Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id- www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Sistem Ekonomi Indonesia (101): Warisan Kolonial?

5 September 2024   07:15 Diperbarui: 5 September 2024   08:34 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketimpangan Sosial-Ekonomi dan Warisan Kelas Kolonial

Dampak kolonialisme tidak hanya terbatas pada struktur ekonomi, tetapi juga pada tatanan sosial yang diwariskan. Dalam banyak kasus, kekuatan kolonial membentuk kelas elit lokal yang loyal kepada penjajah, yang berfungsi sebagai perantara dalam sistem ekonomi kolonial. Setelah kemerdekaan, kelas elit ini sering kali mempertahankan kekuasaan politik dan ekonomi, yang menghasilkan ketimpangan sosial-ekonomi yang mendalam.

Di banyak negara, ketimpangan ini masih sangat nyata hingga hari ini, di mana sebagian besar kekayaan nasional dikendalikan oleh segelintir elit, sementara mayoritas penduduk hidup dalam kemiskinan. Sistem patronase yang dibangun selama era kolonial, di mana loyalitas kepada penguasa lebih penting daripada efisiensi dan kompetensi, masih berlanjut dalam bentuk nepotisme dan korupsi dalam pemerintahan modern. Ini seperti yang disinggung oleh Ake dalam A Political Economy of Africa (1981), bahwa sistem kolonial secara langsung membentuk tatanan sosial-ekonomi yang tidak setara, dan warisan ini terus berlanjut dalam sistem politik dan ekonomi negara-negara berkembang saat ini.

Perjuangan untuk Diversifikasi Ekonomi

Salah satu tantangan terbesar bagi negara-negara berkembang adalah melepaskan diri dari ketergantungan pada satu atau dua sektor ekonomi, terutama sektor komoditas primer. Banyak negara yang berusaha mendiversifikasi ekonomi mereka dengan mengembangkan industri manufaktur dan jasa, tetapi sering kali terhalang oleh keterbatasan infrastruktur, modal, dan keahlian teknis.

Diversifikasi ekonomi menjadi sulit karena warisan kolonial meninggalkan sedikit ruang bagi negara-negara tersebut untuk mengembangkan kapasitas domestik dalam sektor-sektor non-komoditas. Selain itu, perusahaan-perusahaan multinasional yang menguasai sumber daya alam di banyak negara berkembang sering kali memiliki lebih banyak kekuasaan ekonomi daripada pemerintah nasional. Hal ini menciptakan dinamika yang menghambat upaya diversifikasi ekonomi dan reformasi kebijakan ekonomi.

Solusi untuk Mengatasi Warisan Kolonial

Meskipun warisan kolonial masih sangat membebani sistem ekonomi modern di negara-negara berkembang, ada sejumlah langkah yang dapat diambil untuk mengatasi dampaknya. Salah satu solusi utama adalah melalui pengembangan kapasitas industri domestik dan penguatan sektor-sektor ekonomi yang berkelanjutan. Pengembangan pendidikan yang berkualitas dan teknologi juga memainkan peran penting dalam mengurangi ketergantungan pada sektor komoditas primer.

Selain itu, reformasi institusional yang bertujuan mengatasi ketimpangan sosial-ekonomi juga menjadi langkah penting. Ini termasuk upaya mengurangi korupsi, memperkuat hukum dan peraturan, serta menciptakan lingkungan bisnis yang kondusif bagi perkembangan usaha kecil dan menengah. Seperti yang disinggung oleh Chang dalam Kicking Away the Ladder (2002), negara-negara berkembang perlu belajar dari pengalaman negara-negara maju yang sukses dalam membangun industri domestik mereka melalui proteksionisme yang terukur dan intervensi negara dalam ekonomi.

Kolonialisme mungkin telah berakhir secara formal, tetapi warisannya masih membayangi sistem ekonomi modern di banyak negara berkembang. Dari ketergantungan pada ekspor komoditas primer hingga ketimpangan sosial-ekonomi yang mendalam, dampak kolonialisme tetap terasa dalam kebijakan ekonomi dan struktur masyarakat. Upaya untuk melepaskan diri dari warisan kolonial memerlukan reformasi ekonomi yang mendalam, serta pembangunan kapasitas industri dan teknologi yang kuat. Hanya dengan demikian negara-negara berkembang dapat melepaskan diri dari bayang-bayang masa lalu dan menciptakan masa depan ekonomi yang lebih mandiri dan inklusif.

Kasus Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun