Mohon tunggu...
Syaifud Adidharta 2
Syaifud Adidharta 2 Mohon Tunggu... Kompasianer -

Hidup Ini Hanya Satu Kali. Bisakah Kita Hidup Berbuat Indah Untuk Semua ?

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi-JK Dengan "Revolusi Mental" Bangun Visi Misi Indonesia Baru...

24 Juli 2014   03:34 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:24 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden-Wakil Presiden Republik Indonesia terpilih untuk periode 2014-2019 dengan semangat Membangun Indonesia Baru. (Photo Ilustrasi : Syaifud Adidharta)

Gagasan revolusi mental, sebagai usaha memperharui corak berpikir dan bertindak suatu masyarakat, bisa ditemukan di ideologi dan agama manapun. Dalam Islam pun ada gagasan revolusi mental, yakni konsep "Kembali ke fitrah", yaitu kembali suci atau tanpa dosa. Jadi, gagasan ini bukanlah produk komunis atau ideologi-ideologi yang berafiliasi dengan marxisme.

Namun, terlepas dari polemik itu, Pilpres 2014 beberapa waktu lalu patut diapresiasi. Sebab, bukan hanya berhasil mencuatkan kembali nama dan figur Bung Karno, tetapi juga berhasil mempopulerkan kembali gagasan-gagasan revolusi nasional Indonesia, dan Salah satunya Revolusi Mental.

Dalam revolusi nasional Indonesia, gagagasan revolusi mental memang tidak bisa dipisahkan dari Bung Karno. Dialah yang menjadi pencetus dan pengonsepnya. Dia pula yang mendorong habis-habisan agar konsep ini menjadi aspek penting dalam pelaksanaan dan penuntasan revolusi nasional Indonesia.

Gagasan revolusi mental mulai dikumandangkan oleh Bung Karno di pertengahan tahun 1950-an. Tepatnya di tahun 1957. Saat itu revolusi nasional Indonesia sedang "mandek". Padahal, tujuan dari revolusi itu belum tercapai, dan ada beberapa faktor yang menyebabkan revolusi itu mandek.

Pertama, terjadinya penurunan semangat dan jiwa revolusioner para pelaku revolusi, baik rakyat maupun pemimpin nasional. Situasi semacam itu memang biasa terjadi. Kata Bung Karno, di masa perang pembebasan (liberation), semua orang bisa menjadi patriot atau pejuang. Namun, ketika era perang pembebasan sudah selesai, gelora atau militansi revolusioner itu menurun.

Kedua, banyak pemimpin politik Indonesia kala itu yang masih mengidap penyakit mental warisan kolonial, seperti "hollands denken"" (gaya berpikir meniru penjajah Belanda). Penyakit mental tersebut mencegah para pemimpin tersebut mengambil sikap progressif dan tindakan revolusioner dalam rangka menuntaskan revolusi nasional.

Sementara di kalangan rakyat Indonesia, sebagai akibat praktek kolonialisme selama ratusan tahun, muncul mentalitas "nrimo" dan kehilangan kepercayaan diri (inferiority complex) dihadapan penjajah saat itu.

Ketiga, terjadinya "penyelewengan-penyelewengan" di bidang ekonomi, politik, dan kebudayaan. Penyelewengan-penyelewengan tersebut dipicu oleh penyakit mental rendah diri dan tidak percaya diri dengan kemampuan sendiri. Juga dipicu oleh alam berpikir liberal, statis, dan textbook-thinkers(berpikir berdasarkan apa yang dituliskan di dalam buku-buku).

Dan singkatnya sejarah Revolusi Mental tersebut akhirnya Bung Karno menyerukan perlunya "Revolusi Mental". Soekarno mengatakan, karena itu maka untuk keselamatan bangsa dan negara, terutama dalam taraf nation building dengan segala bahayanya dan segala godaan-godaannya itu, diperlukan satu Revolusi Mental.

*****

[caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="Presiden-Wakil Presiden Republik Indonesia terpilih untuk periode 2014-2019 dengan semangat Membangun Indonesia Baru. (Photo Ilustrasi : Syaifud Adidharta)"]

Presiden-Wakil Presiden Republik Indonesia terpilih untuk periode 2014-2019 dengan semangat Membangun Indonesia Baru. (Photo Ilustrasi : Syaifud Adidharta)
Presiden-Wakil Presiden Republik Indonesia terpilih untuk periode 2014-2019 dengan semangat Membangun Indonesia Baru. (Photo Ilustrasi : Syaifud Adidharta)
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun