Ada beberapa argumen kuat yang mendukung gagasan bahwa transisi senyap mencerminkan stabilitas politik dan sosial yang sehat.
a. Kemapanan Demokrasi
Transisi senyap bisa menunjukkan bahwa proses demokrasi telah berjalan dengan baik. Ketika tidak ada kekacauan atau konflik politik selama pergantian kekuasaan, ini adalah tanda bahwa sistem politik suatu negara cukup kuat untuk mengelola peralihan dengan damai. Pemilu yang adil dan transparan, penegakan hukum yang konsisten, serta adanya mekanisme checks and balances yang efektif, semuanya berkontribusi pada stabilitas ini. Dalam situasi ini, masyarakat tidak merasa perlu terlibat dalam demonstrasi besar-besaran karena percaya bahwa proses demokrasi bekerja sebagaimana mestinya.
b. Kepercayaan Masyarakat terhadap Pemerintahan
Stabilitas dalam transisi senyap juga bisa berarti bahwa masyarakat merasa cukup puas dengan jalannya pemerintahan, baik yang baru maupun yang sebelumnya. Mereka tidak merasakan adanya ancaman besar terhadap kepentingan mereka, sehingga tidak ada urgensi untuk memprotes atau merespon secara emosional terhadap hasil pemilu. Dalam konteks ini, stabilitas politik dapat dianggap sebagai hasil dari kepercayaan masyarakat terhadap institusi negara dan kepemimpinan politik.
c. Keberlanjutan Kebijakan
Transisi pemerintahan yang senyap sering kali terjadi ketika tidak ada perubahan dramatis dalam kebijakan yang diharapkan dari pemerintahan baru. Jika pemerintahan yang baru dipandang sebagai kelanjutan dari kepemimpinan sebelumnya, baik dalam visi maupun kebijakan, masyarakat mungkin merasa tenang dan tidak khawatir. Pergantian kepemimpinan dianggap sebagai proses administratif belaka, tanpa perubahan besar yang akan mempengaruhi kehidupan sehari-hari.
3. Transisi Senyap sebagai Tanda Apatisme
Meskipun transisi senyap sering dianggap sebagai pertanda stabilitas, tidak bisa diabaikan bahwa dalam banyak kasus, hal ini juga bisa menunjukkan apatisme masyarakat terhadap proses politik.
a. Ketidakpercayaan terhadap Proses Politik
Salah satu alasan utama apatisme adalah ketidakpercayaan masyarakat terhadap efektivitas proses politik. Banyak orang mungkin merasa bahwa siapa pun yang terpilih sebagai pemimpin, kebijakan dan kondisi sosial-ekonomi tidak akan berubah secara signifikan. Mereka merasa suara mereka tidak memiliki dampak yang nyata dalam menentukan arah pemerintahan, sehingga memilih untuk tidak peduli. Kondisi ini bisa menciptakan rasa putus asa dan ketidakpedulian di antara warga negara, di mana mereka tidak lagi terlibat dalam proses politik atau pemilu.