, produksi harus mampu memenuhi kebutuhan taktis dan spesifik dari militer dalam menghadapi ancaman yang kian kompleks. Selain itu, pemanfaatan teknologi canggih seperti otomatisasi, sistem kendali jarak jauh, dan penggunaan bahan baku lokal perlu lebih dikembangkan agar kendaraan militer Indonesia dapat bersaing di tingkat internasional.

Pembelajaran dari Negara Lain: Turki dan Korea Selatan sebagai Inspirasi

Pengalaman negara-negara yang sukses dalam swasembada industri kendaraan militer dapat menjadi pembelajaran penting bagi Indonesia. Turki, misalnya, sejak awal tahun 2000-an telah menekankan swasembada industri pertahanan sebagai bagian dari strategi nasionalnya. Dengan mengembangkan kendaraan tempur Altay dan kendaraan lapis baja lainnya, Turki berhasil mengurangi ketergantungan pada pihak asing sekaligus meningkatkan kapabilitas pertahanannya.

Korea Selatan juga berhasil merancang tank K2 Black Panther yang tidak hanya memenuhi standar militer mereka tetapi juga dipasarkan ke negara lain, menunjukkan bahwa swasembada dapat membuka peluang ekspor. Melalui kolaborasi dengan sektor swasta, Korea Selatan mampu menciptakan kendaraan militer yang tidak hanya canggih, tetapi juga memiliki daya saing tinggi di pasar global. Hal ini bisa dijadikan inspirasi bagi Indonesia untuk lebih melibatkan pihak swasta dalam pengembangan teknologi pertahanan dan pembiayaan proyek.

Tantangan Teknologi dan Sumber Daya Manusia

Walaupun keuntungan swasembada cukup signifikan, ada tantangan yang tidak bisa diabaikan, terutama dalam hal teknologi dan sumber daya manusia (SDM). Industri kendaraan militer modern memerlukan teknologi yang sangat spesifik dan SDM yang terampil serta berpengalaman di bidang militer dan teknik. Saat ini, Indonesia masih perlu meningkatkan kapasitas riset dan pengembangan (R&D) untuk bersaing dengan negara-negara maju di sektor ini.

Di samping itu, kolaborasi dengan lembaga pendidikan dan pelatihan juga menjadi penting agar SDM di bidang ini dapat tumbuh sesuai kebutuhan industri. Beberapa universitas teknik di Indonesia sudah memiliki program studi yang berfokus pada rekayasa militer, namun peningkatan kurikulum dan praktik di lapangan masih sangat diperlukan agar bisa memenuhi standar tinggi industri pertahanan.

Keuntungan Ekonomi dari Swasembada Kendaraan Militer

Selain memperkuat pertahanan, swasembada kendaraan militer juga membawa dampak positif bagi perekonomian. Industri ini bisa menciptakan lapangan kerja baru, menggerakkan sektor industri pendukung, dan memberikan peluang ekspor. Kendaraan militer yang diproduksi oleh PT Pindad, misalnya, memiliki potensi pasar yang besar di kawasan Asia Tenggara dan Afrika. Hal ini berarti, Indonesia bukan hanya memenuhi kebutuhan dalam negeri tetapi juga bisa mengisi pasar internasional dengan produk yang memiliki kualitas dan harga bersaing.

Peluang ekonomi dari swasembada juga terkait dengan transfer teknologi. Indonesia memiliki peluang untuk mengembangkan kemampuan teknologi dalam negeri yang dapat digunakan di sektor non-militer, seperti industri otomotif sipil dan infrastruktur. Dengan demikian, pengembangan industri pertahanan tidak hanya bermanfaat untuk sektor militer tetapi juga bisa menjadi pendorong ekonomi nasional yang lebih luas.

Swasembada sebagai Pilar Kemandirian Nasional

Kemandirian di sektor kendaraan militer darat tidak hanya membawa Indonesia menuju swasembada pertahanan tetapi juga mencerminkan upaya bangsa dalam menjaga kedaulatan dan membangun ekonomi berbasis teknologi. Melalui investasi jangka panjang, pengembangan riset, serta peningkatan keterampilan SDM, swasembada kendaraan militer darat dapat dicapai secara berkelanjutan.

Dengan belajar dari negara-negara yang berhasil dalam upaya swasembada, Indonesia memiliki peluang besar untuk memperkuat pertahanannya dan berkontribusi pada stabilitas kawasan. Langkah ini bukan hanya sebuah pencapaian strategis tetapi juga merupakan simbol dari komitmen Indonesia dalam mengamankan masa depan yang lebih mandiri dan berdaulat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun