Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id- www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Supaya Tiada Ketimpangan Gender di Tempat Kerja

18 Mei 2024   17:05 Diperbarui: 18 Mei 2024   17:15 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pertama-tama, ketimpangan gender di tempat kerja mengakibatkan pemborosan sumber daya manusia yang berpotensi. Ketika perempuan tidak memiliki akses yang sama dengan laki-laki terhadap kesempatan pendidikan dan pekerjaan, maka bakat dan potensi mereka tidak dapat dimaksimalkan secara penuh. Ini mengakibatkan pemborosan sumber daya manusia yang berharga dan menghambat inovasi dan kemajuan ekonomi yang dapat diperoleh dari kontribusi mereka.

Kedua, ketimpangan gender menciptakan ketidakstabilan ekonomi dalam jangka panjang. Kesenjangan upah antara laki-laki dan perempuan tidak hanya merupakan masalah keadilan sosial, tetapi juga menghambat pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Ketika perempuan menerima upah yang lebih rendah dari laki-laki untuk pekerjaan yang sama atau setara, ini tidak hanya merugikan perempuan secara individu, tetapi juga mengurangi daya beli masyarakat secara keseluruhan.

Selain itu, ketimpangan gender di tempat kerja juga menghambat produktivitas dan inovasi. Ketika perempuan tidak memiliki akses yang sama dengan laki-laki terhadap peluang pendidikan, pelatihan, dan pengembangan keterampilan, maka potensi mereka untuk berkontribusi pada inovasi dan perkembangan teknologi juga terbatas. Hal ini mengakibatkan hilangnya berbagai ide dan perspektif yang beragam yang dapat meningkatkan produktivitas dan kreativitas di tempat kerja.

Untuk mengatasi ketimpangan gender di tempat kerja, diperlukan komitmen dan tindakan nyata dari berbagai pihak. Pemerintah, perusahaan, organisasi masyarakat sipil, dan lembaga internasional perlu bekerja sama dalam mengimplementasikan kebijakan dan program yang mendukung kesetaraan gender. Hal ini mencakup kebijakan penggajian yang transparan dan adil, promosi kesetaraan akses terhadap pendidikan dan pelatihan, serta dukungan bagi perempuan untuk mencapai posisi-posisi kepemimpinan.

Secara keseluruhan, ketimpangan gender di tempat kerja bukan hanya masalah keadilan sosial, tetapi juga merupakan hambatan serius bagi kemajuan ekonomi global. Dengan mengatasi ketimpangan gender, kita dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih inklusif, produktif, dan inovatif, yang pada gilirannya akan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan berkelanjutan.

Salah satu teori ekonomi yang relevan dalam konteks ini adalah teori human capital. Teori ini menyatakan bahwa investasi dalam pendidikan dan keterampilan dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja, yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan individu. Namun, masih banyak perempuan yang terbatas dalam akses terhadap pendidikan dan pelatihan keterampilan yang berkualitas. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk memberdayakan perempuan melalui peningkatan akses mereka terhadap pendidikan dan pelatihan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja global.
Teori Human Capital memberikan wawasan yang penting tentang bagaimana pemberdayaan perempuan dapat mengatasi ketimpangan gender di tempat kerja dalam konteks ekonomi global. Teori ini menekankan pentingnya investasi dalam pendidikan, pelatihan, dan pengembangan keterampilan sebagai cara untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan individu.


Dalam konteks pemberdayaan perempuan, teori Human Capital menyoroti pentingnya memberikan akses yang sama kepada perempuan terhadap pendidikan dan pelatihan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja global. Melalui investasi dalam pendidikan dan pelatihan, perempuan dapat meningkatkan kapasitas dan kompetensi mereka, yang pada gilirannya akan meningkatkan kemungkinan mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan memiliki pendapatan yang lebih tinggi.

Selain itu, teori Human Capital juga menyoroti pentingnya mengurangi kesenjangan pendidikan antara laki-laki dan perempuan. Ketika perempuan memiliki akses yang sama dengan laki-laki terhadap pendidikan, mereka memiliki kesempatan yang lebih besar untuk mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk berpartisipasi dalam pasar kerja global dengan lebih efektif. Ini dapat membantu mengurangi ketimpangan gender di tempat kerja dengan menciptakan lebih banyak peluang bagi perempuan untuk mencapai posisi-posisi yang sama dengan laki-laki.

Selain itu, teori Human Capital juga menyoroti pentingnya mengurangi kesenjangan dalam akses terhadap peluang karir dan promosi. Ketika perempuan memiliki akses yang sama dengan laki-laki terhadap peluang karir dan promosi, ini tidak hanya menguntungkan perempuan secara individu, tetapi juga menguntungkan perusahaan dan ekonomi secara keseluruhan. Perusahaan yang mampu memanfaatkan bakat dan potensi penuh dari seluruh anggota timnya, termasuk perempuan, cenderung lebih inovatif, produktif, dan kompetitif.

Dengan demikian, teori Human Capital memberikan dasar yang kuat untuk memahami pentingnya pemberdayaan perempuan dalam mengatasi ketimpangan gender di tempat kerja dalam konteks ekonomi global. Melalui investasi dalam pendidikan, pelatihan, dan pengembangan keterampilan, serta mengurangi kesenjangan dalam akses terhadap peluang karir dan promosi, kita dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih inklusif, produktif, dan adil bagi semua individu, yang pada gilirannya akan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif.

Selain itu, teori ekonomi feminis juga memberikan pandangan yang penting terkait ketimpangan gender di tempat kerja. Teori ini menyoroti bagaimana struktur sosial dan kebijakan ekonomi dapat memengaruhi peran dan posisi perempuan dalam ekonomi. Misalnya, perbedaan dalam pembagian pekerjaan yang didasarkan pada gender di beberapa negara masih menjadi tantangan yang harus diatasi. Upaya untuk mengurangi ketimpangan gender harus mencakup kebijakan yang mendukung pembagian pekerjaan yang adil dan memberikan kesempatan yang sama bagi perempuan untuk berkarir dan memimpin.
Teori ekonomi feminis adalah pendekatan dalam ilmu ekonomi yang mempertimbangkan peran gender dalam analisis ekonomi dan mengidentifikasi ketidaksetaraan gender sebagai faktor penting yang mempengaruhi struktur ekonomi dan distribusi sumber daya. Teori ini berusaha untuk menyoroti dan mengatasi ketidakadilan gender yang ada dalam sistem ekonomi yang dominan, serta mencari solusi untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil dan inklusif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun