Mohon tunggu...
Syaifuddin Gani
Syaifuddin Gani Mohon Tunggu... Editor - Syaifuddin Gani lahir di Salubulung, Polmas, Sulbar 1978. Kini tinggal di Kendari. Bergiat di Teater Sendiri, mengelola Pustaka Kabanti Kendari, dan berkantor di Kantor Bahasa Prov. Sulawesi Tenggara sebagai peneliti.

Syaifuddin Gani lahir di Salubulung, Polmas, Sulbar 1978. Kini tinggal di Kendari. Bergiat di Teater Sendiri, mengelola Pustaka Kabanti Kendari, dan berkantor di Kantor Bahasa Prov. Sulawesi Tenggara sebagai peneliti.

Selanjutnya

Tutup

Bola

Waspada, Pembunuh Bayaran Beredar di Final Liga Champions

12 Mei 2017   11:52 Diperbarui: 12 Mei 2017   11:59 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Laga final nantinya sungguh jadi perang dendam dan saling adu peluru. Dendam dan daya juang berpilin jadi satu. Khianat dan mengkhianati menjadi keniscayaan.

 Oh yah, para pembunuh bayaran akan beredar. Siap-siaplah menjadi saksi perhelatan paling menakutkan ini. Siapakah pelurunya yang melesak duluan? Siapa yang akan limbung? Tumbang?

 Oh tidak, pembunuh itu sudah siap-siap ke Cardiff. Mereka sudah latihan menembak yang jitu.

 Paulo dari tanah Amerika Latin, Argentina. Ia datang bersama pembunuh lainnya, Gonzalo, sebangsanya. Mereka berdua memaklumatkan lagi mitos negeri mafia.

 Ada nama menakutkan, Alvaro si klimis dari Spanyol. Eh, seorang Prancis berdarah Aljazair bernama Karim, siap memamerkan kebolehan tangan dinginnya yang dipadu cambang khas Aljazair. Pembunuh paling mengerikan berinisial CR atau Cristiano sebangsa Mourinho, siap mencari tumbal.

 Sebagai tempat perhelatan akbar ini, Wales disibukkan dengan satu nama, si kijang atau si belut, Gareth. Syahdan, pelurunya pernah menggetarkan Britania Raya yang kali ini sebagai penonton manis.

 Para pembunuh itu bermandikan uang. Mereka dibayar melewati akal sehat negeri miskin, untuk membunuh. Lagi lagi uang, kata sebuah lagu, saya lupa pelantunnya.

 Untuk menghibur diri saya sebagai pendukung Barcelona yang hanya duduk sebagai penonton, saya mengutip sebuah lagu yang dipolulerkan Om Ona Sutra, "Barcelonaaaaaaa, dengarlah suara hatiku ini".

 Foto: Millenium Stadium, Cardiff, Wales.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun