3. Membangun Ekosistem Industri Pertahanan Terintegrasi
Penciptaan ekosistem industri pertahanan yang terintegrasi memungkinkan adanya alur produksi yang efisien, mulai dari pengadaan bahan baku, perakitan komponen, hingga produksi akhir. Dengan adanya ekosistem yang solid, industri pertahanan domestik dapat lebih mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap pasokan luar negeri. Di beberapa negara seperti Turki dan India, ekosistem ini dikembangkan dengan melibatkan perusahaan lokal sebagai pemasok komponen utama, yang tidak hanya mempercepat produksi alutsista tetapi juga meningkatkan keterlibatan industri kecil dan menengah (IKM).
Indonesia dapat belajar dari model pengembangan ekosistem ini dengan melibatkan perusahaan lokal dalam rantai pasok komponen alutsista. Pemerintah perlu memberi perhatian lebih pada pengembangan perusahaan lokal yang memproduksi komponen kritis, seperti elektronik militer, komposit bahan untuk kendaraan lapis baja, dan amunisi. Melalui kemitraan ini, perusahaan lokal juga dapat memperoleh keuntungan ekonomi jangka panjang, meningkatkan kapasitas mereka, dan membuka lapangan pekerjaan baru.
4. Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Keahlian Khusus
Kemandirian teknologi tidak hanya bergantung pada infrastruktur dan kolaborasi, tetapi juga pada kualitas sumber daya manusia. Tenaga kerja yang memiliki keterampilan khusus dalam teknologi pertahanan dan pemahaman teknis yang mendalam merupakan faktor penentu keberhasilan industri ini. Oleh karena itu, program pendidikan yang spesifik dalam teknologi pertahanan harus diperkuat di universitas-universitas teknik dan akademi militer di Indonesia.
Program pendidikan yang menekankan pada teknik manufaktur, robotika, dan rekayasa elektronik harus disesuaikan dengan kebutuhan industri pertahanan. Selain itu, adanya kerjasama antara universitas dan perusahaan industri pertahanan memungkinkan mahasiswa untuk melakukan praktik kerja nyata, yang dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang tantangan yang dihadapi oleh industri pertahanan. Pengembangan pelatihan lanjutan dan sertifikasi teknis dalam bidang teknologi militer juga harus diperluas untuk memastikan keberlanjutan SDM berkualitas dalam sektor ini.
Manfaat Ekonomi dan Geopolitik dari Industri Pertahanan yang Mandiri
Pengembangan industri pertahanan yang mandiri memberikan manfaat besar bagi perekonomian dan posisi geopolitik Indonesia. Dalam aspek ekonomi, industri pertahanan yang kuat dapat mengurangi ketergantungan impor dan bahkan mendorong ekspor produk alutsista ke negara-negara sahabat. Dengan demikian, alutsista buatan dalam negeri berpotensi menjadi komoditas ekspor yang berharga, yang akan mendiversifikasi pendapatan negara.
Secara geopolitik, kemandirian teknologi pertahanan memperkuat posisi tawar Indonesia di kancah internasional. Negara yang mampu memproduksi alutsista sendiri memiliki otonomi dalam menentukan kebijakan pertahanan tanpa tergantung pada negara lain. Hal ini akan meningkatkan kepercayaan negara-negara sahabat serta membuka peluang untuk membangun aliansi strategis yang menguntungkan.
Tantangan yang Perlu Diantisipasi
Namun, pengembangan kemandirian teknologi pertahanan tidak lepas dari tantangan. Persaingan global dalam industri alutsista sangat ketat, terutama dengan dominasi perusahaan-perusahaan besar dari negara maju. Selain itu, alutsista yang diproduksi harus melalui proses sertifikasi dan uji kualitas yang ketat, yang sering kali memerlukan waktu dan biaya tinggi.