Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dimensi (Pengukuran) Kualitas Hidup

1 Agustus 2024   07:00 Diperbarui: 1 Agustus 2024   16:20 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kualitas hidup manusia adalah konsep yang kompleks dan multidimensional, yang mencakup berbagai aspek kehidupan individu dan masyarakat. United Nations Development Programme (UNDP) mengakui kompleksitas ini dan dalam laporan tahun 2020, menyoroti tiga dimensi utama yang membentuk dasar dari Indeks Pembangunan Manusia (HDI): kesehatan, pendidikan, dan standar hidup. Ketiga dimensi ini saling berkaitan dan memainkan peran penting dalam menentukan kesejahteraan dan kualitas hidup individu.

Dimensi kesehatan dalam HDI diukur melalui harapan hidup saat lahir, yang mencerminkan kemampuan individu untuk menikmati hidup yang panjang dan sehat. Kesehatan merupakan dasar dari kualitas hidup yang baik, karena mempengaruhi kemampuan individu untuk bekerja, belajar, dan berpartisipasi dalam masyarakat. 

Akses terhadap layanan kesehatan yang berkualitas, nutrisi yang memadai, dan lingkungan yang bersih adalah faktor penting yang mempengaruhi kesehatan individu.

Peningkatan dalam indikator kesehatan global selama beberapa dekade terakhir mencerminkan kemajuan dalam teknologi medis, peningkatan akses ke layanan kesehatan, dan upaya global dalam mengendalikan penyakit menular. Namun, tantangan tetap ada, terutama di negara berkembang di mana akses ke perawatan kesehatan seringkali terbatas dan masalah kesehatan masyarakat seperti malnutrisi dan penyakit menular masih umum terjadi.

Dalam konteks Indonesia, peningkatan kesehatan masyarakat menjadi prioritas dalam kebijakan nasional, dengan upaya untuk memperluas akses ke layanan kesehatan, meningkatkan fasilitas kesehatan, dan mengatasi determinan sosial kesehatan yang berdampak pada kelompok rentan (Kementerian Kesehatan RI, 2020).

Pendidikan adalah alat penting untuk pemberdayaan individu dan pengentasan kemiskinan. Dalam HDI, dimensi pendidikan diukur melalui dua indikator utama: rata-rata tahun sekolah yang telah diselesaikan oleh orang dewasa dan harapan tahun sekolah untuk anak-anak usia sekolah. Pendidikan tidak hanya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga membuka peluang ekonomi dan sosial.

Peningkatan akses ke pendidikan, terutama pendidikan dasar dan menengah, telah menjadi fokus utama kebijakan global, termasuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Namun, tantangan dalam kualitas pendidikan dan kesenjangan akses masih menjadi masalah di banyak negara, termasuk Indonesia. Kualitas pendidikan seringkali bervariasi secara signifikan antara daerah perkotaan dan pedesaan, dan akses terhadap pendidikan tinggi masih terbatas bagi banyak individu dari latar belakang ekonomi rendah.

Pemerintah Indonesia terus berupaya meningkatkan akses dan kualitas pendidikan melalui berbagai program dan kebijakan, seperti peningkatan anggaran pendidikan, peningkatan kualitas guru, dan penyediaan beasiswa bagi siswa berprestasi dari keluarga kurang mampu (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, 2020).

Standar hidup, yang diukur melalui Pendapatan Nasional Bruto (PNB) per kapita, mencerminkan kemampuan individu untuk mengakses barang dan jasa yang diperlukan untuk kehidupan yang layak. Standar hidup yang baik memungkinkan individu untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, perumahan, dan pakaian, serta meningkatkan akses terhadap layanan lainnya seperti kesehatan dan pendidikan.

Pertumbuhan ekonomi global telah meningkatkan standar hidup di banyak negara, tetapi kesenjangan ekonomi tetap menjadi tantangan besar. Ketidaksetaraan dalam distribusi pendapatan dan kekayaan dapat menghambat akses ke peluang ekonomi dan sosial, memperburuk ketidaksetaraan sosial.

Di Indonesia, peningkatan standar hidup menjadi salah satu fokus utama kebijakan ekonomi, dengan upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan akses terhadap layanan dasar bagi seluruh masyarakat (Kementerian Keuangan RI, 2020).

Dimensi kesehatan, pendidikan, dan standar hidup adalah pilar penting dalam pengukuran kualitas hidup yang diakui oleh UNDP. Ketiga dimensi ini saling terkait dan bersama-sama membentuk fondasi untuk kesejahteraan manusia yang berkelanjutan. Meningkatkan kesehatan, memperluas akses ke pendidikan, dan meningkatkan standar hidup adalah tujuan yang saling mendukung yang harus dicapai melalui kebijakan dan program yang komprehensif. 

Dalam konteks global dan nasional, upaya untuk mencapai kemajuan dalam ketiga dimensi ini harus terus ditingkatkan untuk memastikan kualitas hidup yang lebih baik bagi semua orang.

Pengukuran kualitas hidup tidak hanya mencakup dimensi ekonomi dan individu seperti kesehatan, pendidikan, dan pendapatan, tetapi juga memerlukan perhatian terhadap dimensi sosial dan lingkungan. Laporan dari Komisi Pengukuran Kinerja Ekonomi dan Kemajuan Sosial yang dipimpin oleh Stiglitz, Sen, dan Fitoussi pada tahun 2009 menekankan pentingnya memasukkan faktor-faktor sosial dan lingkungan dalam pengukuran kesejahteraan manusia. 

Dimensi ini dianggap esensial untuk memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang kualitas hidup yang mencakup interaksi manusia dengan lingkungan dan hubungan sosial yang mereka jalin.

Dimensi sosial dari kualitas hidup mencakup hubungan antar individu dan komunitas, serta kemampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan politik. Hubungan sosial yang kuat dan dukungan komunitas yang baik dapat meningkatkan perasaan kesejahteraan dan kebahagiaan individu. Aspek-aspek seperti kepercayaan antar individu, tingkat kriminalitas, dan partisipasi dalam kehidupan sosial adalah bagian penting dari dimensi ini.

Modal sosial mencakup jaringan, norma, dan kepercayaan yang memfasilitasi kerja sama untuk keuntungan bersama dalam suatu masyarakat. Robert Putnam dalam bukunya "Bowling Alone" menyoroti bahwa modal sosial yang tinggi, seperti kepercayaan dan keterlibatan komunitas, berhubungan dengan berbagai hasil positif, termasuk kesehatan yang lebih baik, kinerja ekonomi yang lebih baik, dan pemerintahan yang lebih efektif (Putnam, 2000).

Ketidaksetaraan dalam akses ke peluang dan sumber daya dapat mempengaruhi kualitas hidup secara signifikan. Ketidaksetaraan ini dapat terjadi dalam berbagai bentuk, termasuk ketidaksetaraan pendapatan, pendidikan, dan kesehatan. Ketidaksetaraan sosial dapat menyebabkan frustrasi dan ketidakpuasan, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi kohesi sosial dan stabilitas masyarakat.

Kemampuan individu untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan politik adalah indikator penting dari kesejahteraan sosial. Partisipasi yang aktif dapat meningkatkan perasaan memiliki dan kontrol, yang merupakan elemen penting dari kesejahteraan psikologis.

Dimensi lingkungan dalam pengukuran kualitas hidup menekankan pentingnya lingkungan alam yang sehat dan berkelanjutan. Lingkungan yang bersih dan aman mempengaruhi kesehatan fisik dan mental individu, serta kemampuan masyarakat untuk berkembang secara berkelanjutan.

Kualitas lingkungan mencakup udara bersih, air yang aman, dan tanah yang subur. Polusi dan degradasi lingkungan dapat memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap kesehatan masyarakat dan kualitas hidup. Oleh karena itu, pengukuran kualitas hidup harus mempertimbangkan indikator lingkungan seperti kualitas udara, akses ke air bersih, dan keanekaragaman hayati.

Keberlanjutan ekologis mengacu pada kemampuan lingkungan untuk mendukung kehidupan manusia dan ekosistem lainnya dalam jangka panjang. Ini mencakup pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan dan pengurangan jejak ekologis manusia. Stiglitz, Sen, dan Fitoussi menekankan bahwa kualitas hidup masa depan bergantung pada keberlanjutan praktik saat ini dan perlunya mempertimbangkan keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan (Stiglitz, Sen, & Fitoussi, 2009).

Perubahan iklim adalah tantangan global yang signifikan yang mempengaruhi kualitas hidup manusia di seluruh dunia. Dampak perubahan iklim, seperti peningkatan suhu, kenaikan permukaan laut, dan cuaca ekstrem, dapat mengancam kesejahteraan fisik, ekonomi, dan sosial. Oleh karena itu, upaya mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim harus menjadi bagian integral dari strategi peningkatan kualitas hidup.

Dimensi sosial dan lingkungan adalah komponen penting dalam pengukuran kualitas hidup yang holistik. Laporan Stiglitz, Sen, dan Fitoussi (2009) menekankan perlunya pendekatan multidimensional yang mencakup interaksi manusia dengan lingkungan dan hubungan sosial untuk memberikan gambaran yang lebih akurat tentang kesejahteraan. 

Dalam konteks global yang terus berubah, penting untuk memperhitungkan dimensi-dimensi ini dalam upaya meningkatkan kualitas hidup secara berkelanjutan. Memahami dan mengatasi tantangan dalam dimensi sosial dan lingkungan dapat membantu menciptakan masyarakat yang lebih adil, sehat, dan berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun