Perubahan iklim bukan lagi sekadar isu lingkungan, tetapi telah menjadi masalah ekonomi global yang berdampak signifikan pada berbagai sektor. Indonesia, sebagai negara kepulauan dengan kekayaan alam melimpah, menghadapi tantangan besar akibat perubahan iklim. Dampak ini merambat ke sektor-sektor vital seperti pertanian, perikanan, pariwisata, dan infrastruktur, yang pada gilirannya memengaruhi stabilitas dan pertumbuhan perekonomian nasional.
Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pertanian
Sektor pertanian merupakan salah satu pilar utama perekonomian Indonesia, menyerap sekitar 28 persen dari total tenaga kerja dan menyumbang sekitar 13 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Namun, perubahan iklim mengancam produktivitas sektor ini secara langsung. Perubahan pola curah hujan, peningkatan frekuensi bencana alam seperti banjir dan kekeringan, serta kenaikan suhu global telah menyebabkan gangguan pada siklus tanam dan panen.
Sebagai contoh, perubahan pola musim hujan telah memperpendek musim tanam padi, yang merupakan bahan makanan pokok mayoritas masyarakat Indonesia. Menurut data Kementerian Pertanian, dalam beberapa tahun terakhir, terjadi penurunan produksi padi di beberapa daerah akibat musim hujan yang datang terlambat atau lebih pendek. Ini tentu berdampak pada ketahanan pangan nasional dan mendorong kenaikan harga pangan, yang pada akhirnya melemahkan daya beli masyarakat.
Selain itu, hasil pertanian lain seperti kopi, kakao, dan kelapa sawit juga terdampak. Menurunnya produktivitas pertanian ini tidak hanya memengaruhi pendapatan petani, tetapi juga mengancam ekspor komoditas unggulan Indonesia, yang merupakan salah satu sumber devisa negara.
Perikanan dan Kelautan: Menghadapi Ancaman yang Meningkat
Indonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan sumber daya kelautan yang besar, dan sektor perikanan menyumbang signifikan terhadap perekonomian nasional. Namun, perubahan iklim membawa risiko besar bagi sektor ini. Peningkatan suhu laut, pengasaman laut akibat emisi karbon, serta naiknya permukaan air laut mengancam ekosistem laut dan mengurangi stok ikan.
Studi dari Kementerian Kelautan dan Perikanan menunjukkan bahwa kenaikan suhu laut menyebabkan migrasi ikan ke perairan yang lebih dingin, yang memaksa nelayan Indonesia untuk berlayar lebih jauh dan meningkatkan biaya operasi mereka. Pada akhirnya, hal ini menurunkan keuntungan nelayan dan mempengaruhi harga ikan di pasar domestik.
Kerusakan pada ekosistem laut, seperti terumbu karang yang rusak akibat kenaikan suhu laut, juga mengurangi daya tarik pariwisata bahari. Ini mengancam pendapatan dari sektor pariwisata yang menjadi salah satu sumber pendapatan utama bagi banyak daerah di Indonesia, terutama di wilayah timur seperti Bali, Lombok, dan Raja Ampat.
Bencana Alam dan Infrastruktur Ekonomi
Perubahan iklim meningkatkan frekuensi dan intensitas bencana alam seperti banjir, tanah longsor, dan badai tropis di Indonesia. Bencana-bencana ini tidak hanya merusak infrastruktur fisik seperti jalan, jembatan, dan pelabuhan, tetapi juga memengaruhi perekonomian secara keseluruhan.