Mohon tunggu...
Syaifuddin Sayuti
Syaifuddin Sayuti Mohon Tunggu... Dosen - blogger, Kelas Blogger, traveller, dosen.

email : udin.sayuti@gmail.com twitter : @syaifuddin1969 IG: @syaifuddin1969 dan @liburandihotel FB: https://www.facebook.com/?q=#/udinsayuti69 Personal blog : http://syaifuddin.com/

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Kesaksian Para Penggiat Literasi Tentang Perbatasan Kalimantan Utara

2 Maret 2024   08:57 Diperbarui: 2 Maret 2024   09:18 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penampilan Siswa-siswi Sekolah Alam Cikeas (Foto koleksi pribadi)
Penampilan Siswa-siswi Sekolah Alam Cikeas (Foto koleksi pribadi)

Selain itu juga tulisan yang menelisik kepemimpinan suku dayak Lundayeh, kearifan lokal, busana suku dayak Landayeh hingga semangat anak-anak Krayan menggapai pendidikan pun menjadi topik bahasan buku ini.  

Namun cerita mengenai keterisoliran kawasan Krayan yang berdampak pada kehidupan sosial ekonomi warganya justru yang paling mengaduk emosi saya. Sebab keterisoliran tersebut berdampak langsung pada biaya hidup sehari-hari yang cukup tinggi, setidaknya jika dibandingkan dengan kita yang tinggal di pulau Jawa.

Misalnya, harga gula pasir yang di Jawa berkisar Rp.12.500 - Rp.14.500 per Kg, di Krayan harganya bisa mencapai Rp.40.000 hingga Rp.48.000. Minyak goreng harganya mencapai Rp.40.000 per liter, sementara di Pulau Jawa sekitar Rp.14.000 saja. Untuk BBM jenis bensin harganya pun lebih dua kali lipat dari harga di Jawa. 

Lagi-lagi hal ini semua disebabkan lantaran sulitnya akses transportasi darat ke wilayah Krayan.  Bahan-bahan tersebut harus melalui perjalanan  udara terlebih dahulu sebelum menjumpai warga Krayan. Dari paparan ini saja terbayang betapa keras dan sulitnya kehidupan warga Krayan.

Suasana Indonesia Green Book Festival (Foto koleksi pribadi) 
Suasana Indonesia Green Book Festival (Foto koleksi pribadi) 
Namun melalui buku ini, warga Krayan tidak sedang 'menjual' kepedihan mereka untuk berharap belas kasihan. Namun justru sebaliknya, buku ini selain mengungkap misteri kawasan perbatasan, juga mengungkap potensi dan kekayaan budaya Krayan yang menjadi bukti betapa beragamnya budaya Indonesia.

Melalui tulisan-tulisan yang mendalam dan penuh warna, pembaca akan diajak untuk menggali misteri-misteri yang tersembunyi di balik perbatasan-perbatasan ini, memahami bagaimana hal-hal ini membentuk sejarah, budaya, dan pikiran manusia.

Semoga buku "Menjelajahi Misteri Perbatasan" dapat menginspirasi dan memberikan wawasan baru kepada pembaca tentang bagaimana perbatasan tidak hanya memisahkan, tetapi juga menghubungkan, memperkaya, dan mengubah kita semua.

Semoga pesan dari Krayan melalui buku ini dapat memberi perspektif  mengenai apa itu pembangunan, pemerataan dan juga keberlanjutan. Sebuah pesan yang semoga sampai pada pemerintahan nasional yang baru hasil Pemilu 2024. 

Buku Menjelajahi Misteri Perbatasan ini kemarin, 1 Maret 2024 secara resmi diluncurkan di Sekolah Alam Cikeas, Bogor, Jawa Barat dalam ajang Indonesia Green Book Festival. Kegiatan literasi tahunan yang semula berkonsep internal ini "dinaikkan kelasnya" tahun ini menjadi kegiatan Nasional. Selain peluncuran buku, juga digelar writing camp, bazaar dan juga penampilan siswa-siswi Sekolah Alam Cikeas.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun