Rongsokan badan menuju peristirahatan nasib.
Peti mayat resah menghantarmu
Menganga di sepanjang pantai
Puluhan mata bajo memandang dari kelam pesisir,
Menanti takdir yang terlindas pekuburan pasir.
Arakan badan
Arakan leluhur
Di belakang Wuna, Wuna tinggal legenda.
Puluhan keranda antri di dermaga, petang itu.
Dermaga Lakilaponto, Maret 2004
Mengenai pohon jati dan Muna, Wan Anwar menulis dengan gaya yang sangat menyentuh, sebagaimana yang dimuat pada antologi puisi Sendiri 3 yang diterbitkan Teater Sendiri Kendari, tahun 2006 silam. Inilah kutipan tulisannya: