Sektor manufaktur memainkan peran kunci dalam mendorong inovasi teknologi dan transfer pengetahuan. Dalam proses produksinya, manufaktur membutuhkan teknologi canggih dan metode produksi yang efisien. Melalui investasi dan kerja sama dengan negara-negara maju, Indonesia dapat mengakses teknologi yang lebih modern, yang kemudian diadopsi oleh industri-industri lokal.
Sebagai contoh, dalam industri otomotif, Indonesia telah menarik investasi dari produsen mobil besar seperti Toyota dan Hyundai. Melalui kolaborasi ini, para pekerja lokal mendapatkan pelatihan, sementara teknologi manufaktur terbaru diterapkan dalam proses produksi di dalam negeri. Ini tidak hanya meningkatkan produktivitas tetapi juga menciptakan pengetahuan yang dapat digunakan oleh industri lain di masa depan.
Selain itu, pemerintah Indonesia juga terus mendorong pengembangan industri 4.0 sebagai bagian dari strategi manufaktur masa depan. Dengan menggabungkan otomatisasi, big data, dan kecerdasan buatan dalam proses manufaktur, diharapkan dapat tercipta efisiensi yang lebih tinggi serta peningkatan kualitas produk. Penerapan teknologi ini, seperti yang diungkapkan oleh Menteri Perindustrian Agus Gumiwang, "akan meningkatkan daya saing Indonesia di tingkat global" (Gumiwang, 2022).
Peran Manufaktur dalam Pertumbuhan Inklusif
Sektor manufaktur juga memiliki dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan inklusif, yaitu pertumbuhan ekonomi yang memberikan manfaat bagi seluruh lapisan masyarakat. Melalui perluasan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan, manufaktur berperan dalam mengurangi kemiskinan dan ketimpangan. Manufaktur juga berkontribusi dalam mengembangkan daerah-daerah yang selama ini kurang berkembang, terutama dengan adanya zona industri yang tersebar di berbagai wilayah di luar Jawa.
Sebagai contoh, Kawasan Industri Morowali di Sulawesi telah menjadi pusat pertumbuhan baru bagi ekonomi lokal, di mana pabrik-pabrik pengolahan nikel dan logam lainnya menciptakan lapangan kerja bagi penduduk setempat. Ini membantu mengurangi ketimpangan antar wilayah, sekaligus meningkatkan pendapatan per kapita di daerah tersebut.
Dalam konteks ini, manufaktur juga berperan dalam meningkatkan ketahanan ekonomi nasional. Dengan memiliki industri yang kuat, Indonesia bisa mengurangi ketergantungan pada produk impor dan meningkatkan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Ini penting terutama dalam situasi krisis global, seperti yang terjadi selama pandemi COVID-19, di mana negara dengan sektor manufaktur yang kuat cenderung lebih mampu menjaga stabilitas ekonominya.
Diversifikasi Ekonomi
Sektor manufaktur juga menjadi kunci dalam diversifikasi ekonomi. Sebuah ekonomi yang bergantung hanya pada satu atau beberapa sektor rentan terhadap fluktuasi harga dan gangguan eksternal. Oleh karena itu, diversifikasi melalui pengembangan manufaktur memungkinkan negara untuk tidak hanya mengandalkan sumber daya alam, tetapi juga memperkuat sektor-sektor industri lainnya.
Di Indonesia, peran manufaktur dalam diversifikasi ekonomi terlihat jelas dalam upaya untuk mengurangi ketergantungan pada ekspor komoditas mentah seperti minyak kelapa sawit dan batu bara. Pemerintah mendorong pengembangan industri hilir yang mampu mengolah bahan mentah tersebut menjadi produk bernilai tambah tinggi, sehingga meningkatkan daya saing di pasar internasional.
Sebagai contoh, dalam industri minyak kelapa sawit, Indonesia telah mulai mengembangkan produk-produk turunan seperti biodiesel dan minyak nabati olahan, yang memiliki nilai tambah lebih tinggi daripada sekadar menjual minyak mentah. Ini sejalan dengan visi pemerintah untuk membangun ekonomi yang lebih berkelanjutan dan tangguh.