Kampoeng Tempo Doeloe di Mal La Piazza, Kelapa Gading hari Minggu siang belum terlalu ramai pengunjung. Beberapa booth makanan belum terlihat ada tanda-tamda kehidupan. Saya dan beberapa kawan komunitas KPK (kompasianer Penggila Kuliner) sudah tak sabar ingin mengeksplor rasa beberapa jenis makanan yang jadi unggulan gelaran Jakarta Fashion and Food Festival 2018.
Yap, Kampoeng Tempo Doeloe tahun ini mengusung Soto Indonesia sebagai tema besarnya. Ada sekitar 10 jenis soto dari berbagai daerah di tanah air yang dipilih untuk ditampilkan di gelaran ini. Mulai dari Soto Betawi, Soto Jakarta, Soto Kesawan Medan, Soto Padang, Coto Makassar, Pallubasa Onta hingga Tauto Pekalongan.Â
Akhirnya kami berpencar mencari penganan incaran masing-masing. Pilihan saya jatuh pada tauto bumbu Pekalongan, salah satu varian soto yang belum pernah saya icip-icip. Tak butuh waktu lama seporsi tauto sudah tersaji di meja saya. Tauto adalah sejenis soto dari daerah Pekalongan yang memiliki rasa unik karena dalam seporsi sotonya diberikan campuran sambal goreng tauco.Â
Bagi yang belum kenal tauco, ini adalah sejenis pasta dari kedelai kuning yang sudah difermentasi. Rasanya agak asam-asam gurih. Ketika kuah soto berpadu dengan tauco dalam semangkuk tauto yang tinggal adalah rasa nan dahsyat di langit-langit mulut. Meriah sekali rasanya. Ada asam, manis, dan juga pedas berpadu dengan cantiknya.Â
Nah di Pekalongan sotonya dimodifikasi dengan menambahkan sambal goreng tauco. Sementara daging yang digunakan dalam tauto awalnya adalah daging kerbau dan bukan daging sapi. Namun seiring perkembangan tauto pun mengikuti pula permintaan pecinta kuliner yang tidak semuanya bisa mengkonsumsi daging kerbau.Â
Maka kemudian lahirlah tauto daging sapi ataupun tauto daging ayam. Meski berbeda jenis daging yang digunakan namun yang pasti tetap menggunakan tauco sebagai bumbu khasnya.
Di gelaran Kampoeng Tempo Doeloe saya baru paham perbedaan antara Soto Betawi dengan Soto Jakarta. Sekilas dua nama soto ini sama, karena sama-sama berasal dari Jakarta. Ternyata ada perbedaannya lho diantara kedua varian soto ini. Kalau Soto Betawi umumnya menggunakan santan sebagai bahan dasar kuahnya. Sedangkan Soto Jakarta sebaliknya, menggunakan susu sebagai bahan dasar kuahnya. Rasanya? Tetap legit dan gurih.
Untuk Soto Betawi daging yang digunakan sudah dioseng/ digoreng terlebih dulu. Sementara pada Soto Jakarta dagingnya langsung direbus dengan kuahnya. Soto Betawi di gelaran JFFF 2018 diwakili oleh Soto Betawi Haji Mamat. Sementara Soto Jakarta diwakili Soto Pak Haji Yus.
Bagi anda yang suka dengan rasa soto yang pekat, rasanya tak salah menyarankan untuk mencicipi Pallubasa dari Makassar. Meski namanya terdengar seperti perkakas atau senjatanya Thor, saya pastikan ini adalah nama ikon kuliner dari Makassar yang terkenal. Pallubasa adalah soto dengan perpaduan protein daging sapi dan kuning telur ayam. Jika varian soto yang lain umumnya berkuah bening maka Pallubasa kuahnya cukup kental dan pekat. Jika Coto Makassar enaknya dimakan dengan ketupat, maka Pallubasa enaknya disantap dengan nasi putih.
Selain aneka varian Soto nusantara di gelaran Jakarta Fashion and Food Festival 2018 kamu juga bisa menikmati aneka sajian kuliner lainnya seperti Lontong Balap Surabaya, Mie Jowo, Lumpia Semarang, Nasi Campur Pedas Bali, empal gentong Cirebon hingga ayam geprek yang sedang hits di jagad kuliner Indonesia. Cuma makanan berat? Enggak juga kok. Karena masih ada pisang nuggetnya Kaesang, es pisang ijo, kopi es takie, hingga bola ubi. Menurut data penyelenggara sedikitnya ada 200 ragam menu khas nusantara yang ikut serta dalam Kampoeng Tempo Doeloe tahun ini.
Oiya, selain Kampoeng Tempo Doeloe, Jakarta Fashion and  Food Festival 2018 juga menyuguhkan Wine and Cheese Expo serta Fashion Festival yang sudah berlangsung di bulan April kemarin.
Salam kenyang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H