Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Inilah Beda Randang Payakumbuh, dari Tradisi Lokal ke Panggung Global

7 Oktober 2024   16:13 Diperbarui: 7 Oktober 2024   16:23 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di Padang, randang yang dihasilkan biasanya lebih berminyak karena penggunaan santan yang lebih banyak. Padang juga lebih sering dikenal dengan varian randang ayam atau telur yang juga ditemukan di Payakumbuh, tetapi dengan citarasa yang sedikit berbeda karena variasi penggunaan rempah.

Di daerah Pariaman, randang umumnya dimasak dengan bumbu yang lebih sederhana, tanpa tambahan banyak rempah seperti kapulaga atau bunga lawang. Ini menghasilkan randang yang lebih ringan dalam rasa namun tetap kaya akan aroma gurih dari santan.

Payakumbuh memiliki berbagai varian randang yang unik dan kaya rasa, dari randang daging klasik hingga randang inovatif seperti randang jamur dan randang telur. Dibandingkan dengan produk randang dari daerah lain, randang Payakumbuh memiliki karakteristik rasa yang khas, tekstur yang lebih lembab, dan inovasi produk yang lebih beragam. Berkat keberanian dalam berinovasi dan mempertahankan kualitas tradisional, randang dari Payakumbuh tidak hanya menjadi produk kuliner lokal, tetapi juga memiliki potensi besar untuk menembus pasar global sebagai bagian dari warisan budaya yang harus dijaga dan dipromosikan.

Strategi City Branding Berbasis Randang

Untuk mengangkat randang sebagai elemen utama dalam city branding, Payakumbuh perlu merumuskan strategi yang holistik. Pertama, penting untuk menciptakan citra visual dan naratif yang konsisten. Sebuah logo kota yang memadukan elemen randang dan budaya Minangkabau dapat menjadi simbol yang menarik. Payakumbuh bisa menciptakan festival tahunan yang berfokus pada randang, mengundang wisatawan internasional, chef, dan influencer kuliner global untuk merasakan langsung kekayaan budaya ini.

Selain itu, randang dapat dikaitkan dengan inovasi dalam industri kreatif. Misalnya, melibatkan desainer lokal dalam menciptakan produk-produk turunan dari randang, seperti kerajinan tangan yang berbasis budaya memasak randang, atau bahkan membuka pop-up restaurant di kota-kota besar dunia yang mempromosikan randang sebagai pengalaman budaya. Semua elemen ini dapat mendukung narasi Payakumbuh sebagai kota yang bangga dengan warisan budayanya, namun siap bersaing di panggung global.

Membangun Keterhubungan Global

Dalam konteks branding global, pengakuan internasional terhadap randang sebagai salah satu hidangan terenak dunia sudah memberikan fondasi kuat. Namun, untuk mengukuhkan posisi Payakumbuh di mata dunia, kota ini perlu membangun jejaring dengan kota-kota lain yang telah berhasil memasarkan elemen budaya mereka ke pasar global. Kolaborasi dengan UNESCO misalnya, dapat membantu Payakumbuh mendapatkan pengakuan sebagai bagian dari situs warisan budaya tak benda dunia. Pengakuan ini akan memberikan kredibilitas tambahan dan meningkatkan daya tarik kota sebagai destinasi wisata budaya.

Selain itu, kerjasama internasional dengan chef terkenal dunia yang mengintegrasikan randang dalam masakan mereka dapat menjadi langkah strategis lainnya. Dengan demikian, randang tidak hanya dilihat sebagai masakan eksotis dari Indonesia, tetapi juga bagian dari kuliner internasional yang dapat dinikmati dan diapresiasi di seluruh dunia.

Pariwisata Kuliner: Motor Ekonomi Baru

City branding berbasis kuliner adalah salah satu tren yang sedang berkembang di dunia pariwisata. Paris dengan croissant, Tokyo dengan sushi, dan Bangkok dengan tom yum adalah beberapa contoh bagaimana makanan dapat menjadi daya tarik utama yang memikat wisatawan internasional. Payakumbuh, dengan kekayaan kuliner randang, memiliki potensi besar untuk menjadi tujuan wisata kuliner kelas dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun