Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sistem Ekonomi Indonesia (115): Ketimpangan Sosial jadi Penghambat

7 September 2024   17:51 Diperbarui: 7 September 2024   17:52 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketimpangan sosial adalah penghalang signifikan terhadap pembentukan sistem ekonomi yang inklusif. Dengan memahami dampak ketimpangan terhadap akses, konsumsi, dan stabilitas sosial, serta mengimplementasikan kebijakan dan reformasi yang tepat, kita dapat mengatasi tantangan ini dan membangun sistem ekonomi yang lebih adil dan berkelanjutan. Upaya untuk mengurangi ketimpangan sosial tidak hanya bermanfaat bagi keadilan sosial, tetapi juga krusial untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

Kasus Indonesia

Ketimpangan sosial di Indonesia menjadi salah satu tantangan utama dalam upaya membentuk sistem ekonomi yang inklusif. Sistem ekonomi inklusif bertujuan untuk memastikan bahwa manfaat dari pertumbuhan ekonomi tidak hanya dinikmati oleh segelintir kelompok, tetapi juga tersebar merata di seluruh lapisan masyarakat. Namun, ketimpangan sosial yang mengakar dalam struktur ekonomi dan sosial Indonesia sering kali menjadi penghalang signifikan dalam mewujudkan tujuan ini.

Ketimpangan Sosial di Indonesia: Sebuah Tinjauan

Ketimpangan sosial di Indonesia tercermin dalam berbagai dimensi, termasuk perbedaan pendapatan, akses pendidikan, dan kualitas layanan kesehatan. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), koefisien Gini, yang mengukur ketimpangan pendapatan, menunjukkan bahwa ketimpangan di Indonesia masih tinggi meskipun ada upaya untuk menguranginya (BPS, 2023). Perbedaan yang mencolok dalam akses terhadap pendidikan dan layanan kesehatan juga memperburuk ketimpangan sosial. Sebagai contoh, anak-anak dari keluarga miskin sering kali tidak memiliki akses ke pendidikan berkualitas, yang berkontribusi pada siklus kemiskinan (UNICEF, 2022).

Dampak ketimpangan sosial tidak hanya dirasakan dalam aspek ekonomi, tetapi juga dalam stabilitas sosial dan politik. Ketimpangan yang ekstrem dapat menyebabkan ketidakstabilan sosial dan memperburuk konflik antara kelompok masyarakat. Hal ini menunjukkan betapa mendalamnya pengaruh ketimpangan sosial terhadap berbagai aspek kehidupan di Indonesia.

Perspektif Teori Sistem Ekonomi

Untuk memahami bagaimana ketimpangan sosial mempengaruhi pembentukan sistem ekonomi inklusif, kita perlu melihatnya dari sudut pandang teori sistem ekonomi. Terdapat berbagai sistem ekonomi yang dapat diidentifikasi, masing-masing dengan karakteristik dan mekanisme distribusi yang berbeda.

1. Kapitalisme dan Ketimpangan Sosial:

Dalam kerangka kapitalisme, ketimpangan sosial sering dianggap sebagai hasil dari dinamika pasar bebas. Teori kapitalisme, yang dipopulerkan oleh Adam Smith, menganggap bahwa pasar bebas akan mengalokasikan sumber daya secara efisien dan mendorong inovasi. Namun, dalam praktiknya, kapitalisme sering kali menghasilkan ketimpangan yang signifikan. Di Indonesia, fenomena ini terlihat pada konsentrasi kekayaan yang sangat tinggi di tangan segelintir individu dan perusahaan besar. Hal ini mengakibatkan sebagian besar populasi tidak memiliki akses yang sama ke peluang ekonomi, yang menghambat upaya pembentukan sistem ekonomi yang inklusif (Piketty, 2014).

Ketimpangan dalam kapitalisme dapat mengurangi daya beli masyarakat umum dan membatasi potensi pertumbuhan ekonomi. Di Indonesia, ketimpangan pendapatan yang tinggi berkontribusi pada rendahnya konsumsi domestik dan permintaan agregat, yang pada gilirannya mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan (Davis, 2016).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun