Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Inilah Beda Randang Payakumbuh, dari Tradisi Lokal ke Panggung Global

7 Oktober 2024   16:13 Diperbarui: 7 Oktober 2024   16:23 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Untuk mendukung hal ini, pemerintah kota perlu membangun infrastruktur pariwisata yang mendukung. Aksesibilitas yang baik, fasilitas pendukung seperti pusat informasi wisatawan, dan program pelatihan untuk warga lokal agar siap menyambut wisatawan internasional adalah beberapa langkah penting. Tak hanya itu, randang juga bisa diperkenalkan melalui tur kuliner, di mana wisatawan diajak untuk belajar memasak randang langsung dari ahlinya di Payakumbuh. Pengalaman semacam ini tidak hanya memperkenalkan makanan, tetapi juga nilai-nilai budaya di baliknya, menciptakan pengalaman otentik yang sulit dilupakan.

Randang Sebagai Simbol Inovasi Lokal

Lebih jauh lagi, randang tidak hanya sebatas tradisi kuliner yang dilestarikan, tetapi juga dapat menjadi simbol inovasi. Payakumbuh dapat mendorong pengusaha lokal untuk mengeksplorasi berbagai inovasi produk berbasis randang, mulai dari varian rasa, kemasan, hingga teknologi pengawetan untuk memenuhi pasar ekspor. Inovasi ini bisa dilakukan tanpa mengurangi nilai budaya yang melekat pada randang, sehingga menjaga otentisitas sambil memperluas jangkauan pasar.

Selain itu, penggunaan teknologi digital dalam pemasaran dan distribusi produk randang juga penting. Memanfaatkan platform e-commerce global, seperti Amazon atau Alibaba, untuk menjual randang dalam bentuk kemasan instan atau siap saji, bisa membuka pasar baru di luar negeri. Dengan demikian, Payakumbuh tidak hanya memperkenalkan randang sebagai ikon budaya, tetapi juga mengembangkan ekonomi lokal yang berkelanjutan.

Menghadapi Tantangan Globalisasi

Tentu saja, globalisasi membawa tantangan tersendiri. Dalam upaya membangun city branding berbasis randang, Payakumbuh perlu berhati-hati agar tidak terjebak dalam komodifikasi budaya. Budaya lokal seperti randang memiliki nilai yang jauh lebih besar daripada sekadar produk untuk dijual. Oleh karena itu, penting bagi Payakumbuh untuk menjaga keseimbangan antara mempromosikan randang sebagai produk global dan melestarikan nilai-nilai lokal yang terkandung di dalamnya.

Salah satu cara untuk mengatasi tantangan ini adalah dengan melibatkan komunitas lokal dalam setiap tahap proses branding. Melibatkan mereka sebagai pelaku utama, baik dalam produksi maupun promosi randang, akan memastikan bahwa nilai-nilai budaya tetap terjaga. Selain itu, pendidikan kepada generasi muda mengenai pentingnya melestarikan tradisi randang sebagai bagian dari identitas kota juga sangat diperlukan agar mereka dapat meneruskan warisan ini di masa depan.

Membangun Masa Depan Payakumbuh Melalui Randang

Payakumbuh memiliki potensi luar biasa untuk menjadi kota dengan branding yang kuat di tingkat global, dan randang adalah salah satu aset utamanya. Dengan strategi yang tepat, randang dapat menjadi lebih dari sekadar makanan lokal; ia bisa menjadi simbol budaya yang mengangkat Payakumbuh ke panggung dunia. Melalui kombinasi inovasi, kerjasama internasional, dan pelestarian nilai-nilai budaya, Payakumbuh dapat membangun city branding yang relevan dan kuat secara global.

Di era globalisasi ini, keberhasilan city branding tidak hanya bergantung pada keunikan lokal, tetapi juga pada kemampuan kota untuk beradaptasi dengan dinamika global. Payakumbuh, dengan randang sebagai ikon utamanya, memiliki semua elemen yang dibutuhkan untuk berhasil dalam perjalanan menuju panggung dunia. Yang diperlukan sekarang adalah komitmen dan visi untuk mewujudkannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun