Dalam bidang kesehatan, kualitas hidup sering kali diukur melalui konsep Kualitas Hidup yang Terkait dengan Kesehatan (Health-Related Quality of Life, HRQoL). HRQoL mengacu pada seberapa besar kesehatan seseorang, baik fisik maupun mental, mempengaruhi kemampuan mereka untuk menjalani kehidupan yang memuaskan. Alat ukur seperti SF-36 dan EQ-5D digunakan untuk menilai berbagai dimensi kesehatan termasuk fungsi fisik, nyeri, kesehatan mental, dan vitalitas.
Pendekatan kesehatan menekankan bahwa kualitas hidup tidak hanya ditentukan oleh kondisi kesehatan objektif tetapi juga oleh persepsi individu tentang kesehatan mereka dan kemampuan mereka untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Pendekatan Multidimensional
Banyak ahli sekarang mengakui bahwa kualitas hidup adalah konsep multidimensional yang tidak dapat diukur hanya dengan satu indikator atau dari satu perspektif saja. Oleh karena itu, pendekatan multidimensional telah dikembangkan untuk menggabungkan berbagai dimensi kualitas hidup, termasuk ekonomi, sosial, psikologis, dan kesehatan.
Indeks Kualitas Hidup (QLI) dan Indeks Kemajuan Sosial (SPI) adalah contoh dari pendekatan multidimensional yang mencoba memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang kesejahteraan manusia. Model-model ini menggabungkan berbagai indikator yang mencakup aspek-aspek material dan non-material dari kehidupan, seperti pendidikan, lingkungan, keamanan, dan kebebasan pribadi.
Para ahli memahami kualitas hidup melalui berbagai pendekatan yang mencerminkan kompleksitas dan multidimensionalitas konsep ini. Pendekatan ekonomi menekankan pentingnya pendapatan dan akses ke sumber daya, sementara pendekatan psikologis fokus pada kesejahteraan subjektif dan pengalaman individu. Pendekatan sosiologis menyoroti peran kapital sosial dan struktur sosial, dan pendekatan kesehatan menilai dampak kesehatan pada kesejahteraan individu. Pendekatan multidimensional mencoba menggabungkan berbagai perspektif ini untuk memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang kualitas hidup.
Dengan memahami berbagai pendekatan ini, kita dapat mengembangkan model yang lebih holistik dan inklusif untuk mengukur dan meningkatkan kualitas hidup, serta merancang kebijakan dan intervensi yang lebih efektif untuk memajukan kesejahteraan manusia.
Dari perspektif ilmu ekonomi kualitas hidup mencakup berbagai aspek seperti pendapatan, kesehatan, pendidikan dan lingkungan. Kebijakan yang mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, distribusi pendapatan yang adil serta investasi dalam pendidikan dan kesehatan adalah kunci untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat (Sen, 1999; Stiglitz et al., 2009).
Amartya Sen-seorang ekonom terkenal-mendefinisikan kualitas hidup sebagai kemampuan individu untuk mencapai berbagai hal yang mereka nilai penting dalam hidup mereka. Sen menekankan pentingnya kebebasan substantif yang memungkinkan orang untuk membuat pilihan dan mengendalikan kehidupan mereka sendiri (Sen, 1999). Dalam konteks ekonomi hal ini melibatkan akses terhadap sumber daya yang memadai, seperti pendidikan, layanan kesehatan dan pekerjaan yang layak.
Joseph Stiglitz bersama Amartya Sen dan Jean-Paul Fitoussi mengusulkan bahwa kualitas hidup harus diukur tidak hanya melalui pendapatan dan konsumsi akan tetapi juga melalui indikator yang mencakup kesehatan, pendidikan, lingkungan, keamanan sosial dan keterlibatan masyarakat dalam proses politik (Stiglitz, Sen, & Fitoussi, 2009). Mereka berpendapat bahwa kesejahteraan material saja tidak cukup untuk menggambarkan kualitas hidup secara menyeluruh.
Michael Todaro dan Stephen Smith dalam "Economic Development" menekankan bahwa kualitas hidup tidak hanya ditentukan oleh tingkat pendapatan tetapi juga oleh distribusi pendapatan yang adil dan akses yang merata terhadap kesempatan ekonomi dan layanan publik. Mereka berpendapat bahwa pembangunan ekonomi yang berkelanjutan harus mencakup peningkatan dalam bidang pendidikan, kesehatan dan lingkungan (Todaro & Smith, 2015).