Kami sempat bertemu dengan Jack dan Baron yang ternyata memiliki ukuran tubuh raksasa. Tubuh Baron panjangnya 7 meter dengan berat sekitar 750 kilogram, sementara Jack beratnya mencapai satu ton.
[caption id="attachment_367039" align="aligncenter" width="360" caption="Pawang dan Asuhannya Bisa Sedekat Ini (foto : koleksi pribadi)"]
Untuk menemui kedua buaya raksasa kami harus masuk ke dalam area khusus. Jangan bayangkan ini adalah tempat yang steril dari kehadiran manusia, sebab kami diminta oleh Imron dan Sanip ikut masuk ke area penangkaran.
Area ini jauh dari kesan sebagai tempat habitat buaya raksasa. Di tengah area ada kolam yang dihuni 7 buaya. Untuk membuat Jack dan Baron ke luar dari sarangnya di dalam air, Imron sang pawang memancing dengan cara memanggil dan memercikkan air kolam. Tak lama kemudian kedua pejantan tangguh itu pun perlahan keluar dari peraduannya.
[caption id="attachment_367040" align="aligncenter" width="346" caption="Hai� aku Baron .. (foto: koleksi pribadi)"]
Dan kami pun dibuat terkejut dengan penampakan kedua pejantan yang luar biasa besar. Yang lebih mengejutkan adalah kami bisa berhadapan langsung dengan kedua buaya dalam jarak yang sangat dekat, sekitar 5 meter. Imron menjamin buaya asuhannya tak akan menyerang pengunjung. Bahkan ia menggaransi keamanan pengunjung yang ingin berfoto selfie sambil memegang buaya. Tantangan yang langsung saya tolak. Saya hanya berani berfoto dari jarak yang menurut saya cukup aman.
[caption id="attachment_367041" align="aligncenter" width="480" caption="Pawang Berkomunikasi Dengan Baron (foto : koleksi pribadi)"]
Biasanya atraksi yang ditawarkan pada pengunjung adalah memberi makan buaya. Sejumlah ikan disiapkan untuk diberikan pada kedua buaya raksasa itu. Dalam sehari masing-masing buaya diberi makan 3 kali, sehingga total kebutuhan ikan untuk dikonsumsi buaya sekitar 1,5 kwintal per hari.
Baron dan Jack adalah jenis buaya rawa yang dibawa dari Kalimantan. Usia keduanya dan juga kelima induk sekitar 33 tahun. Dari ke-7 ekor buaya inilah taman wisata Blanakan mengembangbiakkan buaya-buayanya.
Umumnya buaya di sini diternakkan untuk kemudian diambil kulitnya bagi kepentingan industri fashion yang dijadikan produk berupa tas, dompet hingga sepatu. Sementara dagingnya tidak dijual, karena menurut Imron daging buaya tidak enak dikonsumsi.
Lokasi Wisata Tak Terurus