Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Transisi Pemerintahan : Ingar Bingar atau Sunyi Senyap?

20 Oktober 2024   09:16 Diperbarui: 20 Oktober 2024   13:29 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setiap kali transisi pemerintahan berlangsung, perhatian masyarakat dan media biasanya terarah pada perubahan yang terjadi: wajah-wajah baru di kabinet, kebijakan-kebijakan yang dirancang ulang, hingga harapan terhadap pemerintahan yang baru terpilih. Namun, tidak semua transisi berlangsung sama. Ada kalanya transisi diwarnai oleh hingar bingar politik dan protes sosial, tetapi ada juga masa-masa ketika pergantian kekuasaan berlangsung dalam suasana yang lebih sunyi, hampir tanpa gejolak.

Dalam konteks ini, apakah transisi pemerintahan Indonesia menuju periode baru akan disertai gemuruh atau berjalan senyap? Mari kita telaah lebih lanjut dari perspektif politik, ekonomi, dan sosial.

1. Dinamika Politik: Perebutan Kekuasaan atau Konsolidasi?

Transisi pemerintahan selalu menjadi momen penting dalam politik nasional, karena menandai berakhirnya era lama dan dimulainya era baru. Di negara-negara dengan sistem demokrasi yang matang, proses ini biasanya berjalan damai, mengikuti aturan konstitusi. Namun, di beberapa kasus, transisi bisa penuh ketegangan ketika pihak-pihak yang tidak puas dengan hasil pemilu berusaha menolak atau menunda pergantian kekuasaan.

Di Indonesia, transisi pemerintahan seringkali berlangsung dalam suasana yang demokratis, meski diwarnai oleh tensi politik. Pertanyaan yang muncul adalah, apakah transisi pemerintahan kali ini akan diiringi oleh kegaduhan politik? Atau sebaliknya, akankah ada konsolidasi yang damai, dengan elite politik yang menerima hasil pemilihan dan bekerja sama untuk memperkuat stabilitas negara?

Faktor-faktor seperti kondisi ekonomi, isu-isu sentral seperti korupsi, reformasi hukum, hingga perbedaan ideologi antarpartai politik, dapat mempengaruhi apakah transisi ini akan berisik atau tenang. Jika partai oposisi kuat dan suara ketidakpuasan publik meningkat, transisi bisa saja terjadi dengan penuh suara protes. Namun, jika partai pemenang berhasil merangkul lawan-lawan politik dan mengonsolidasikan dukungan publik, transisi mungkin akan berlangsung lebih damai dan senyap.

2. Perubahan Ekonomi: Harapan Baru atau Kekhawatiran?

Salah satu elemen penting dalam setiap transisi pemerintahan adalah dampaknya terhadap ekonomi. Investor, pelaku bisnis, dan masyarakat umum biasanya memiliki ekspektasi yang besar terhadap presiden dan kabinet baru, terutama terkait dengan kebijakan ekonomi. Kebijakan fiskal, moneter, serta arah pembangunan ekonomi menjadi sorotan, dan keputusan yang diambil dalam masa transisi sering kali menentukan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

Namun, perubahan kabinet bisa menimbulkan ketidakpastian, terutama jika ada sinyal pergeseran kebijakan yang signifikan. Transisi yang diwarnai oleh ketidakpastian ini bisa memicu "hingar bingar" di pasar, seperti gejolak di sektor investasi atau fluktuasi nilai tukar mata uang. Misalnya, perubahan radikal dalam kebijakan subsidi, reformasi perpajakan, atau keputusan untuk memperketat atau melonggarkan peraturan perdagangan bisa menciptakan reaksi kuat dari pelaku pasar.

Sebaliknya, jika presiden dan kabinet baru mampu menunjukkan konsistensi dan kejelasan dalam rencana ekonomi mereka, serta meyakinkan investor dan publik bahwa arah kebijakan tetap stabil, maka transisi ini bisa berlangsung lebih tenang. Pengalaman beberapa negara menunjukkan bahwa stabilitas ekonomi sering kali bergantung pada bagaimana transisi kekuasaan ditangani dengan hati-hati, tanpa menimbulkan kegaduhan yang tidak perlu.

3. Harapan Masyarakat: Euforia atau Keheningan?

Dalam transisi pemerintahan, salah satu indikator paling penting adalah bagaimana masyarakat bereaksi. Apakah rakyat merasakan euforia karena terpilihnya pemimpin baru, atau justru merasakan kekecewaan dan pesimisme? Respon masyarakat seringkali menjadi barometer suasana transisi. Euforia yang tinggi biasanya menandakan adanya harapan besar terhadap perubahan, sementara keheningan bisa mencerminkan kekecewaan atau kelelahan politik.

Di era informasi yang serba cepat seperti sekarang, media sosial berperan besar dalam menentukan apakah transisi pemerintahan akan disertai "kegaduhan" atau "kesenyapan." Jika publik ramai-ramai mengungkapkan harapan atau kekesalan mereka secara terbuka di media sosial, maka transisi bisa terasa lebih bising daripada sebelumnya. Sebaliknya, jika mayoritas masyarakat tidak terlalu antusias atau bahkan apatis terhadap pergantian kepemimpinan, transisi ini mungkin akan terasa lebih sunyi.

Apakah ini berarti bahwa "kesenyapan" merupakan tanda buruk bagi demokrasi? Tidak selalu. Dalam beberapa kasus, transisi yang tenang menunjukkan bahwa publik merasa cukup puas dengan sistem politik yang ada, atau bahwa mereka percaya presiden dan kabinet baru akan menjalankan tugasnya dengan baik tanpa perlu pengawasan ketat.

4. Faktor Sosial dan Budaya: Konflik atau Kesepakatan?

Transisi pemerintahan juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial dan budaya. Keragaman etnis, agama, dan regional di Indonesia bisa menjadi sumber ketegangan selama proses transisi jika tidak dikelola dengan baik. Di sisi lain, kabinet baru yang mampu mempromosikan inklusivitas, keberagaman, dan kesatuan bisa meredam potensi konflik dan menciptakan suasana yang lebih damai.

Pemerintahan yang baru perlu menunjukkan kepekaan terhadap isu-isu sosial, seperti kesenjangan ekonomi, ketidakadilan gender, atau marginalisasi kelompok tertentu. Jika hal ini diabaikan, transisi bisa berubah menjadi penuh dengan konflik sosial, sementara perhatian pemerintah teralihkan oleh masalah-masalah domestik.

Sebaliknya, jika presiden dan kabinet baru berhasil menunjukkan bahwa mereka peduli terhadap semua golongan, transisi bisa berlangsung dalam suasana yang lebih harmonis, tanpa riak besar di permukaan. Pemilihan anggota kabinet dari berbagai latar belakang sosial dan etnis dapat menciptakan rasa representasi yang lebih kuat di kalangan masyarakat.

5. Transisi Senyap: Apakah Ini Tanda Stabilitas atau Apatisme?

Salah satu pertanyaan yang menarik adalah, apakah transisi pemerintahan yang senyap menandakan stabilitas atau justru apatisme di kalangan masyarakat? Sebuah transisi yang damai dan tanpa banyak protes bisa menunjukkan bahwa masyarakat telah percaya pada sistem yang ada dan yakin bahwa pemerintah baru akan membawa perubahan yang positif. Namun, ini juga bisa menjadi tanda bahwa publik telah lelah dengan politik dan merasa perubahan pemerintah tidak banyak mempengaruhi kehidupan mereka sehari-hari.

Apatisme politik, terutama di kalangan generasi muda, dapat menjadi tantangan besar bagi pemerintah baru. Tanpa partisipasi aktif dari masyarakat, pemerintah mungkin menghadapi kesulitan dalam mengimplementasikan kebijakan-kebijakan reformasi yang diperlukan.

Oleh karena itu, kabinet baru perlu memastikan bahwa mereka dapat melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan, serta merespons kebutuhan dan harapan mereka dengan baik.

aTransisi pemerintahan, baik itu berlangsung dengan hingar bingar atau sunyi senyap, merupakan momen penting dalam sejarah politik dan ekonomi suatu negara. Di Indonesia, pergantian kepemimpinan dapat menciptakan dinamika baru yang penuh gairah atau berjalan dengan damai tanpa banyak gejolak. Hingar bingar transisi mungkin menandakan adanya ekspektasi tinggi atau ketegangan politik, sementara kesunyian bisa mencerminkan stabilitas atau bahkan apatisme.

Apapun bentuknya, pemerintah baru harus mampu merespons situasi dengan bijak, mengonsolidasikan kekuatan politik, memberikan kepastian ekonomi, dan merangkul seluruh lapisan masyarakat agar transisi ini tidak hanya menjadi momentum politik semata, tetapi juga peluang untuk menciptakan kemajuan nyata bagi bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun