Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kesehatan merupakan kombinasi dari konsumsi dan investasi dalam ekonomi kesehatan. Meskipun ada aspek-aspek konsumsi dalam pengeluaran untuk layanan kesehatan, ada juga aspek-aspek investasi yang penting dalam menciptakan modal manusia yang berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan jangka panjang.
Dengan memahami kesehatan sebagai investasi, pemerintah dan pembuat kebijakan dapat merancang program-program yang mendukung akses terhadap perawatan kesehatan yang terjangkau, mendorong perilaku praventif, dan meningkatkan efisiensi dalam pengeluaran kesehatan untuk mencapai hasil kesehatan yang optimal bagi masyarakat.
Teori ekonomi perilaku menekankan pentingnya insentif dalam pengambilan keputusan kesehatan. Teori ini menyatakan bahwa individu cenderung membuat keputusan yang didasarkan pada analisis manfaat relatif terhadap biaya yang dikeluarkan. Dengan demikian, dalam konteks sistem perawatan kesehatan, penting untuk mempertimbangkan bagaimana menyusun insentif-insentif yang tepat agar individu cenderung melakukan perilaku-perilaku yang mendukung kesehatan mereka.
Dalam konteks kesehatan, insentif dapat berupa ganjaran atau hukuman yang memengaruhi perilaku individu terkait dengan kesehatan mereka. Contohnya adalah pola insentif dalam asuransi kesehatan, di mana tingkat premi atau co-payment dapat mempengaruhi keputusan individu untuk mencari perawatan medis atau menjaga kesehatan mereka dengan cara praventif.
Salah satu konsep penting dalam teori ekonomi perilaku adalah asimetri informasi, yang terjadi ketika satu pihak memiliki informasi yang lebih banyak atau lebih baik daripada pihak lain. Dalam konteks kesehatan, asimetri informasi antara dokter dan pasien dapat memengaruhi pengambilan keputusan. Misalnya, dokter memiliki pengetahuan medis yang lebih mendalam daripada pasien, sehingga mereka memiliki kekuatan untuk mempengaruhi keputusan pasien dengan memberikan informasi atau rekomendasi tertentu.
Namun, keputusan kesehatan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis dan emosional, tidak hanya insentif finansial semata. Misalnya, individual cenderung memiliki bias optimisme palsu tentang kesehatan mereka sendiri, yang dapat mengakibatkan perilaku-perilaku yang kurang sehat. Selain itu, persepsi risiko dan preferensi personal juga memainkan peran dalam pengambilan keputusan kesehatan.
Dalam prakteknya, merancang insentif yang tepat dalam sistem perawatan kesehatan merupakan tantangan yang kompleks. Insentif yang dirancang dengan baik harus mempertimbangkan tidak hanya aspek finansial, tetapi juga psikologis dan sosial dari pengambilan keputusan kesehatan. Misalnya, sistem insentif yang mengkaitkan pembayaran dokter dengan kualitas hasil perawatan dapat mendorong pemberian perawatan yang berkualitas, tetapi juga dapat meningkatkan risiko overdiagnosis atau over-treatment.
Dalam kesimpulannya, teori ekonomi perilaku menekankan pentingnya insentif dalam pengambilan keputusan kesehatan. Namun, untuk merancang sistem insentif yang efektif, penting untuk memahami bahwa pengambilan keputusan kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk asimetri informasi, bias psikologis, dan preferensi personal.
Pendekatan teori prinsipal dalam ekonomi kesehatan mengacu pada analisis hubungan antara prinsipal (biasanya pasien) dan agen (biasanya dokter atau penyedia layanan kesehatan) dalam konteks pengambilan keputusan medis. Teori ini mengasumsikan bahwa terdapat asimetri informasi di antara kedua pihak, di mana agen memiliki pengetahuan atau informasi yang lebih banyak daripada prinsipal.
Dalam kerangka teori prinsipal, agen (dokter atau penyedia layanan kesehatan) bertindak atas nama prinsipal (pasien) untuk menyediakan perawatan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Namun, karena asimetri informasi, agen mungkin memiliki insentif yang berbeda dengan prinsipal, yang dapat mengarah pada terjadinya konflik kepentingan.
Salah satu kontribusi penting dari pendekatan teori prinsipal adalah identifikasi mekanisme yang dapat digunakan untuk mengurangi atau mengatasi konflik kepentingan dalam pengambilan keputusan medis. Misalnya, salah satu strategi yang sering digunakan adalah merancang sistem insentif yang mendorong agen untuk memprioritaskan kepentingan prinsipal. Contohnya adalah sistem pembayaran yang berbasis pada hasil atau kualitas perawatan, yang dapat mendorong agen untuk memberikan perawatan yang lebih efektif dan berkualitas.