Di Cina, misalnya, pemerintah memainkan peran dominan dalam mengarahkan ekonomi. Meskipun Cina telah membuka diri terhadap pasar bebas, banyak sektor strategis seperti energi, telekomunikasi, dan perbankan tetap di bawah kendali negara. Ini adalah bentuk ekonomi terencana yang diadaptasi dengan unsur kapitalisme, yang sering disebut sebagai "sosialisme dengan karakteristik Cina". Di negara-negara seperti Jerman dan Inggris, model seperti ini hampir tidak ada karena kapitalisme yang diterapkan sangat meminimalisir intervensi negara.
Kondisi Ekonomi dan Tahap Pembangunan
Perbedaan dalam tahap pembangunan ekonomi antara negara-negara di Asia dan Eropa juga menjadi faktor utama yang mempengaruhi perbedaan sistem ekonomi. Sebagian besar negara di Eropa Barat sudah mencapai status negara maju dengan infrastruktur yang baik, pendapatan per kapita tinggi, dan sistem kesejahteraan sosial yang mapan. Di sisi lain, banyak negara di Asia, termasuk Indonesia, masih berada dalam tahap pembangunan dengan tantangan besar seperti kemiskinan, infrastruktur yang kurang memadai, dan kesenjangan sosial.
Kondisi ini mempengaruhi cara negara-negara Asia mendesain sistem ekonomi mereka. Karena masih berada dalam fase pembangunan, pemerintah di negara-negara Asia seperti Indonesia merasa perlu untuk campur tangan lebih banyak dalam mengarahkan ekonomi agar pembangunan dapat berjalan dengan lebih terencana dan merata. Pemerintah Indonesia, misalnya, secara aktif mendorong pertumbuhan sektor-sektor tertentu, seperti industri manufaktur dan pertanian, melalui kebijakan yang proaktif seperti pemberian subsidi dan insentif pajak (Tulus T.H. Tambunan, 2022). Di Eropa, karena infrastrukturnya sudah mapan dan pasar sudah lebih matang, intervensi semacam ini jarang dilakukan.
Globalisasi dan Pengaruh Eksternal
Satu lagi faktor yang tak kalah penting dalam membedakan sistem ekonomi Asia dan Eropa adalah pengaruh globalisasi dan hubungan internasional. Di era globalisasi, baik Asia maupun Eropa terhubung dalam perdagangan global dan saling bergantung satu sama lain. Namun, tanggapan terhadap globalisasi berbeda di masing-masing kawasan.
Eropa telah lama menjadi pendukung globalisasi ekonomi dengan menerapkan kebijakan perdagangan bebas, khususnya melalui Uni Eropa. Di sini, kebijakan ekonomi sangat terintegrasi, memungkinkan pasar bebas antarnegara anggota. Indonesia, di sisi lain, lebih berhati-hati dalam menghadapi globalisasi. Meskipun Indonesia telah membuka diri terhadap perdagangan global dan investasi asing, negara ini tetap menjaga kontrol atas sektor-sektor kunci ekonomi. Ini terlihat dari kebijakan-kebijakan proteksionis yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia untuk melindungi industri lokal dari persaingan yang tidak sehat di pasar global (Basri, 2020).
Pilihan Sistem Ekonomi yang Kontekstual
Pilihan sistem ekonomi yang berbeda antara Asia dan Eropa bukanlah sesuatu yang kebetulan. Faktor sejarah, budaya, peran pemerintah, tahap pembangunan, dan pengaruh globalisasi semuanya berperan dalam menentukan jalur yang dipilih masing-masing negara. Dalam konteks Indonesia, pilihan sistem ekonomi Pancasila adalah refleksi dari kebutuhan untuk menyeimbangkan antara pertumbuhan ekonomi dan keadilan sosial, serta memastikan bahwa pembangunan ekonomi tidak hanya menguntungkan segelintir orang, tetapi juga memberikan manfaat bagi seluruh rakyat.
Meski sistem ekonomi yang diterapkan di Indonesia berbeda dari yang berlaku di Eropa, hal ini bukan berarti satu sistem lebih baik dari yang lain. Setiap negara harus menyesuaikan sistem ekonomi mereka dengan konteks lokalnya, baik itu dalam hal sejarah, budaya, maupun tantangan ekonomi. Sistem ekonomi yang diterapkan di Asia dan Eropa mencerminkan upaya negara-negara untuk mencari keseimbangan yang tepat antara pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan sosial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H