Swasembada industri pertahanan membutuhkan tenaga ahli yang kompeten dan berpengalaman. Namun, ketersediaan sumber daya manusia yang memiliki keahlian spesifik dalam teknologi pertahanan sering kali menjadi hambatan tersendiri. Risiko ini dapat diminimalisir dengan memperkuat lembaga-lembaga pendidikan yang berfokus pada teknologi militer dan keamanan nasional, serta memberikan pelatihan berkelanjutan bagi para ahli pertahanan.
Jerman menjadi contoh negara yang sukses membangun sistem pelatihan yang terintegrasi dengan kebutuhan industri pertahanannya. Dengan mengembangkan institusi pendidikan khusus yang mempersiapkan tenaga kerja sesuai kebutuhan industri pertahanan, Jerman berhasil membentuk ekosistem industri yang mandiri dan kompetitif. Indonesia dapat mengembangkan program pelatihan serupa, yang diintegrasikan dengan riset industri, sehingga lulusan memiliki kemampuan teknis yang sesuai dengan kebutuhan swasembada pertahanan nasional.
Pengelolaan Risiko Geopolitik: Diplomasi dan Diversifikasi Pasar
Risiko geopolitik adalah faktor yang tidak dapat dihindari dalam industri pertahanan. Ketergantungan pada negara tertentu atau pasar tertentu dapat membawa dampak besar saat terjadi perubahan dalam hubungan internasional. Oleh karena itu, diversifikasi hubungan ekonomi dan aliansi strategis dengan berbagai negara menjadi salah satu solusi untuk mengurangi risiko ini. Dengan memiliki pasar yang lebih luas dan kerja sama dengan banyak pihak, Indonesia bisa lebih fleksibel dalam menghadapi perubahan geopolitik yang mungkin berdampak pada rantai pasok industri pertahanan.
Turki, misalnya, melakukan diversifikasi kerja sama internasional untuk menjaga stabilitas dan keberlanjutan industri pertahanannya. Meskipun Turki memiliki kemitraan dengan NATO, negara ini juga menjalin hubungan strategis dengan negara-negara Asia dan Timur Tengah dalam upaya memperluas pasar ekspor pertahanannya. Langkah ini menjaga industri pertahanan Turki tetap tangguh, meskipun menghadapi ketegangan politik dengan beberapa mitra NATO. Indonesia bisa mengadopsi model serupa, dengan memperkuat hubungan diplomatik dan pasar di Asia Tenggara serta kawasan lainnya untuk membentuk jaringan yang mendukung stabilitas rantai pasok pertahanan.
Memperkuat Dasar Swasembada Pertahanan yang Berkelanjutan
Swasembada industri pertahanan adalah pilar penting bagi keberlanjutan dan kedaulatan nasional, namun juga memerlukan pendekatan yang hati-hati dalam mengelola berbagai risiko yang melekat. Risiko finansial, teknologi, sumber daya manusia, dan geopolitik memerlukan strategi pengelolaan yang beragam namun saling melengkapi untuk menciptakan industri pertahanan yang tangguh dan berdaya saing tinggi.
Melalui perencanaan yang tepat, investasi yang strategis, serta pengelolaan risiko yang terstruktur, Indonesia memiliki peluang untuk mewujudkan kemandirian di sektor pertahanan yang tidak hanya berdampak pada kekuatan militer, tetapi juga membawa dampak positif pada pembangunan ekonomi dan peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam negeri. Dengan demikian, upaya swasembada industri pertahanan tidak sekadar menciptakan ketahanan nasional, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia di arena internasional, membuka peluang ekspor, dan meningkatkan daya saing teknologi dalam negeri. Strategi pengelolaan risiko yang holistik dan berkelanjutan akan memastikan bahwa setiap langkah yang diambil menuju swasembada industri pertahanan membawa hasil yang bermanfaat dalam jangka panjang bagi keamanan dan kemajuan bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H