Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id- www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Mungkinkah Perdagangan Internasional Mencapai Paretto Optimum?

22 Mei 2024   19:08 Diperbarui: 22 Mei 2024   19:15 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: Unsplash


Perdagangan Internasional dan Proteksionisme

Perdagangan internasional adalah tulang punggung ekonomi global yang memungkinkan negara-negara untuk saling bertukar barang dan jasa yang tidak tersedia atau lebih mahal untuk diproduksi di dalam negeri. Melalui perdagangan, negara-negara dapat memanfaatkan keunggulan komparatif masing-masing, sehingga meningkatkan efisiensi ekonomi secara keseluruhan dan memperluas pilihan bagi konsumen. Namun, meskipun banyak manfaat yang dihasilkan, perdagangan internasional juga menghadirkan tantangan yang sering kali memicu kebijakan proteksionisme.


Sejarah dan Perkembangan Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional telah menjadi salah satu pendorong utama perkembangan ekonomi global sejak zaman kuno. Dari rute perdagangan kuno hingga era globalisasi modern, perdagangan internasional telah mengalami transformasi yang signifikan, mencerminkan perubahan dalam teknologi, kebijakan, dan hubungan internasional. Berikut adalah gambaran sejarah dan perkembangan perdagangan internasional dari masa ke masa.

Perdagangan Kuno

1. Rute Sutra (Silk Road): Rute Sutra adalah salah satu jalur perdagangan paling terkenal yang menghubungkan Asia Timur dengan Mediterania melalui Asia Tengah. Jalur ini tidak hanya memungkinkan pertukaran barang seperti sutra, rempah-rempah, dan barang mewah lainnya, tetapi juga ide-ide, budaya, dan teknologi.

2. Perdagangan Laut di Mediterania: Di dunia Barat, bangsa Fenisia dan kemudian Yunani dan Romawi mengembangkan jaringan perdagangan maritim yang luas di sekitar Laut Mediterania. Barang-barang seperti anggur, minyak zaitun, dan logam mulia diperdagangkan antar kota dan kerajaan.

3. Rute Rempah-Rempah: Asia Tenggara, terutama Kepulauan Maluku, dikenal sebagai sumber utama rempah-rempah seperti cengkeh dan pala. Rempah-rempah ini sangat berharga di Eropa dan memotivasi penjelajahan maritim dan perdagangan antara Timur dan Barat.

Abad Pertengahan dan Renaisans

1. Kota-kota Perdagangan Italia: Pada Abad Pertengahan, kota-kota seperti Venesia dan Genoa menjadi pusat perdagangan yang penting, menghubungkan Eropa dengan dunia Islam dan Asia. Mereka mengendalikan rute perdagangan utama dan menjadi kaya melalui aktivitas perdagangan.

2. Penemuan Dunia Baru: Penjelajahan oleh bangsa Eropa pada akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16, seperti perjalanan oleh Christopher Columbus, Vasco da Gama, dan Ferdinand Magellan, membuka jalur perdagangan baru antara Eropa, Amerika, Afrika, dan Asia.

3. Sistem Perdagangan Kolonial: Negara-negara Eropa mendirikan koloni di berbagai bagian dunia, yang berfungsi sebagai sumber bahan mentah dan pasar untuk barang-barang manufaktur Eropa. Sistem ini sering kali bersifat eksploitatif dan menyebabkan penderitaan bagi penduduk asli.

Revolusi Industri

1. Peningkatan Produksi dan Kebutuhan Pasar: Revolusi Industri di abad ke-18 dan ke-19 menyebabkan peningkatan produksi barang secara besar-besaran. Negara-negara industri memerlukan pasar baru untuk menjual produk mereka dan sumber bahan baku baru, yang memperluas perdagangan internasional.

2. Perkembangan Transportasi: Peningkatan teknologi transportasi, seperti kereta api, kapal uap, dan kanal, mengurangi biaya dan waktu yang diperlukan untuk mengangkut barang. Ini membuat perdagangan internasional lebih efisien dan terjangkau.

3. Teori Ekonomi: Teori perdagangan internasional, seperti teori keunggulan komparatif yang dikemukakan oleh David Ricardo, memberikan dasar intelektual bagi liberalisasi perdagangan. Ide-ide ini mendukung penghapusan tarif dan hambatan perdagangan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi.

Abad ke-20 dan Globalisasi

1. Perang Dunia dan Depresi Besar: Perang Dunia I dan II, serta Depresi Besar pada tahun 1930-an, sangat mengganggu perdagangan internasional. Banyak negara menerapkan kebijakan proteksionis untuk melindungi ekonomi mereka, yang sering kali memperburuk situasi.

2. Pembentukan Lembaga Internasional: Setelah Perang Dunia II, lembaga-lembaga seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Bank Dunia, dan Dana Moneter Internasional (IMF) dibentuk untuk mempromosikan stabilitas ekonomi global dan memfasilitasi perdagangan internasional. GATT (General Agreement on Tariffs and Trade) didirikan pada tahun 1947, yang kemudian menjadi WTO (World Trade Organization) pada tahun 1995.

3. Liberalisasi Perdagangan: Paruh kedua abad ke-20 menyaksikan gelombang liberalisasi perdagangan, dengan perjanjian seperti Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) dan Uni Eropa (UE) yang mempromosikan penghapusan tarif dan hambatan perdagangan lainnya.

4. Era Digital dan E-commerce: Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21 mengubah lanskap perdagangan internasional. E-commerce memungkinkan perusahaan dan konsumen untuk terlibat dalam perdagangan lintas batas dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Tantangan dan Masa Depan Perdagangan Internasional

1. Proteksionisme Baru: Meskipun ada manfaat besar dari perdagangan bebas, beberapa negara kembali ke kebijakan proteksionis untuk melindungi industri domestik mereka. Ketegangan perdagangan antara negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan Tiongkok menunjukkan tantangan yang dihadapi dalam mempertahankan sistem perdagangan bebas global.

2. Isu Lingkungan dan Sosial: Perdagangan internasional harus menghadapi isu-isu seperti perubahan iklim, pelanggaran hak asasi manusia, dan standar kerja. Tantangan ini memerlukan pendekatan yang lebih berkelanjutan dan etis terhadap perdagangan.

3. Teknologi dan Automasi: Kemajuan teknologi, seperti automasi dan kecerdasan buatan, mengubah dinamika perdagangan internasional. Sementara teknologi ini dapat meningkatkan efisiensi, mereka juga menimbulkan tantangan baru dalam hal pekerjaan dan distribusi keuntungan.

Perdagangan internasional telah berkembang jauh sejak zaman kuno, terus beradaptasi dengan perubahan teknologi, ekonomi, dan politik. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, perdagangan internasional tetap menjadi komponen vital dari perekonomian global, memberikan peluang besar bagi pertumbuhan dan kemakmuran. Masa depan perdagangan internasional akan ditentukan oleh kemampuan negara-negara untuk bekerja sama dan beradaptasi dengan dinamika yang terus berubah.


Fenomena dan Dinamika Perdagangan Internasional Saat Ini

Perdagangan internasional saat ini mengalami berbagai fenomena dan dinamika yang mencerminkan perubahan teknologi, kebijakan ekonomi, dan kondisi geopolitik. Transformasi digital, ketegangan perdagangan, perubahan iklim, dan respons terhadap pandemi COVID-19 adalah beberapa faktor yang memainkan peran penting dalam membentuk lanskap perdagangan global. Berikut adalah beberapa fenomena dan dinamika utama perdagangan internasional saat ini:

1. Digitalisasi dan E-commerce

Transformasi Digital: Digitalisasi telah mengubah cara barang dan jasa diperdagangkan di seluruh dunia. Teknologi seperti internet, platform e-commerce, dan pembayaran digital telah mempermudah transaksi lintas batas, memungkinkan perusahaan kecil dan menengah untuk terlibat dalam perdagangan internasional.

