Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

10 Bali Baru, Bukan Sekedar Pariwisata

4 Oktober 2024   14:11 Diperbarui: 4 Oktober 2024   14:12 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pariwisata sebagai Katalisator Pembangunan

Pariwisata di Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi penggerak utama pembangunan ekonomi. Bali, sebagai contoh sukses, telah menunjukkan bagaimana pariwisata dapat menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan daerah, dan mendorong perkembangan infrastruktur. Namun, konsentrasi wisatawan di Bali telah menimbulkan berbagai tantangan, termasuk over-tourism, kerusakan lingkungan, dan ketimpangan ekonomi antara Bali dan wilayah lain di Indonesia.

Dalam konteks ini, "10 Bali Baru" bertujuan untuk mendiversifikasi destinasi wisata Indonesia, mengurangi tekanan pada Bali, sekaligus memperluas dampak ekonomi yang dihasilkan oleh sektor pariwisata. Destinasi seperti Mandalika di Lombok, Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur, Danau Toba di Sumatera Utara, hingga Tanjung Lesung di Banten, diharapkan dapat menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru yang tidak hanya bergantung pada pariwisata, tetapi juga industri pendukung lainnya seperti ekonomi kreatif, transportasi, dan jasa.

Namun, keberhasilan program ini tidak bisa hanya diukur dari jumlah wisatawan yang datang. Pengembangan destinasi ini harus didasarkan pada pendekatan pembangunan berkelanjutan yang melibatkan tiga pilar utama: ekonomi, sosial, dan lingkungan. Tanpa integrasi yang baik antara ketiga elemen ini, potensi jangka panjang yang ditawarkan oleh "10 Bali Baru" akan sulit tercapai.

Pembangunan Berbasis Komunitas dan Kesejahteraan Sosial

Pariwisata yang berkembang pesat memang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, namun sering kali manfaatnya tidak merata, terutama bagi masyarakat lokal. Salah satu kekhawatiran terbesar terkait inisiatif "10 Bali Baru" adalah apakah masyarakat lokal benar-benar akan mendapatkan manfaat dari perkembangan ini, atau justru hanya menjadi penonton dalam proses pembangunan.

Dalam skenario ideal, pengembangan destinasi pariwisata harus melibatkan masyarakat lokal sebagai aktor utama, bukan hanya sebagai tenaga kerja murah di sektor perhotelan dan jasa, tetapi juga sebagai pemilik dan pelaku usaha di sektor ekonomi kreatif yang mendukung pariwisata. Pemerintah dan sektor swasta harus berkomitmen untuk memberdayakan komunitas lokal melalui pelatihan keterampilan, akses modal, dan peluang kewirausahaan.

Jika pariwisata berkembang tanpa memperhatikan aspek sosial, risiko ketimpangan sosial akan semakin besar. Ini bisa menyebabkan alienasi budaya, di mana masyarakat setempat kehilangan kendali atas warisan budaya mereka yang menjadi komoditas bagi wisatawan. Oleh karena itu, pengembangan "10 Bali Baru" harus memprioritaskan kesejahteraan sosial dan partisipasi aktif masyarakat lokal, dengan mendorong model pariwisata yang berbasis pada komunitas (community-based tourism). Ini akan menciptakan rantai ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

Lingkungan dan Keberlanjutan: Fondasi Masa Depan Pariwisata

Tantangan besar lainnya yang dihadapi oleh "10 Bali Baru" adalah bagaimana memastikan bahwa pengembangan destinasi wisata tidak merusak lingkungan. Bali, sekali lagi, memberikan pelajaran penting tentang bagaimana pariwisata yang berlebihan dapat berdampak negatif terhadap lingkungan. Lonjakan wisatawan di Bali telah menyebabkan masalah serius terkait limbah, polusi air, kerusakan terumbu karang, dan deforestasi.

Untuk menghindari masalah serupa di destinasi lain, pengembangan "10 Bali Baru" harus memprioritaskan pembangunan yang ramah lingkungan. Kebijakan yang mengedepankan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan harus diterapkan, termasuk penggunaan energi terbarukan, pengelolaan limbah yang efektif, serta konservasi sumber daya alam. Labuan Bajo, misalnya, yang merupakan pintu gerbang menuju Taman Nasional Komodo, harus dikelola dengan sangat hati-hati agar ekosistem yang ada tetap terjaga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun