Oma Roselina (menyeka air mata haru): "Kau, Raka, dan juga kau, Intan, akan menemukan berlianmu sendiri. Mungkin tidak sekarang, tapi suatu hari nanti. Dan ketika kau menemukannya, ingatlah bahwa ia akan diuji. Jangan takut ketika tekanan datang. Itu hanya akan membuatnya bersinar lebih terang."
Adegan 4: Warisan Cinta
(Narator melangkah maju sekali lagi, kali ini dengan nada penuh harapan.)
Narator: Dalam diam, mereka tinggalkan warisan,
Bukan harta, bukan benda,
Melainkan cinta yang tak pernah retak,
Seperti berlian yang bersinar selamanya.
(Lampu pelan-pelan mulai meredup, meninggalkan Opa dan Oma dalam cahaya lembut. Mereka masih saling menggenggam tangan, sementara Intan dan Raka memandang dengan penuh rasa hormat.)
Raka: "Opa, Oma, terima kasih atas cinta ini. Kalian adalah berlian yang tak pernah pecah. Aku akan mengingat setiap pelajaran yang kalian berikan, setiap kilauan yang ada dalam hidup kalian."
Oma Roselina: "Dan berlian ini, Nak, adalah lambang cinta kami yang abadi. Ia tidak pecah oleh waktu, dan ia akan terus bersinar, bahkan setelah kami tiada."
(Cahaya memudar sepenuhnya, meninggalkan panggung dalam kegelapan yang tenang, hanya menyisakan kilauan berlian di atas meja.)
Epilog: Cinta yang Tak Terbatas
Narator: Dalam setiap cinta yang sejati,
Ada berlian yang tak pernah retak,
Ia hidup, meski waktu memudar,
Ia bersinar, meski dunia hancur.
Dan cinta Opa Tjiptadinata dan Oma Roselina,
Adalah berlian yang akan terus bersinar,
Untuk selamanya, dalam hati kita semua.