“Jadi, yang mana dulu yang aku jawab? Pertanyaan yang kemarin atau yang sekarang? Kalau pertanyaan yang kemarin aku sudah lupa dan kalau yang sekarang aku tidak peduli.” Kata ku datar. Ia hanya diam seribu kata, “Apa aku terlalu kasar padanya?” Gumam ku sambil memerhatikan gadis didepan ku.
“Ke-Kenapa kau membawa ku keluar dari rumah sakit itu?” Akhirnya dia bicara lagi.
“Hmm? Kenapa? Aku juga tidak tahu. Aku hanya menjalankan tugas.” Jawabku singkat. Lagi lagi hening. Aku terus memperhatikannya.
Kemudian ia berkata lagi “Lalu apa yang akan kau laku—“
“Aku rasa hanya itu saja. Makanlah itu lalu mandilah, setelah itu kau baru boleh bertanya lagi. Dan jika kau tidak melakukan apa yang sudah aku bilang, aku tak akan mengurus mu lagi dan mengembalikanmu kembali kesana.” Jawab ku sambil bangun dari kursi.
Aku terlalu malas untuk menjawab banyak pertanyaan. Aku ingin sekali bersantai kali ini. Aku mulai melangkahkan kaki ku untuk meninggalkan kamar ini dan berencana untuk menyeduh segelas teh. Namun, baru saja aku memegang gagang pintu.
‘Prank!’
Nampan yang kutaruh dimeja terjatuh.”Ada ada saja.” Gumamku kesal.
Aku pun memutar badan ku dan langsung membereskan pecahan piring dan gelas yang berserakan.
“Ma-Maafkan aku tuan. Aku tidak sengaja.” Katanya sedikit terisak.
“Hmm.” Gumamku kasar.
Aku sedikit melirik dan kulihat ia terkejut dan hampir menangis. Setelah kubereskan kekacauan yang barusan terjadi, aku langsung duduk dikursi yang tadi. “Aku lupa kau tidak bisa melihat.”