E-commerce: E-commerce telah tumbuh secara eksponensial, terutama selama pandemi COVID-19. Platform seperti Amazon, Alibaba, dan eBay memungkinkan konsumen di seluruh dunia untuk membeli produk dari negara lain dengan mudah. Perdagangan digital ini mengurangi hambatan masuk dan memperluas pasar global.

2. Ketegangan Perdagangan dan Proteksionisme

Ketegangan AS-Tiongkok: Salah satu dinamika utama perdagangan internasional saat ini adalah ketegangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Perang dagang yang dimulai pada 2018, dengan tarif balasan yang diberlakukan oleh kedua negara, telah mengganggu rantai pasokan global dan menciptakan ketidakpastian bagi bisnis.

Kebijakan Proteksionis: Beberapa negara telah mengadopsi kebijakan proteksionis untuk melindungi industri domestik mereka dari kompetisi asing. Langkah-langkah ini termasuk tarif, kuota impor, dan subsidi untuk industri lokal. Meskipun bertujuan melindungi ekonomi domestik, kebijakan proteksionis dapat mengurangi efisiensi ekonomi dan meningkatkan harga bagi konsumen.

3. Pandemi COVID-19 dan Rantai Pasokan Global

Gangguan Rantai Pasokan: Pandemi COVID-19 menyebabkan gangguan besar pada rantai pasokan global. Penutupan pabrik, pembatasan perjalanan, dan perubahan mendadak dalam permintaan konsumen menyebabkan kekurangan barang dan keterlambatan pengiriman. Krisis ini mengungkapkan kerentanan dalam rantai pasokan global dan mendorong perusahaan untuk mempertimbangkan diversifikasi sumber dan produksi lokal.

Percepatan Digitalisasi: Pandemi juga mempercepat digitalisasi perdagangan dan adopsi teknologi baru. Perusahaan mengandalkan teknologi digital untuk menjaga operasi mereka dan memenuhi permintaan pelanggan, mempercepat tren menuju perdagangan digital.

4. Perdagangan Hijau dan Keberlanjutan

Perubahan Iklim: Isu perubahan iklim menjadi semakin mendesak, mempengaruhi kebijakan perdagangan internasional. Negara-negara dan perusahaan semakin fokus pada perdagangan hijau, yang mencakup produk dan praktik yang ramah lingkungan.

Regulasi Lingkungan: Banyak negara mulai menerapkan regulasi yang ketat terhadap emisi karbon dan mendorong penggunaan energi terbarukan. Misalnya, Uni Eropa telah memperkenalkan pajak karbon pada barang-barang impor untuk mengurangi jejak karbon dan mendorong praktik perdagangan yang lebih berkelanjutan.

5. Regionalisme dan Perjanjian Perdagangan Bebas

Perjanjian Regional: Regionalisme dalam perdagangan internasional meningkat dengan pembentukan berbagai perjanjian perdagangan bebas (FTA). Contoh terbaru termasuk Perjanjian Amerika Serikat-Meksiko-Kanada (USMCA) dan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) yang melibatkan negara-negara Asia-Pasifik.

Integrasi Ekonomi: Perjanjian perdagangan regional membantu mengurangi hambatan perdagangan, memfasilitasi aliran barang dan jasa, dan meningkatkan kerjasama ekonomi di antara negara-negara anggota. Integrasi ekonomi regional ini dapat menjadi langkah menuju perdagangan yang lebih bebas dan efisien.

6. Inovasi dan Teknologi

Automasi dan Kecerdasan Buatan: Inovasi dalam bidang automasi dan kecerdasan buatan (AI) mengubah cara produksi dan perdagangan dilakukan. Teknologi ini meningkatkan efisiensi dan produktivitas, tetapi juga menimbulkan tantangan dalam hal pekerjaan dan keterampilan tenaga kerja.

Teknologi Blockchain: Teknologi blockchain mulai digunakan dalam perdagangan internasional untuk meningkatkan transparansi, efisiensi, dan keamanan transaksi. Blockchain dapat membantu mengurangi biaya transaksi dan mempercepat proses perdagangan dengan menyediakan catatan yang tidak dapat diubah dari setiap transaksi.

7. Keamanan dan Geopolitik

Ketegangan Geopolitik: Ketegangan geopolitik, seperti konflik di Timur Tengah, persaingan di Laut China Selatan, dan sanksi ekonomi terhadap negara tertentu, mempengaruhi arus perdagangan internasional. Ketidakpastian geopolitik dapat mengganggu rantai pasokan dan menciptakan risiko bagi perusahaan yang terlibat dalam perdagangan internasional.

Keamanan Siber: Dengan meningkatnya digitalisasi perdagangan, keamanan siber menjadi isu kritis. Perusahaan dan pemerintah harus melindungi data sensitif dan infrastruktur dari serangan siber yang dapat mengganggu perdagangan dan merusak reputasi.

Perdagangan internasional saat ini dipengaruhi oleh berbagai fenomena dan dinamika yang mencerminkan kompleksitas ekonomi global. Digitalisasi, ketegangan perdagangan, perubahan iklim, dan respons terhadap pandemi adalah beberapa faktor utama yang membentuk lanskap perdagangan modern. Untuk mengatasi tantangan ini dan memanfaatkan peluang yang ada, negara-negara dan perusahaan perlu beradaptasi dengan perubahan yang cepat dan bekerja sama untuk menciptakan sistem perdagangan yang lebih efisien, berkelanjutan, dan adil.

Manfaat Perdagangan Internasional

1. Efisiensi dan Spesialisasi: Perdagangan internasional memungkinkan negara untuk mengkhususkan diri dalam produksi barang dan jasa di mana mereka memiliki keunggulan komparatif. Hal ini tidak hanya meningkatkan efisiensi dan produktivitas tetapi juga memungkinkan terciptanya skala ekonomi yang lebih besar, mengurangi biaya produksi dan harga barang bagi konsumen.

2. Akses ke Pasar yang Lebih Luas: Melalui perdagangan internasional, produsen memiliki akses ke pasar global, yang dapat meningkatkan penjualan dan keuntungan. Bagi konsumen, ini berarti akses ke berbagai produk yang lebih banyak dan beragam dengan harga yang lebih kompetitif, yang sering kali tidak tersedia di pasar domestik.

3. Transfer Teknologi dan Inovasi: Perdagangan memfasilitasi aliran teknologi dan pengetahuan antar negara, mendorong inovasi dan peningkatan kualitas produk. Kerjasama internasional dalam riset dan pengembangan dapat menghasilkan terobosan teknologi yang signifikan, yang pada gilirannya dapat meningkatkan efisiensi produksi dan kualitas hidup.

4. Peningkatan Standar Hidup: Dengan adanya perdagangan, konsumen dapat menikmati barang dan jasa yang lebih murah dan berkualitas tinggi, yang tidak dapat diproduksi secara lokal. Ketersediaan barang impor yang lebih beragam meningkatkan kesejahteraan konsumen dan standar hidup secara keseluruhan.

Tantangan dan Dampak Negatif Perdagangan Internasional

1. Persaingan yang Tidak Seimbang: Produsen lokal sering kali kesulitan bersaing dengan barang impor yang lebih murah, yang dapat menyebabkan penutupan bisnis dan kehilangan pekerjaan. Sektor-sektor tertentu, seperti pertanian atau manufaktur, mungkin sangat terpengaruh oleh kompetisi global yang ketat.

2. Ketergantungan Ekonomi: Ketergantungan yang berlebihan pada impor membuat negara rentan terhadap fluktuasi harga global dan gangguan pasokan. Demikian juga, ketergantungan pada ekspor tertentu dapat membuat ekonomi domestik rentan terhadap perubahan permintaan internasional.

3. Masalah Sosial dan Lingkungan: Produksi massal untuk ekspor seringkali mengabaikan standar lingkungan dan hak pekerja. Eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan untuk memenuhi permintaan internasional dapat menyebabkan kerusakan lingkungan yang signifikan dan masalah sosial lainnya.

Proteksionisme: Alat Kebijakan untuk Melindungi Ekonomi Domestik

Proteksionisme adalah kebijakan ekonomi yang bertujuan untuk melindungi industri domestik dari persaingan asing. Ini dapat dilakukan melalui berbagai cara:

1. Tarif: Tarif adalah pajak yang dikenakan pada barang impor untuk membuatnya lebih mahal dan kurang kompetitif dibandingkan produk domestik. Meskipun tarif dapat meningkatkan pendapatan pemerintah, tarif juga dapat menyebabkan harga yang lebih tinggi bagi konsumen.

2. Kuota: Kuota membatasi jumlah barang tertentu yang dapat diimpor, untuk melindungi produsen lokal dari persaingan berlebihan. Kuota dapat mendorong produksi domestik tetapi juga dapat menyebabkan kelangkaan dan inflasi.

3. Subsidi: Subsidi adalah dukungan finansial dari pemerintah untuk industri lokal agar mereka dapat bersaing dengan barang impor. Subsidi dapat mendistorsi pasar dan menyebabkan ketergantungan pada dukungan pemerintah.

4. Regulasi dan Standar: Penetapan standar kualitas yang tinggi untuk barang impor adalah langkah proteksionis untuk melindungi konsumen dan industri domestik. Meskipun regulasi yang ketat dapat menghambat impor, hal ini juga bisa dilihat sebagai hambatan perdagangan yang tidak adil.

Perdagangan internasional menawarkan banyak manfaat signifikan bagi perekonomian global, termasuk efisiensi, inovasi, dan peningkatan standar hidup. Namun, tantangan yang muncul, seperti persaingan yang tidak seimbang dan ketergantungan ekonomi, sering kali memicu kebijakan proteksionisme. Proteksionisme, meskipun dapat melindungi industri dan pekerja domestik, harus diterapkan dengan hati-hati agar tidak menimbulkan perang dagang dan tetap menjaga keseimbangan antara perlindungan ekonomi domestik dan manfaat dari keterlibatan dalam pasar global. Dalam era globalisasi, tantangan ini memerlukan pendekatan yang seimbang dan kebijakan yang bijaksana untuk memastikan bahwa manfaat perdagangan internasional dapat dinikmati secara luas tanpa mengorbankan stabilitas ekonomi domestik.


Mungkinkah Perdagangan Internasional dan Proteksionisme Menciptakan Pareto Optimum?

Pareto Optimum, atau Pareto Efisiensi, adalah kondisi dalam ekonomi di mana tidak mungkin untuk membuat seseorang lebih baik tanpa membuat orang lain lebih buruk. Dalam konteks perdagangan internasional dan proteksionisme, mencapai Pareto Optimum adalah tantangan yang kompleks karena kedua konsep ini memiliki efek yang berbeda terhadap distribusi keuntungan dan kerugian dalam perekonomian.

Perdagangan Internasional dan Pareto Optimum

Perdagangan internasional dapat mendekati Pareto Optimum dengan beberapa cara:

1. Efisiensi dan Keunggulan Komparatif: Perdagangan memungkinkan negara-negara untuk memanfaatkan keunggulan komparatif mereka, menghasilkan barang dan jasa dengan biaya yang lebih rendah dan efisiensi yang lebih tinggi. Ini berarti bahwa sumber daya dialokasikan secara optimal, dan keuntungan bersih perdagangan dapat meningkatkan kesejahteraan semua negara yang terlibat.

2. Skala Ekonomi dan Inovasi: Perdagangan internasional sering kali mendorong inovasi dan memungkinkan perusahaan untuk mencapai skala ekonomi yang lebih besar, mengurangi biaya produksi dan harga bagi konsumen. Peningkatan ini bisa memberikan manfaat luas bagi konsumen tanpa merugikan pihak lain, mendekati kondisi Pareto Optimum.

3. Diversifikasi dan Risiko: Dengan perdagangan, negara dapat diversifikasi produk dan pasar mereka, mengurangi risiko ekonomi yang terkait dengan ketergantungan pada pasar domestik saja. Diversifikasi ini bisa membantu menstabilkan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan.

Namun, perdagangan internasional tidak selalu menghasilkan distribusi keuntungan yang merata. Sektor-sektor tertentu dalam ekonomi mungkin menderita karena kompetisi global yang ketat, dan pekerja di sektor-sektor ini mungkin mengalami penurunan pendapatan atau kehilangan pekerjaan.

Proteksionisme dan Pareto Optimum

Proteksionisme bertujuan untuk melindungi industri domestik dari persaingan asing dengan cara:

1. Tarif dan Kuota: Pengenaan tarif dan kuota impor dapat melindungi industri lokal dari kompetisi asing yang tidak adil. Ini dapat menjaga pekerjaan dan pendapatan di sektor-sektor tertentu, tetapi seringkali dengan mengorbankan konsumen yang harus membayar harga lebih tinggi untuk barang-barang impor.

2. Subsidi: Subsidi pemerintah untuk industri lokal dapat membantu mereka tetap kompetitif di pasar global. Namun, subsidi ini bisa mendistorsi pasar dan menyebabkan alokasi sumber daya yang tidak efisien, menghambat tercapainya Pareto Optimum.

3. Regulasi: Regulasi ketat terhadap barang impor dapat melindungi standar keselamatan dan kualitas domestik. Meskipun demikian, regulasi ini sering dianggap sebagai hambatan perdagangan yang mengurangi efisiensi ekonomi secara keseluruhan.

Proteksionisme dapat memberikan manfaat jangka pendek bagi beberapa sektor domestik, tetapi dalam jangka panjang, ini cenderung mengurangi efisiensi ekonomi dan menghambat inovasi. Akibatnya, proteksionisme jarang menghasilkan kondisi yang mendekati Pareto Optimum karena keuntungan bagi satu kelompok sering kali datang dengan biaya yang ditanggung oleh kelompok lain.

Mencari Keseimbangan: Kombinasi Perdagangan Internasional dan Proteksionisme

Untuk mendekati Pareto Optimum, kombinasi kebijakan perdagangan internasional dan proteksionisme perlu dikelola dengan hati-hati. Beberapa strategi yang bisa diterapkan termasuk:

1. Kebijakan Perdagangan yang Adil: Mendorong perdagangan yang adil dengan memastikan bahwa semua pihak mematuhi aturan yang sama, dapat membantu mengurangi ketidakadilan dan mendekati kondisi Pareto Optimum. Perjanjian perdagangan yang komprehensif dan adil bisa menjadi solusi.

2. Program Penyesuaian Domestik: Menyediakan program pelatihan ulang dan bantuan bagi pekerja yang terkena dampak negatif dari perdagangan internasional dapat membantu mengurangi ketidaksetaraan. Dengan cara ini, manfaat perdagangan dapat dinikmati lebih merata tanpa mengorbankan kesejahteraan individu.

3. Perlindungan Terbatas: Menerapkan proteksionisme dalam batas-batas tertentu, seperti untuk industri yang baru berkembang atau untuk keamanan nasional, dapat memberikan waktu bagi industri domestik untuk beradaptasi tanpa menciptakan distorsi besar dalam pasar global.

4. Kerjasama Internasional: Meningkatkan kerjasama internasional dalam kebijakan ekonomi dan perdagangan dapat membantu negara-negara mengatasi tantangan bersama dan mencari solusi yang saling menguntungkan. Ini dapat membantu mendekati kondisi Pareto Optimum melalui kerja sama dan kompromi.

Mencapai Pareto Optimum dalam konteks perdagangan internasional dan proteksionisme adalah tugas yang rumit dan memerlukan kebijakan yang seimbang dan bijaksana. Perdagangan internasional memiliki potensi besar untuk meningkatkan efisiensi dan kesejahteraan global, tetapi tantangan yang muncul harus diatasi dengan hati-hati melalui kebijakan proteksionis yang terbatas dan terarah. Dengan kombinasi yang tepat dari kebijakan perdagangan dan proteksionisme, serta kerjasama internasional yang kuat, mendekati kondisi Pareto Optimum menjadi lebih mungkin, meskipun tidak sepenuhnya dapat dicapai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun