Akibat PSBB Â ( Pembatasan Sosial Berskala Besar ) hampir semua aktivitas warga dibatasi bahkan tidak diperbolehkan, ya itu bertujuan benar kita tahu.
Tempat keramaian menjadi tempat kesepian ( tempatnya yang kesepian maksudnya ), mall , cafe, bar, lounge hotel dan hotelnya, tempat kuliner, dan tempat hiburan tutup. Segala macam event juga dilarang.
Semua yang berhubungan dengan keramaian, berkumpulnya banyak orang dilarang. Timbul masalah baru, pekerja yang bekerja di tempat yang dilarang PSBB bagaimana ? Ya tiarap.
Meski begitu ada juga yang masih bisa bekerja mencari nafkah dengan penghasilan yang menurun dan sebagian lain pekerja yang total tidak bisa bekerja mencari nafkah. Ada beberapa pekerja informal yang masih bisa bekerja dengan segala konsekuensi dan aturan tentu dengan penghasilan yang menurun misal penjual/pedagang kaki lima, Ojol, penjual online,dsb.
Nah, tukang musik bagaimana ??. Tukang Musik hanya bingung, linglung dan lirik sana srot lirik sini srit mencari peluang kerja.
Tapi bisa apa ?? Okelah yang bisa dagang jual beli, tapi situasi PSBB orang kebanyakan beli sesuatu yang penting, akhirnya tetap jual beli dengan komoditi aneh, jual TV beli beras. Yah tetap jual beli judulnya. Tukang musik di tengah PSBB praktis tidak dapat bekerja dengan pekerjaannya, total 100%. Â Semua tempat kerjanya total tutup, tidak ada istilah dispensasi.
Tukang ketoprak masih bisa berjualan meski omzet menurun, Ojol juga masih bisa narik dengan penurunan penghasilan, sedangkan tukang musik ? Tidak bisa bekerja sama sekali, nol bolong.
Masyarakat mungkin menilai tukang musik berkecukupan dari segi ekonomi. Di panggung gembira ria, kostum keren, ketawa ketiwi ( andai menangis lucu gak ya? ) , yah itu semua tuntutan skenario istilah bintang film. Suatu ketika teman saya bilang saat selesai tampil. " Bro, hanya dipanggung segala kesedihan dan kesusahan hilang, nanti sampai rumah baru ingat semua hutang, anak belum bayar sekolah, beli token listrik yang sudah tat tit tat tit nyaring bunyinya, dan sebagainya dan sebagainya."
Saya hanya tersenyum bahagia karena saya juga persis begitu, ternyata kesusahan ini ada temannya. Penghasilan tukang musik memang ada yang relatif besar bagi yang bandnya atau namanya dikenal tapi banyak juga yang relatif kecil bahkan ada yang sanggup tampil hanya dibayar makan,minum dan ucapan terima kasih. Lalu dapat uang darimana ? hanya mengandalkan tips atau saweran ( istilah di dunia panggung ) penonton.
Kalau penonton atau pengunjung tempat tampil itu ramai, nah kalau sepi ?? okelah katakan ramai tapi tidak ada yang memberi tips/saweran ?? yah, nangis darah istilah teman saya. Apa ada tukang musik yang sanggup begitu, tampil hanya dapat makan,minum lalu hanya mengandalkan tips/saweran? Saya jawab,ada!. Saya tahu persis karena saya juga tukang musik.
Penghasilan tukang musik secara umum tentu dari honor pertampil dan honor itu tidak ada standart tergantung nego dan kesepakatan yang selalu ada dilema di dalamnya. Diterima bagaimana?ditolak juga bagaimana. Ditolak, besoknya pasti ada tukang musik yang masuk lalu deal. Diterima tapi honor kecil pas-pasan. Terus begitu dan begitu. Â Saya tidak berani mengatakan honor secara nominal tapi honor tukang musik saya pastikan sangat memprihatinkan. Orang bijak bilang belajar menabung, kalau penghasilan/pendapatan pas-pasan apa yang ditabung?. Â Ini ilustrasi saat situasi normal, apalagi situasi PSBB sekarang. Nol penghasilan sedangkan hidup berjalan terus dengan segala kebutuhannya.