Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id- www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Stimulus Pemulihan Ekonomi

4 Februari 2024   17:18 Diperbarui: 4 Februari 2024   17:50 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Beberapa bentuk kebijakan stimulus fiskal dan moneter yang diterapkan oleh berbagai negara dalam rangka pemulihan ekonomi:

Kebijakan Stimulus Fiskal:

  1. Pajak dan Insentif Fiskal:

    • Pemotongan Pajak: Negara dapat memberikan pemotongan pajak kepada individu dan perusahaan untuk meningkatkan pengeluaran dan investasi.
    • Insentif Fiskal: Memberikan insentif dalam bentuk kredit pajak, potongan harga, atau dukungan keuangan langsung kepada sektor-sektor tertentu.
  2. Program Bantuan Sosial dan Subsidi:

    • Bantuan Tunai Langsung: Negara memberikan bantuan tunai langsung kepada warga untuk merangsang konsumsi.
    • Subsidi Keuangan: Menyediakan subsidi kepada sektor-sektor tertentu, seperti industri manufaktur atau pertanian.
  3. Infrastruktur dan Proyek Pekerjaan Umum:

    • Belanja Infrastruktur: Pemerintah meningkatkan belanja untuk proyek-proyek infrastruktur, seperti pembangunan jalan, jembatan, dan proyek konstruksi lainnya untuk menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Kebijakan Stimulus Moneter:

  1. Penurunan Suku Bunga:

    • Suku Bunga Rendah: Bank sentral menurunkan suku bunga untuk merangsang pinjaman dan investasi. Suku bunga rendah mendorong konsumsi dan pembelian barang yang membutuhkan pembiayaan.
  2. Program Pembelian Aset:

    • Quantitative Easing (QE): Bank sentral melakukan pembelian besar-besaran obligasi atau aset keuangan lainnya untuk meningkatkan likuiditas dan menurunkan tingkat suku bunga jangka panjang.
  3. Kelonggaran Kredit:

    • Pemberian Likuiditas Tambahan: Bank sentral menyediakan likuiditas tambahan kepada lembaga keuangan untuk memastikan ketersediaan kredit.
    • Penundaan Pembayaran Utang: Memberikan kelonggaran kepada sektor bisnis atau individu dengan menunda pembayaran utang atau memberikan moratorium pembayaran.
  4. Target Inflasi dan Kebijakan Mata Uang:

    • Target Inflasi yang Fleksibel: Bank sentral dapat mengadopsi kebijakan inflasi yang lebih fleksibel untuk menciptakan lingkungan di mana pertumbuhan harga dapat mendukung pemulihan ekonomi.
    • Intervensi Mata Uang: Melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk mengendalikan nilai mata uang dan meningkatkan daya saing ekspor.

Kebijakan stimulus fiskal dan moneter seringkali diterapkan secara bersamaan untuk mencapai respons yang holistik terhadap krisis ekonomi. Selain itu, kebijakan ini dapat berubah sesuai dengan kondisi ekonomi dan perkembangan terkini.

Apakah ini efektif?
Efektivitas kebijakan stimulus fiskal dan moneter dapat bervariasi tergantung pada kondisi ekonomi, kebijakan spesifik yang diadopsi, dan implementasinya. Berikut adalah beberapa contoh efektivitas kebijakan dari berbagai negara:

1. Amerika Serikat (AS):

  • Stimulus Fiskal: AS menerapkan paket stimulus besar-besaran sebagai respons terhadap pandemi COVID-19. Ini termasuk bantuan langsung kepada warga, bantuan kepada perusahaan, dan dana tambahan untuk sektor kesehatan. Dampaknya melibatkan pemulihan cepat sebagian dari dampak ekonomi yang disebabkan oleh pandemi, dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dari perkiraan.
  • Stimulus Moneter: Federal Reserve menurunkan suku bunga secara signifikan dan meluncurkan program pembelian aset. Langkah-langkah ini membantu menjaga likuiditas dan mendukung stabilitas pasar keuangan.

2. Jepang:

  • Stimulus Fiskal: Jepang meningkatkan belanja publik untuk mendukung ekonomi yang terdampak oleh pandemi. Mereka memberikan insentif kepada perusahaan, bantuan keuangan kepada rumah tangga, dan menyalurkan dana ke sektor kesehatan. Ini telah membantu mempertahankan aktivitas ekonomi.
  • Stimulus Moneter: Bank of Japan (BoJ) terus menerapkan kebijakan moneter longgar, termasuk pembelian obligasi pemerintah. Ini bertujuan untuk meningkatkan likuiditas dan merangsang pertumbuhan.

3. Uni Eropa (UE):

  • Stimulus Fiskal: Sejumlah negara anggota UE menerapkan stimulus fiskal untuk mengatasi dampak pandemi. Pada tingkat Uni Eropa, terdapat kesepakatan untuk program pemulihan besar-besaran yang disebut NextGenerationEU, yang mencakup dana bantuan dan pinjaman kepada negara-negara anggota.
  • Stimulus Moneter: ECB terus melanjutkan kebijakan moneter akomodatif dengan suku bunga rendah dan program pembelian aset. Ini bertujuan untuk mendukung likuiditas dan mengurangi beban keuangan.

Efektivitas kebijakan stimulus juga dipengaruhi oleh koordinasi antara kebijakan fiskal dan moneter, serta kemampuan negara-negara untuk merespons dengan cepat terhadap perubahan kondisi ekonomi. Pemantauan dan evaluasi terus-menerus diperlukan untuk menyesuaikan kebijakan sesuai dengan perkembangan ekonomi yang terus berubah.
Beberapa contoh efektivitas kebijakan stimulus fiskal dan moneter dari berbagai negara:

1. Kebijakan Stimulus Fiskal:

  • Contoh Amerika Serikat (AS): Pada tahun 2020, AS mengimplementasikan paket stimulus fiskal besar-besaran senilai triliunan dolar sebagai respons terhadap pandemi COVID-19. Program bantuan tunai langsung kepada warga, peningkatan alokasi anggaran kesehatan, dan dukungan kepada sektor bisnis adalah bagian dari stimulus fiskal ini. Dampaknya melibatkan peningkatan belanja konsumen, mendukung sektor usaha, dan mengurangi dampak negatif pada tenaga kerja.
  • Contoh Jepang: Jepang juga menerapkan stimulus fiskal yang signifikan untuk mengatasi dampak resesi. Mereka meningkatkan belanja infrastruktur, memberikan insentif pajak kepada perusahaan, dan memberikan bantuan keuangan kepada rumah tangga yang terkena dampak ekonomi. Ini bertujuan untuk memicu aktivitas ekonomi dan mendorong pertumbuhan.

2. Kebijakan Stimulus Moneter:

  • Contoh Uni Eropa (UE): Bank Sentral Eropa (ECB) mengimplementasikan kebijakan moneter yang agresif, termasuk menurunkan suku bunga menjadi negatif dan meluncurkan program pembelian aset. Tindakan ini bertujuan untuk meningkatkan likuiditas, mendorong pinjaman kepada perusahaan, dan merangsang investasi.
  • Contoh Australia: Reserve Bank of Australia (RBA) menanggapi dampak pandemi dengan menurunkan suku bunga menjadi level historis terendah, memulai program pembelian obligasi pemerintah, dan memberikan kelonggaran finansial kepada bank-bank. Langkah-langkah ini dirancang untuk mendukung pinjaman, meningkatkan investasi, dan menjaga stabilitas keuangan.

3. Kombinasi Kebijakan:

  • Contoh Singapura: Pemerintah Singapura mengadopsi pendekatan holistik dengan menggabungkan stimulus fiskal dan moneter. Mereka memberikan paket bantuan fiskal kepada perusahaan dan individu, sementara Bank Sentral Singapura mengimplementasikan kebijakan moneter yang mendukung likuiditas dan stabilitas keuangan.

Setiap negara memiliki kondisi ekonomi dan kebijakan yang unik, sehingga efektivitas kebijakan stimulus fiskal dan moneter dapat bervariasi. Penggabungan kedua pendekatan ini seringkali dapat memberikan respons yang lebih efektif terhadap krisis ekonomi.

Bagaimana dengan Indonesia?
Indonesia juga menerapkan sejumlah kebijakan stimulus fiskal dan moneter untuk mengatasi dampak pandemi COVID-19 dan memulihkan ekonomi. Berikut beberapa contoh kebijakan stimulus yang telah diterapkan:

Kebijakan Stimulus Fiskal di Indonesia:

  1. Paket Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN):

    • Pemerintah Indonesia meluncurkan Paket Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dengan anggaran mencapai triliunan rupiah. Paket ini mencakup bantuan langsung kepada masyarakat, insentif pajak, dan dukungan keuangan bagi sektor-sektor terdampak.
  2. Bantuan Sosial dan Subsidi:

    • Program bantuan sosial diperluas dengan memberikan bantuan langsung tunai kepada warga terdampak pandemi. Subsidi juga diberikan kepada sektor-sektor seperti transportasi dan pariwisata.
  3. Peningkatan Belanja Infrastruktur:

    • Pemerintah meningkatkan belanja infrastruktur sebagai bagian dari stimulus fiskal untuk menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

Kebijakan Stimulus Moneter di Indonesia:

  1. Penurunan Suku Bunga:

    • Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan dalam rangka mendorong pinjaman dan investasi. Penurunan suku bunga bertujuan untuk merangsang aktivitas ekonomi.
  2. Program Pembelian Surat Berharga Negara (SBN):

    • BI meluncurkan program pembelian SBN untuk meningkatkan likuiditas pasar keuangan dan mendukung kestabilan ekonomi.
  3. Pemberian Likuiditas Tambahan:

    • Bank sentral memberikan likuiditas tambahan kepada lembaga keuangan untuk memastikan ketersediaan kredit dan menjaga stabilitas sektor keuangan.
  4. Relaksasi Kebijakan Makroprudensial:

    • BI memberikan relaksasi pada kebijakan makroprudensial untuk mendukung perbankan dalam memberikan kredit kepada sektor riil.

Penting untuk dicatat bahwa kebijakan stimulus di Indonesia terus disesuaikan dengan perkembangan ekonomi dan pandemi. Respons pemerintah dan bank sentral mencerminkan upaya untuk mencapai keseimbangan antara memulihkan pertumbuhan ekonomi dan menjaga stabilitas keuangan.

Efektivitas kebijakan stimulus fiskal dan moneter di Indonesia dapat dinilai melalui beberapa indikator ekonomi dan sosial. Berikut adalah sejumlah faktor yang dapat menggambarkan sejauh mana kebijakan stimulus telah berhasil:

1. Pertumbuhan Ekonomi:

  • Peningkatan pertumbuhan ekonomi adalah indikator utama efektivitas stimulus. Jika kebijakan berhasil merangsang aktivitas ekonomi, terlihat dari pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB), maka ini dapat dianggap sebagai tanda positif.

2. Tingkat Pengangguran:

  • Jika stimulus berhasil menciptakan lapangan kerja atau mencegah peningkatan tingkat pengangguran, ini menunjukkan efektivitas dalam mendukung pasar tenaga kerja.

3. Stabilitas Keuangan:

  • Keberhasilan kebijakan dapat diukur melalui stabilitas sektor keuangan. Jika kebijakan mampu menjaga kestabilan pasar keuangan dan menghindari krisis finansial, itu adalah indikator positif.

4. Inflasi:

  • Stimulus yang efektif seharusnya tidak menciptakan tekanan inflasi yang berlebihan. Jika kebijakan mampu merangsang pertumbuhan tanpa mengakibatkan inflasi yang tidak terkendali, ini dapat dianggap berhasil.

5. Konsumsi dan Investasi:

  • Peningkatan dalam tingkat konsumsi dan investasi menjadi tanda bahwa kebijakan berhasil mendorong aktivitas ekonomi. Peningkatan kepercayaan konsumen dan investor juga dapat dianggap sebagai indikator positif.

6. Defisit Anggaran dan Utang Publik:

  • Penting untuk memantau dampak kebijakan terhadap defisit anggaran dan utang publik. Kebijakan yang efektif harus dapat mengatasi dampak ekonomi tanpa menyebabkan ketidakstabilan fiskal yang berlebihan.

7. Dampak Sosial:

  • Efektivitas kebijakan juga dapat dilihat dari dampaknya pada tingkat kemiskinan, ketidaksetaraan, dan kesejahteraan masyarakat secara umum.

Evaluasi efektivitas kebijakan stimulus memerlukan waktu dan pemantauan yang cermat, terutama karena efeknya mungkin tidak langsung terlihat atau dapat terpantau dalam jangka pendek. Respons terhadap kebijakan juga dapat bervariasi tergantung pada faktor-faktor seperti kapasitas institusi, ketahanan sektor-sektor ekonomi, dan dinamika pasar global. Seiring berjalannya waktu, pemerintah dan bank sentral dapat melakukan penyesuaian kebijakan berdasarkan evaluasi kinerja dan perkembangan ekonomi terkini.

Semoga ekonomi Kita segera pulih lebih bangkit lebih kuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun