Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id- www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Solusi Cerdas untuk Fake Productivity

15 Juni 2024   07:30 Diperbarui: 15 Juni 2024   07:35 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Fake productivity bukan hanya merupakan tantangan bagi efisiensi dan keberlanjutan organisasi, tetapi juga mengancam kesehatan mental dan kepuasan individu. Penting untuk organisasi untuk mengembangkan kebijakan yang transparan dan adil dalam pengukuran dan penghargaan kinerja, serta mempromosikan budaya kerja yang berpusat pada nilai-nilai produktivitas yang sejati dan berkelanjutan. Dengan demikian, dapat menciptakan lingkungan kerja yang sehat, efisien, dan bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat.

Penyebab dan Manifestasi Fake Productivity

Fake productivity merujuk pada praktik atau perilaku yang menampilkan atau mensimulasikan produktivitas tanpa memberikan nilai tambah yang sebenarnya. Ini bisa mencakup penggunaan alat dan teknologi untuk mengelabui sistem pelacakan waktu, atau fokus pada tugas-tugas yang terlihat produktif tetapi sebenarnya tidak berdampak signifikan. Sebagaimana diungkapkan oleh Profesor Maria Hernandez dari Universitas Harvard, "Fake productivity sering kali muncul sebagai respons terhadap tekanan untuk mencapai target atau menunjukkan kinerja yang impresif, tanpa memperhitungkan nilai sebenarnya dari pekerjaan yang dilakukan."

Dampak Negatif terhadap Organisasi dan Individu

Praktik fake productivity dapat memiliki dampak yang merugikan, baik bagi organisasi maupun individu. Secara organisasional, ini dapat mengarah pada penurunan efisiensi dan inovasi, ketidakmampuan untuk menilai dan menghargai kontribusi yang sebenarnya, serta menciptakan budaya kerja yang tidak sehat. Sementara itu, dari sudut pandang individu, fokus pada kesan daripada substansi dapat menyebabkan stres, kelelahan, dan penurunan kepuasan kerja. Dr. Anthony Lim dari Universitas Stanford menambahkan, "Pekerja yang terjebak dalam budaya fake productivity cenderung mengorbankan keseimbangan kerja-hidup dan kepuasan pribadi demi memenuhi ekspektasi yang tidak realistis."

Implikasi Ekonomi dan Sosial

Secara ekonomi, fake productivity dapat menyebabkan pemborosan sumber daya, terutama waktu dan energi, yang seharusnya dialokasikan untuk kegiatan yang lebih produktif dan bernilai tambah. Ini juga dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi jangka panjang karena menghambat inovasi dan pengembangan teknologi. Secara sosial, fenomena ini dapat memperburuk ketidaksetaraan di tempat kerja dan meningkatkan tingkat ketidakpuasan dan turnover karyawan.

Matriks:

Aspek

Penyebab

Dampak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun