Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Transisi Pemerintahan : Ingar Bingar atau Sunyi Senyap?

20 Oktober 2024   09:16 Diperbarui: 20 Oktober 2024   13:29 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam transisi pemerintahan, salah satu indikator paling penting adalah bagaimana masyarakat bereaksi. Apakah rakyat merasakan euforia karena terpilihnya pemimpin baru, atau justru merasakan kekecewaan dan pesimisme? Respon masyarakat seringkali menjadi barometer suasana transisi. Euforia yang tinggi biasanya menandakan adanya harapan besar terhadap perubahan, sementara keheningan bisa mencerminkan kekecewaan atau kelelahan politik.

Di era informasi yang serba cepat seperti sekarang, media sosial berperan besar dalam menentukan apakah transisi pemerintahan akan disertai "kegaduhan" atau "kesenyapan." Jika publik ramai-ramai mengungkapkan harapan atau kekesalan mereka secara terbuka di media sosial, maka transisi bisa terasa lebih bising daripada sebelumnya. Sebaliknya, jika mayoritas masyarakat tidak terlalu antusias atau bahkan apatis terhadap pergantian kepemimpinan, transisi ini mungkin akan terasa lebih sunyi.

Apakah ini berarti bahwa "kesenyapan" merupakan tanda buruk bagi demokrasi? Tidak selalu. Dalam beberapa kasus, transisi yang tenang menunjukkan bahwa publik merasa cukup puas dengan sistem politik yang ada, atau bahwa mereka percaya presiden dan kabinet baru akan menjalankan tugasnya dengan baik tanpa perlu pengawasan ketat.

4. Faktor Sosial dan Budaya: Konflik atau Kesepakatan?

Transisi pemerintahan juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial dan budaya. Keragaman etnis, agama, dan regional di Indonesia bisa menjadi sumber ketegangan selama proses transisi jika tidak dikelola dengan baik. Di sisi lain, kabinet baru yang mampu mempromosikan inklusivitas, keberagaman, dan kesatuan bisa meredam potensi konflik dan menciptakan suasana yang lebih damai.

Pemerintahan yang baru perlu menunjukkan kepekaan terhadap isu-isu sosial, seperti kesenjangan ekonomi, ketidakadilan gender, atau marginalisasi kelompok tertentu. Jika hal ini diabaikan, transisi bisa berubah menjadi penuh dengan konflik sosial, sementara perhatian pemerintah teralihkan oleh masalah-masalah domestik.

Sebaliknya, jika presiden dan kabinet baru berhasil menunjukkan bahwa mereka peduli terhadap semua golongan, transisi bisa berlangsung dalam suasana yang lebih harmonis, tanpa riak besar di permukaan. Pemilihan anggota kabinet dari berbagai latar belakang sosial dan etnis dapat menciptakan rasa representasi yang lebih kuat di kalangan masyarakat.

5. Transisi Senyap: Apakah Ini Tanda Stabilitas atau Apatisme?

Salah satu pertanyaan yang menarik adalah, apakah transisi pemerintahan yang senyap menandakan stabilitas atau justru apatisme di kalangan masyarakat? Sebuah transisi yang damai dan tanpa banyak protes bisa menunjukkan bahwa masyarakat telah percaya pada sistem yang ada dan yakin bahwa pemerintah baru akan membawa perubahan yang positif. Namun, ini juga bisa menjadi tanda bahwa publik telah lelah dengan politik dan merasa perubahan pemerintah tidak banyak mempengaruhi kehidupan mereka sehari-hari.

Apatisme politik, terutama di kalangan generasi muda, dapat menjadi tantangan besar bagi pemerintah baru. Tanpa partisipasi aktif dari masyarakat, pemerintah mungkin menghadapi kesulitan dalam mengimplementasikan kebijakan-kebijakan reformasi yang diperlukan.

Oleh karena itu, kabinet baru perlu memastikan bahwa mereka dapat melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan, serta merespons kebutuhan dan harapan mereka dengan baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun