Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id- www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Nature

Robohisasi dan Banjir

27 September 2024   16:21 Diperbarui: 27 September 2024   16:22 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Robohisasi hutan dan penebangan liar memiliki dampak yang tidak dapat dipandang sebelah mata, terutama dalam konteks peningkatan risiko banjir. Mengingat hubungan yang erat antara keduanya, kita perlu mengambil tindakan tegas untuk melindungi hutan kita dan mencegah bencana alam yang merugikan. Upaya kolektif dari pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta sangat diperlukan untuk menciptakan masa depan yang lebih aman dan berkelanjutan. Dalam menghadapi tantangan ini, kesadaran akan dampak deforestasi dan komitmen untuk menjaga lingkungan harus menjadi bagian integral dari kebijakan pembangunan kita. Mari kita jaga hutan demi kebaikan generasi mendatang dan untuk memastikan bahwa bencana alam tidak lagi menjadi ancaman yang membayangi kehidupan kita.

Fenomena robohisasi hutan, terutama akibat penebangan liar, telah menjadi masalah serius di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Deforestasi yang tidak terkendali tidak hanya menghancurkan keanekaragaman hayati, tetapi juga berkontribusi pada peningkatan risiko bencana alam, khususnya banjir. Beberapa kasus berikut menggambarkan bagaimana penebangan liar memicu bencana alam yang merugikan masyarakat dan ekosistem.

1. Kasus Banjir Bandang di Garut, Jawa Barat (2016)

Salah satu contoh mencolok dari hubungan antara penebangan liar dan banjir adalah peristiwa banjir bandang yang terjadi di Garut, Jawa Barat, pada tahun 2016. Banjir ini dipicu oleh hujan deras yang mengguyur daerah tersebut. Namun, penyebab utamanya adalah penebangan hutan secara liar di daerah hulu sungai. Kehilangan vegetasi di hutan mengurangi kemampuan tanah untuk menyerap air, sehingga air hujan langsung mengalir ke sungai dengan cepat.

Banjir bandang ini mengakibatkan kerusakan yang luas, termasuk hilangnya ratusan rumah, infrastruktur yang rusak, dan banyaknya korban jiwa. Selain itu, para petani mengalami kerugian besar akibat lahan pertanian yang terendam. Kasus ini menunjukkan betapa besar dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh penebangan liar terhadap kehidupan masyarakat.

2. Banjir di Sumatera Selatan (2017)

Di Sumatera Selatan, banjir yang melanda beberapa kabupaten pada tahun 2017 juga dapat dikaitkan dengan aktivitas penebangan hutan yang tidak bertanggung jawab. Deforestasi di daerah hulu sungai mengurangi daya serap tanah terhadap air hujan, menyebabkan limpasan yang lebih tinggi. Banjir ini menenggelamkan ribuan hektar lahan pertanian, merusak infrastruktur, dan mengakibatkan ribuan warga terpaksa mengungsi.

Kondisi ini diperparah dengan penurunan kualitas tanah akibat kehilangan lapisan humus yang berfungsi menyimpan air. Hasilnya, dampak jangka panjang dari penebangan liar tidak hanya terlihat pada saat banjir, tetapi juga mengancam ketahanan pangan masyarakat setempat.

3. Banjir di Kalimantan Tengah (2019)

Kalimantan Tengah juga menjadi saksi dari dampak buruk penebangan liar ketika terjadi banjir besar pada tahun 2019. Hutan yang sebelumnya lebat dan berfungsi sebagai penyangga alam telah banyak berkurang akibat aktivitas penebangan untuk pembukaan lahan perkebunan, seperti kelapa sawit. Ketika hujan deras mengguyur, daerah yang dulunya dapat menampung air kini tidak lagi mampu.

Banjir di Kalimantan Tengah menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan, dengan banyak masyarakat kehilangan tempat tinggal dan mata pencaharian. Selain itu, kejadian ini juga memperburuk masalah kesehatan, mengingat air banjir dapat mencemari sumber air bersih. Kasus ini menyoroti betapa krusialnya hutan sebagai penyerap air dan pentingnya perlindungan terhadap ekosistem hutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun