Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id- www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sistem Ekonomi Indonesia (3): Peran UMKM

11 Agustus 2024   11:35 Diperbarui: 11 Agustus 2024   11:37 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memiliki peran yang sangat vital dalam perekonomian Indonesia. Dengan lebih dari 64 juta unit usaha yang tersebar di seluruh penjuru negeri, UMKM tidak hanya menjadi tulang punggung ekonomi, tetapi juga mencerminkan kekuatan dan keragaman ekonomi nasional.

UMKM sebagai Penopang Ekonomi Nasional

Teori ekonomi klasik mengajarkan bahwa dalam sistem ekonomi yang sehat, ada keseimbangan antara berbagai sektor ekonomi. UMKM memainkan peran penting dalam menciptakan keseimbangan ini, terutama melalui kontribusinya terhadap lapangan kerja, distribusi pendapatan, dan pertumbuhan ekonomi.

  1. Penciptaan Lapangan Kerja UMKM menyerap sekitar 97% dari total tenaga kerja di Indonesia. Ini menjadikan UMKM sebagai penyumbang terbesar dalam penciptaan lapangan kerja, mengurangi tingkat pengangguran, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Menurut teori permintaan tenaga kerja, peningkatan jumlah unit UMKM akan mendorong permintaan tenaga kerja, yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan rumah tangga dan konsumsi.

Sebagai contoh, sektor perdagangan dan kuliner yang didominasi oleh UMKM menjadi salah satu sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja. Selain itu, UMKM juga menjadi tempat bagi banyak tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan dari sektor formal akibat berbagai krisis ekonomi, termasuk pandemi COVID-19.

  1. Distribusi Pendapatan Dalam teori ekonomi pembangunan, distribusi pendapatan yang lebih merata adalah salah satu indikator kesejahteraan ekonomi. UMKM berperan penting dalam mendistribusikan pendapatan ke seluruh lapisan masyarakat, terutama di daerah pedesaan dan perkotaan. Keberadaan UMKM di daerah-daerah terpencil membantu mengurangi ketimpangan ekonomi antarwilayah dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif.

UMKM yang beroperasi di sektor pertanian dan kerajinan, misalnya, seringkali menjadi sumber pendapatan utama bagi masyarakat pedesaan. Dengan demikian, keberadaan UMKM tidak hanya meningkatkan pendapatan individu, tetapi juga memperkuat ekonomi lokal dan mencegah urbanisasi yang berlebihan.

  1. Kontribusi terhadap PDB UMKM menyumbang sekitar 60% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Teori agregat permintaan menunjukkan bahwa konsumsi rumah tangga adalah salah satu komponen terbesar dari PDB, dan UMKM memainkan peran penting dalam menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dengan meningkatkan daya beli masyarakat, UMKM secara langsung berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

Sektor-sektor seperti makanan dan minuman, perdagangan, serta tekstil dan produk tekstil yang didominasi oleh UMKM, memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional. Pertumbuhan sektor ini tidak hanya mencerminkan daya saing UMKM, tetapi juga kemampuan mereka untuk beradaptasi dengan perubahan pasar.

Tantangan yang Dihadapi UMKM

Meski memiliki peran yang krusial, UMKM di Indonesia menghadapi berbagai tantangan yang dapat menghambat potensinya untuk berkontribusi lebih besar terhadap perekonomian nasional.

  1. Akses Terbatas ke Pembiayaan Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi UMKM adalah akses terbatas ke pembiayaan. Teori modal usaha menunjukkan bahwa akses ke modal yang memadai adalah kunci untuk pertumbuhan dan ekspansi bisnis. Namun, banyak UMKM yang kesulitan mendapatkan pinjaman dari lembaga keuangan formal karena kurangnya jaminan dan riwayat kredit yang terbatas.

Misalnya, banyak UMKM di sektor pertanian yang menghadapi kesulitan dalam mendapatkan pembiayaan untuk membeli peralatan atau teknologi baru yang dapat meningkatkan produktivitas. Akibatnya, banyak UMKM yang terjebak dalam skala usaha kecil dan tidak mampu bersaing di pasar yang lebih besar.

  1. Keterbatasan Teknologi dan Inovasi Dalam era digital, keterbatasan teknologi menjadi tantangan besar bagi UMKM. Banyak UMKM yang belum mampu memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan efisiensi operasional dan memperluas pasar. Menurut teori inovasi teknologi, adopsi teknologi dapat meningkatkan daya saing dan produktivitas, namun banyak UMKM yang masih menghadapi hambatan dalam hal pengetahuan dan keterampilan teknologi.

Sebagai contoh, masih banyak UMKM di sektor perdagangan tradisional yang belum memanfaatkan platform e-commerce untuk menjual produk mereka. Hal ini mengakibatkan mereka kesulitan bersaing dengan bisnis yang sudah lebih maju secara digital, terutama dalam menghadapi perubahan perilaku konsumen yang semakin mengandalkan teknologi.

  1. Regulasi dan Kebijakan yang Tidak Konsisten Kebijakan yang tidak konsisten atau birokrasi yang rumit seringkali menjadi penghambat bagi UMKM. Teori ekonomi kelembagaan menekankan pentingnya lingkungan regulasi yang kondusif untuk pertumbuhan bisnis. Namun, di Indonesia, UMKM seringkali dihadapkan pada regulasi yang berbelit-belit, terutama terkait perizinan usaha dan perpajakan.

Contohnya, proses perizinan usaha yang panjang dan mahal dapat menghambat UMKM untuk mengembangkan usahanya. Selain itu, kebijakan fiskal yang kurang mendukung UMKM, seperti pajak yang tinggi, juga dapat mengurangi daya saing UMKM di pasar domestik maupun internasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun