Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Swasembada Industri Pertahanan (7): Kemandirian Teknologi

2 November 2024   08:42 Diperbarui: 2 November 2024   08:42 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Perkembangan industri pertahanan di Indonesia telah memasuki fase yang menuntut kemandirian teknologi demi mencapai kesiapan dan keberlanjutan yang mandiri. Dalam dinamika keamanan global yang terus berubah, penguasaan teknologi alutsista (alat utama sistem persenjataan) tidak hanya menjadi sebuah keharusan bagi kedaulatan negara, tetapi juga peluang bagi Indonesia untuk berkembang secara ekonomi melalui peningkatan nilai tambah dalam negeri. Pengembangan sektor industri pertahanan yang tangguh dan independen memerlukan strategi yang komprehensif, yang mencakup aspek inovasi, kolaborasi global, dan pengembangan sumber daya manusia.

Tantangan Kemandirian Teknologi Alutsista di Indonesia

Indonesia menghadapi tantangan signifikan dalam pengembangan industri pertahanan, terutama dalam penguasaan teknologi. Salah satu permasalahan utama adalah ketergantungan yang tinggi pada produk luar negeri, mulai dari komponen, perangkat lunak, hingga teknologi sistem. Ketergantungan ini berpotensi melemahkan kemampuan pertahanan negara dalam situasi krisis jika rantai pasok global terganggu. Contohnya, peristiwa embargo atau larangan ekspor alutsista di masa lalu menunjukkan betapa rapuhnya ketergantungan pada teknologi asing.

Kendala lain yang signifikan adalah keterbatasan anggaran riset dan pengembangan (R&D) dalam sektor pertahanan. Untuk mampu menghasilkan teknologi canggih dan adaptif, investasi besar pada R&D diperlukan, yang tidak hanya bertujuan untuk menciptakan produk, tetapi juga mendorong kemampuan inovasi dalam jangka panjang. Tanpa investasi signifikan dalam R&D, sulit bagi Indonesia untuk mengembangkan produk alutsista yang dapat bersaing atau bahkan memenuhi standar yang dibutuhkan untuk operasi pertahanan modern.

Strategi Pengembangan Industri Pertahanan Nasional

1. Kolaborasi dan Aliansi Strategis Internasional

Untuk mempercepat proses alih teknologi, kerjasama internasional yang strategis sangat dibutuhkan. Indonesia perlu mempertimbangkan aliansi strategis dengan negara-negara yang memiliki kapabilitas teknologi pertahanan tinggi, seperti Korea Selatan, Turki, dan Brasil, yang juga memiliki pengalaman dalam mengembangkan industri pertahanan domestik mereka. Kolaborasi ini tidak hanya terbatas pada pembelian dan produksi bersama, tetapi juga harus meliputi program transfer teknologi yang memungkinkan Indonesia mempelajari dan menerapkan teknik manufaktur alutsista canggih.

Sebagai contoh, kerjasama antara Indonesia dan Korea Selatan dalam pengembangan jet tempur KFX/IFX merupakan inisiatif yang potensial dalam mendorong kemandirian teknologi alutsista. Dengan model kerjasama seperti ini, industri pertahanan Indonesia memiliki kesempatan untuk belajar dari negara mitra dan menyesuaikan teknologi tersebut dengan kebutuhan lokal. Namun, untuk memastikan keberlanjutan program transfer teknologi ini, perlu ada perjanjian yang jelas dan komprehensif mengenai hak kekayaan intelektual dan peran masing-masing pihak dalam proyek.

2. Inovasi Melalui Peningkatan Kapabilitas Riset dan Pengembangan (R&D)

Penguatan R&D dalam industri pertahanan adalah langkah krusial menuju kemandirian teknologi. Indonesia harus memiliki pusat riset yang khusus didedikasikan untuk pengembangan alutsista, dengan fokus pada teknologi yang relevan dengan tantangan geografis dan strategis negara. Selain itu, pemerintah perlu memberikan insentif bagi sektor swasta untuk turut serta dalam riset teknologi pertahanan, misalnya melalui skema pengurangan pajak atau dukungan dana penelitian.

Salah satu area R&D yang krusial adalah pengembangan teknologi radar dan komunikasi militer berbasis satelit. Teknologi ini sangat relevan bagi Indonesia yang memiliki wilayah kepulauan luas dan menuntut sistem pengawasan yang adaptif. Selain itu, R&D pada teknologi otonom, seperti drone militer dan kendaraan tak berawak, merupakan potensi masa depan yang besar mengingat kebutuhan operasi taktis di medan yang sulit diakses.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun