Fenomena ini terjadi ketika suhu di wilayah perkotaan menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan daerah sekitarnya karena keberadaan bangunan beton, aspal, dan minimnya ruang hijau.Â
Peningkatan suhu ini memperburuk kualitas hidup warga kota, meningkatkan kebutuhan energi untuk pendingin udara, dan mempercepat degradasi lingkungan.
Reboisasi Urban sebagai Solusi
Reboisasi urban merupakan pendekatan yang sangat efektif untuk mengatasi masalah polusi udara dan emisi karbon di kota.Â
Penghijauan kota melalui penanaman pohon dan vegetasi hijau lainnya memiliki beberapa manfaat lingkungan yang langsung dan nyata. Pohon berfungsi sebagai "paru-paru kota" yang menyerap karbon dioksida (CO2) dan menghasilkan oksigen.Â
Selain itu, pohon juga mampu menyerap polutan berbahaya seperti nitrogen oksida, sulfur dioksida, dan ozon.
Setiap pohon yang ditanam memiliki potensi untuk menyerap sekitar 22 kilogram karbon dioksida setiap tahun.Â
Jika dikombinasikan dengan program penghijauan skala besar di perkotaan, dampak ini dapat secara signifikan menurunkan emisi karbon yang berasal dari aktivitas transportasi dan industri.Â
Kota-kota dengan ruang hijau yang cukup terbukti memiliki kualitas udara yang lebih baik dan lebih sejuk.
Sedangkan di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Jepang, konsep reboisasi urban sudah diterapkan dengan baik.Â
Kalau di kota Tokyo, misalnya, program "Green Tokyo" berfokus pada penanaman pohon di sepanjang jalan raya dan di taman-taman kota untuk mengurangi emisi karbon dan menyejukkan kota selama musim panas. Program semacam ini dapat menjadi inspirasi bagi kota-kota di Indonesia untuk menerapkan strategi serupa.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya