Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

10 Bali Baru, Bukan Sekadar Pariwisata

4 Oktober 2024   14:11 Diperbarui: 7 Oktober 2024   08:17 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Wisata alam di Indonesia. (DOK. Shutterstock via kompas.com) 

Dalam upaya memajukan sektor pariwisata nasional, pemerintah Indonesia meluncurkan program "10 Bali Baru" yang bertujuan untuk mengembangkan sepuluh destinasi wisata baru dengan potensi yang tak kalah menarik dari Pulau Bali. 

Tujuan utama dari program ini bukan hanya untuk meningkatkan jumlah wisatawan, tetapi juga untuk menciptakan multiplier effect yang signifikan terhadap perekonomian, kesejahteraan rakyat, dan pelestarian lingkungan. 

Program ini juga dirancang untuk mempertahankan serta mempromosikan identitas nasional melalui pariwisata berbasis budaya.

Pariwisata sebagai Penggerak Ekonomi

Sektor pariwisata merupakan salah satu penyumbang terbesar bagi perekonomian Indonesia. Dengan pendapatan yang berasal dari wisatawan domestik maupun mancanegara, sektor ini memberikan kontribusi langsung terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) serta membuka lapangan kerja bagi jutaan masyarakat Indonesia. 

Program 10 Bali Baru diarahkan untuk mengoptimalkan potensi daerah-daerah lain yang memiliki daya tarik wisata yang khas, mulai dari alam, sejarah, hingga budaya.

Keberhasilan Pulau Bali dalam menarik jutaan wisatawan setiap tahunnya menjadi inspirasi bagi program ini. Pemerintah dan pelaku industri pariwisata ingin menduplikasi dampak ekonomi yang diciptakan oleh Bali di wilayah-wilayah lain, seperti Mandalika di Lombok, Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur, Borobudur di Jawa Tengah, hingga Danau Toba di Sumatera Utara. 

Pengembangan destinasi-destinasi ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat melalui penciptaan lapangan pekerjaan, investasi infrastruktur, serta peningkatan pengeluaran wisatawan.

Kesejahteraan Rakyat melalui Pariwisata

Salah satu aspek penting dari pengembangan 10 Bali Baru adalah dampak langsungnya terhadap kesejahteraan masyarakat lokal. Ketika pariwisata berkembang, sektor-sektor lain seperti kerajinan tangan, kuliner, dan jasa transportasi ikut terdorong. 

Masyarakat lokal akan mendapatkan manfaat berupa peningkatan pendapatan dari sektor-sektor tersebut. Selain itu, banyak peluang usaha baru yang tercipta, baik melalui usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) maupun investasi skala besar dari pihak swasta.

Namun, tantangan terbesar dalam upaya ini adalah memastikan bahwa keuntungan ekonomi dari pengembangan pariwisata tersebut dapat dirasakan secara merata oleh seluruh lapisan masyarakat. 

Terlalu sering, keuntungan besar hanya dinikmati oleh segelintir pemilik modal besar, sementara masyarakat lokal hanya menerima sisa kecil dari arus pendapatan wisatawan. 

Oleh karena itu, pemerintah perlu memfasilitasi program-program yang mendorong partisipasi aktif masyarakat lokal, baik melalui pelatihan keterampilan, pengembangan produk lokal, maupun akses permodalan bagi UMKM.

Tantangan Lingkungan dalam Pengembangan Pariwisata

Peningkatan pariwisata juga membawa tantangan besar terhadap lingkungan. Salah satu kekhawatiran terbesar dari pengembangan destinasi wisata adalah kerusakan lingkungan yang seringkali tidak terhindarkan, mulai dari polusi, degradasi ekosistem, hingga meningkatnya emisi karbon. 

Pulau Bali sendiri menjadi contoh nyata di mana lonjakan wisatawan menyebabkan masalah lingkungan yang serius, seperti tumpukan sampah plastik, kemacetan, hingga penurunan kualitas air.

Dalam konteks 10 Bali Baru, pemerintah dan pihak swasta harus belajar dari kesalahan ini. Pembangunan destinasi wisata harus mengadopsi prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development), di mana pelestarian lingkungan harus menjadi prioritas utama.

Misalnya, di destinasi seperti Labuan Bajo yang dikenal sebagai pintu gerbang menuju Taman Nasional Komodo, kebijakan ketat terkait pelestarian lingkungan sangat diperlukan agar ekosistem unik di wilayah tersebut tetap terjaga.

Pemerintah perlu memastikan bahwa infrastruktur yang dibangun di 10 Bali Baru ramah lingkungan dan mengadopsi teknologi hijau. 

Selain itu, kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan dan kelestarian alam harus ditanamkan kepada masyarakat lokal maupun wisatawan melalui kampanye edukasi. 

Dengan demikian, pariwisata dapat menjadi pilar ekonomi yang tidak hanya menguntungkan secara finansial, tetapi juga mendukung upaya pelestarian lingkungan.

Identitas Nasional melalui Pariwisata Budaya

Salah satu daya tarik utama dari pengembangan destinasi wisata di Indonesia adalah kekayaan budaya yang dimiliki oleh setiap daerah. Dalam setiap destinasi yang menjadi bagian dari 10 Bali Baru, terdapat warisan budaya yang unik, mulai dari tarian tradisional, adat istiadat, hingga kerajinan lokal. 

Pariwisata berbasis budaya ini berperan penting dalam menjaga dan mempromosikan identitas nasional di tengah arus globalisasi.

Borobudur, misalnya, sebagai salah satu destinasi 10 Bali Baru, bukan hanya menawarkan keindahan arsitektur candi yang megah, tetapi juga sejarah dan tradisi spiritual yang dalam. 

Jadi, dengan menjadikan Borobudur sebagai pusat pariwisata spiritual, Indonesia dapat memperkuat citranya sebagai negara dengan warisan budaya yang kaya, sekaligus menjaga identitas lokal di tengah perkembangan global.

Namun, komersialisasi budaya juga menimbulkan dilema tersendiri. Jika tidak dikelola dengan bijaksana, pariwisata budaya dapat mengubah nilai-nilai asli suatu tradisi menjadi sekadar atraksi wisata, kehilangan makna dan esensinya. 

Oleh karena itu, pengembangan wisata berbasis budaya harus dilakukan dengan tetap menjaga integritas dan autentisitas tradisi yang ada.

Sinergi Ekonomi, Lingkungan, dan Budaya

Pengembangan 10 Bali Baru di Indonesia adalah langkah strategis untuk memperluas potensi pariwisata nasional. Program ini menawarkan kesempatan besar bagi pertumbuhan ekonomi, terutama bagi daerah-daerah yang sebelumnya kurang berkembang. Namun, keberhasilan program ini membutuhkan sinergi antara pembangunan ekonomi, pelestarian lingkungan, dan promosi budaya lokal.

Kebijakan pemerintah yang tepat, dukungan dari sektor swasta, serta partisipasi aktif masyarakat lokal adalah kunci utama dalam mewujudkan keberhasilan pengembangan destinasi-destinasi ini. 

Selain itu, prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan harus menjadi landasan dalam setiap langkah pengembangan, sehingga manfaat yang dihasilkan tidak hanya bersifat jangka pendek, tetapi juga berkelanjutan bagi generasi mendatang.

Indonesia memiliki segala potensi untuk menjadikan 10 Bali Baru sebagai ikon pariwisata dunia. Dengan keragaman alam, budaya, dan sejarah yang dimiliki, setiap destinasi dalam program ini dapat menjadi cerminan dari keindahan dan kekayaan yang dimiliki bangsa. 

Jika dikelola dengan bijak, 10 Bali Baru bukan hanya menjadi penggerak ekonomi, tetapi juga penjaga identitas nasional dan pelestari alam.

10 Bali Baru: Bukan Sekadar Pariwisata, tapi Pembangunan Berkelanjutan

Indonesia, sebagai negara kepulauan dengan kekayaan alam dan budaya yang melimpah, selalu diidentikkan dengan destinasi wisata kelas dunia, terutama Pulau Bali. 

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, konsep "10 Bali Baru" mulai diperkenalkan oleh pemerintah sebagai upaya strategis untuk mengembangkan potensi pariwisata di luar Bali. 

Tujuan utama dari inisiatif ini tidak hanya untuk menambah jumlah kunjungan wisatawan, tetapi juga untuk menciptakan dampak ekonomi yang luas dan merata di seluruh wilayah Indonesia.

Namun, seiring dengan berkembangnya diskusi terkait "10 Bali Baru," penting untuk menyadari bahwa inisiatif ini seharusnya tidak dipandang semata-mata dari perspektif pariwisata. 

Lebih dari itu, pengembangan 10 Bali Baru menawarkan peluang yang jauh lebih luas, termasuk pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, peningkatan kesejahteraan sosial, pelestarian budaya, dan perlindungan lingkungan. 

Inilah saatnya untuk memahami bahwa program ini bukan sekadar tentang mempromosikan destinasi wisata, tetapi juga membangun fondasi untuk masa depan yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

Pariwisata sebagai Katalisator Pembangunan

Pariwisata di Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi penggerak utama pembangunan ekonomi. Bali, sebagai contoh sukses, telah menunjukkan bagaimana pariwisata dapat menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan daerah, dan mendorong perkembangan infrastruktur. 

Namun, konsentrasi wisatawan di Bali telah menimbulkan berbagai tantangan, termasuk over-tourism, kerusakan lingkungan, dan ketimpangan ekonomi antara Bali dan wilayah lain di Indonesia.

Dalam konteks ini, "10 Bali Baru" bertujuan untuk mendiversifikasi destinasi wisata Indonesia, mengurangi tekanan pada Bali, sekaligus memperluas dampak ekonomi yang dihasilkan oleh sektor pariwisata. 

Destinasi seperti Mandalika di Lombok, Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur, Danau Toba di Sumatera Utara, hingga Tanjung Lesung di Banten, diharapkan dapat menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru yang tidak hanya bergantung pada pariwisata, tetapi juga industri pendukung lainnya seperti ekonomi kreatif, transportasi, dan jasa.

Namun, keberhasilan program ini tidak bisa hanya diukur dari jumlah wisatawan yang datang. Pengembangan destinasi ini harus didasarkan pada pendekatan pembangunan berkelanjutan yang melibatkan tiga pilar utama: ekonomi, sosial, dan lingkungan. 

Tanpa integrasi yang baik antara ketiga elemen ini, potensi jangka panjang yang ditawarkan oleh "10 Bali Baru" akan sulit tercapai.

Pembangunan Berbasis Komunitas dan Kesejahteraan Sosial

Pariwisata yang berkembang pesat memang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, namun sering kali manfaatnya tidak merata, terutama bagi masyarakat lokal. 

Salah satu kekhawatiran terbesar terkait inisiatif "10 Bali Baru" adalah apakah masyarakat lokal benar-benar akan mendapatkan manfaat dari perkembangan ini, atau justru hanya menjadi penonton dalam proses pembangunan.

Dalam skenario ideal, pengembangan destinasi pariwisata harus melibatkan masyarakat lokal sebagai aktor utama, bukan hanya sebagai tenaga kerja murah di sektor perhotelan dan jasa, tetapi juga sebagai pemilik dan pelaku usaha di sektor ekonomi kreatif yang mendukung pariwisata. 

Pemerintah dan sektor swasta harus berkomitmen untuk memberdayakan komunitas lokal melalui pelatihan keterampilan, akses modal, dan peluang kewirausahaan.

Jika pariwisata berkembang tanpa memperhatikan aspek sosial, risiko ketimpangan sosial akan semakin besar. Ini bisa menyebabkan alienasi budaya, di mana masyarakat setempat kehilangan kendali atas warisan budaya mereka yang menjadi komoditas bagi wisatawan. 

Oleh karena itu, pengembangan "10 Bali Baru" harus memprioritaskan kesejahteraan sosial dan partisipasi aktif masyarakat lokal, dengan mendorong model pariwisata yang berbasis pada komunitas (community-based tourism). Ini akan menciptakan rantai ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

Lingkungan dan Keberlanjutan: Fondasi Masa Depan Pariwisata

Tantangan besar lainnya yang dihadapi oleh "10 Bali Baru" adalah bagaimana memastikan bahwa pengembangan destinasi wisata tidak merusak lingkungan. 

Bali, sekali lagi, memberikan pelajaran penting tentang bagaimana pariwisata yang berlebihan dapat berdampak negatif terhadap lingkungan. Lonjakan wisatawan di Bali telah menyebabkan masalah serius terkait limbah, polusi air, kerusakan terumbu karang, dan deforestasi.

Untuk menghindari masalah serupa di destinasi lain, pengembangan "10 Bali Baru" harus memprioritaskan pembangunan yang ramah lingkungan. Kebijakan yang mengedepankan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan harus diterapkan, termasuk penggunaan energi terbarukan, pengelolaan limbah yang efektif, serta konservasi sumber daya alam. 

Labuan Bajo, misalnya, yang merupakan pintu gerbang menuju Taman Nasional Komodo, harus dikelola dengan sangat hati-hati agar ekosistem yang ada tetap terjaga.

Selain itu, pariwisata berbasis alam (nature-based tourism) dapat menjadi daya tarik utama dari "10 Bali Baru". Destinasi seperti Danau Toba dan Wakatobi memiliki potensi untuk menarik wisatawan yang peduli terhadap kelestarian alam dan mencari pengalaman wisata yang berkelanjutan. 

Oleh karena itu, setiap rencana pengembangan harus mempertimbangkan carrying capacity dari masing-masing destinasi agar tidak terjadi eksploitasi berlebihan terhadap sumber daya alam.

Identitas Nasional melalui Pariwisata Budaya

Aspek budaya juga menjadi elemen penting dalam pengembangan "10 Bali Baru". Setiap destinasi yang termasuk dalam program ini memiliki warisan budaya yang unik dan autentik, yang dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Namun, penting untuk diingat bahwa pariwisata budaya tidak boleh sekadar dijadikan alat komersialisasi.

Warisan budaya yang ada harus tetap dijaga keasliannya, sehingga tidak kehilangan esensi dalam proses adaptasi terhadap industri pariwisata. Pariwisata budaya harus dikelola dengan hati-hati agar tidak terjadi degradasi nilai-nilai budaya. 

Pemerintah dan pemangku kepentingan harus bekerja sama dengan komunitas lokal untuk memastikan bahwa identitas budaya tetap menjadi bagian integral dari pengembangan destinasi wisata.

Borobudur, misalnya, sebagai salah satu situs budaya terbesar di dunia, tidak hanya menawarkan keindahan arsitektur yang megah, tetapi juga makna spiritual yang mendalam. 

Pengembangan Borobudur sebagai destinasi wisata harus dilakukan dengan tetap mempertahankan nilai-nilai budaya dan religius yang melekat pada candi tersebut. 

Ini akan memberikan pengalaman wisata yang lebih kaya dan bermakna bagi para pengunjung, sekaligus menjaga identitas nasional Indonesia di mata dunia.

Sinergi antara Sektor Pariwisata dan Sektor Lainnya

Keberhasilan "10 Bali Baru" tidak hanya ditentukan oleh sektor pariwisata semata, tetapi juga oleh sinergi dengan sektor-sektor lain. 

Industri kreatif, misalnya, memiliki potensi besar untuk mendukung pengembangan pariwisata melalui produk-produk lokal yang berkualitas, seperti kerajinan tangan, seni pertunjukan, hingga kuliner.

Selain itu, infrastruktur pendukung seperti transportasi, layanan kesehatan, dan pendidikan juga harus dibangun untuk mendukung perkembangan destinasi wisata. Hal ini akan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi yang lebih luas, tidak hanya terbatas pada sektor pariwisata.

Inisiatif "10 Bali Baru" merupakan langkah strategis untuk mengembangkan potensi wisata Indonesia secara lebih merata dan berkelanjutan. 

Namun, keberhasilan program ini sangat bergantung pada bagaimana pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta dapat bekerja sama untuk memastikan bahwa pengembangan pariwisata tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga berdampak positif terhadap kesejahteraan sosial, pelestarian lingkungan, dan promosi identitas budaya.

Dengan pendekatan yang tepat, "10 Bali Baru" dapat menjadi katalisator pembangunan yang menyeluruh, membawa Indonesia ke arah pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun