Dalam dunia yang semakin terhubung, kota-kota di seluruh dunia berlomba-lomba membangun identitas unik yang dapat menarik perhatian global. Fenomena ini dikenal sebagai city branding, sebuah strategi di mana kota berupaya menciptakan citra khas untuk mempromosikan keunggulan lokalnya di mata dunia. Salah satu contoh potensial yang jarang dieksplorasi secara mendalam di Indonesia adalah kota Payakumbuh, yang memiliki peluang besar untuk menjadikan randang sebagai ikon budaya yang kuat. Payakumbuh dapat memperluas citra kotanya dari sekadar tempat dengan kuliner khas Minangkabau menjadi pusat budaya yang mendunia melalui branding berbasis tradisi lokal randang.
Tradisi Lokal Sebagai Identitas Kota
City branding yang efektif didasarkan pada penggalian elemen-elemen unik yang melekat pada kota tersebut. Dalam konteks Payakumbuh, randang bukan hanya sekadar makanan; ia adalah simbol budaya, warisan, dan kebanggaan masyarakat Minangkabau. Randang juga memiliki narasi panjang yang sarat nilai filosofis. Dalam setiap potongannya terkandung kisah tentang kesabaran, ketekunan, dan keharmonisan. Proses memasak yang lama menggambarkan sikap hidup yang menghargai proses, mengutamakan ketelitian, serta kesatuan keluarga dan komunitas.
Randang pertama kali dikenal secara internasional saat dinobatkan sebagai makanan terenak di dunia oleh CNN pada tahun 2011 dan 2017. Namun, pencapaian ini hanya permulaan. Potensi randang dalam city branding jauh lebih besar jika Payakumbuh mampu mengangkat cerita randang sebagai bagian dari identitasnya. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai strategi kreatif yang memanfaatkan kekuatan media, pemasaran digital, dan penguatan narasi budaya lokal dalam skala global.
Aneka Produk Randang dari Payakumbuh dan Bedanya dengan Produk Sejenis dari Daerah Lainnya
Randang, kuliner legendaris dari Sumatera Barat, telah lama menjadi ikon kuliner Indonesia di kancah internasional. Meskipun dikenal sebagai makanan khas Minangkabau, variasi randang tidak hanya ada di satu wilayah saja, melainkan tersebar di berbagai daerah. Salah satu daerah yang terkenal sebagai penghasil randang terbaik adalah Payakumbuh. Kota ini tidak hanya menghasilkan randang daging yang klasik, tetapi juga berbagai inovasi produk randang yang berkembang mengikuti selera dan kebutuhan pasar. Payakumbuh, dengan keunikan geografis dan kulturalnya, menawarkan variasi randang yang berbeda dari daerah lain.
1. Randang Daging Payakumbuh
Randang daging adalah varian yang paling dikenal dari Payakumbuh dan Sumatera Barat pada umumnya. Keistimewaan randang dari Payakumbuh terletak pada kualitas daging sapi yang digunakan. Payakumbuh, sebagai salah satu sentra peternakan sapi, memiliki akses terhadap daging sapi berkualitas tinggi yang digunakan dalam pembuatan randang. Proses memasak randang di Payakumbuh juga terkenal sangat telaten, membutuhkan waktu yang cukup lama hingga berjam-jam, dengan tujuan mencapai tekstur daging yang empuk dan rasa yang kaya. Bumbu yang digunakan di Payakumbuh dikenal memiliki proporsi yang seimbang antara cabai, santan, dan rempah-rempah, sehingga memberikan cita rasa randang yang khas: gurih, pedas, dan kompleks.
2. Randang Itik (Bebek)
Selain daging sapi, Payakumbuh juga terkenal dengan produk randang itik. Randang itik memiliki tekstur yang lebih kenyal dibandingkan randang daging sapi, namun kaya akan rasa yang dihasilkan dari bumbu randang yang sama. Perbedaan utama terletak pada keunikan rasa daging bebek yang memberikan sensasi berbeda. Randang itik lebih jarang ditemukan di daerah lain, membuatnya menjadi salah satu produk spesial dari Payakumbuh. Tekstur dan rasa itik yang lebih kaya lemak juga membuat randang ini sering dianggap lebih 'berminyak', namun tetap menghadirkan rasa yang lezat dan autentik.
3. Randang Jengkol Payakumbuh