Radiografi adalah teknik pencitraan paling umum yang digunakan dalam pemeriksaan scapula dan kalvikula. Selain radiografi, pecitraan klavikula dan scapula menggunakan modalitas CT scan (Computed Tomography), dan MRI (Magnetic Resonance Imaging). Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan akurat mengenai kondisi tulang, struktur sekitarnya, dan kemungkinan adanya kerusakan atau kelainan. Pemeriksaan radiografi klavikula dan scapula adalah teknik pencitraan radiologi yang digunakan untuk mendiagnosis kondisi patologis atau cedera pada tulang bahu (klavikula) dan tulang bahu belakang (scapula). Pemeriksaan ini melibatkan penggunaan sinar-x untuk menghasilkan gambaran dua dimensi dari kedua tulang tersebut. Pemeriksaan radiografi klavikula dilakukan dengan menggunakan teknik kV dalam rentang 40 kV hingga 125 kV. Rentang kV ini memungkinkan gambaran radiografi dengan resolusi tinggi pada film, sehingga memungkinkan identifikasi yang jelas terhadap fraktur tulang klavikula. Demikian pula, pemeriksaan radiografi scapula melibatkan penggunaan sinar-x untuk mendapatkan gambaran tulang scapula. Meskipun tulang scapula memiliki bentuk dan posisi yang kompleks, radiografi tetap dapat membantu dalam mendeteksi fraktur atau kelainan struktural pada tulang ini.
Pemeriksaan radiografi klavikula dan scapula merupakan metode yang efektif dan relative murah untuk mengevaluasi kondisi tulang bahu. Dalam beberapa kasus, pemeriksaan pencitraan tambahan seperti CT scan atau MRI mungkin diperlukan untuk mendapatkan gambaran yang lebih rinci dan akurat. Penggunaan radiografi klavikula dan scapula dalam diagnosis dan pengelolaan penyakit atau cedera tulang bahu dapat memberikan informasi penting kepada dokter dalam merencanakan perawatan yang tepat. Oleh karena itu, pemeriksaan radiografi klavikula dan scapula merupakan komponen penting dalam praktik radiologi muskuloskeletal. Kata kunci: radiografi, klavikula, scapula
Pendahuluan
Trauma pada clavicula dan scapula adalah cedera yang sering terjadi, terutama dalam kasus kecelakaan lalu lintas dan olahraga kontak fisik. Pemeriksaan radiologi memainkan peran penting dalam mendiagnosis dan menilai tingkat keparahan cedera pada kedua tulang ini. Artikel ini akan mengulas metode pemeriksaan radiologi untuk clavicula dan scapula, terutama melalui proyeksi Anteroposterior (AP), Posteroanterior (PA), dan Axial. Tujuannya adalah memberikan gambaran yang jelas tentang kondisi tulang yang mengalami trauma ini, sehingga dapat membantu dalam diagnosis dan perencanaan penanganan yang tepat. Fokus utama artikel ini adalah memahami setiap teknik pemeriksaan, indikasi penggunaannya, dan interpretasi hasilnya, yang dapat membantu tenaga medis dalam merawat pasien dengan cedera clavicula dan scapula. Cedera clavicula dan scapula umumnya disebabkan oleh benturan, jatuh, atau kekuatan eksternal lainnya yang dapat merusak struktur tulang tersebut. Pemeriksaan radiologi, seperti radiografi, digunakan untuk mendapatkan gambaran awal tentangkerusakan tulang, seperti fraktur, dislokasi, atau pergeseran tulang.
Proyeksi AP dan PAadalah teknik radiografi yang paling umum digunakan dalam pemeriksaan clavicula dan scapula. Proyeksi AP menghasilkan gambaran frontal dari tulang-tulang tersebut,
sementara proyeksi PA memberikan gambaran posterior. Dengan melihat kedua proyeksi ini, dokter dapat memperoleh informasi yang lebih komprehensif tentang posisi tulang, hubungan antara fragmen tulang, serta kemungkinan kerusakan pada struktur tulang sekitarnya. Selain itu, pemeriksaan radiologi juga dapat melibatkan proyeksi Axial, yang memberikan gambaran tiga dimensi dari clavicula dan scapula. Ini dapat dilakukan menggunakan CT scan atau MRI. Interpretasi hasil pemeriksaan radiologi ini penting dalam mengarahkan penanganan dan perawatan pasien. Dengan memahami gambaran dan tipe cedera yang terlihat pada gambar radiologi, tenaga medis dapat merencanakan tindakan yang sesuai, seperti imobilisasi, pemasangan penyangga, atau bahkan pembedahan jika diperlukan. Secara keseluruhan, pemeriksaan radiologi clavicula dan scapula merupakan langkah penting dalam mendiagnosis dan menentukan tingkat keparahan cedera tulang bahu. Dengan memahami teknik pemeriksaan yang digunakan, indikasi penggunaannya, dan interpretasi hasilnya, tenaga medis dapat memanfaatkan informasi radiologi untuk merencanakan perawatan yang tepat dan memfasilitasi pemulihan pasien yang optimal
Metodologi
Metodologi pemeriksaan radiografi clavicula dan scapula melibatkan serangkaian
langkah dan teknik yang digunakan untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan
komprehensif tentang kondisi tulang tersebut. Alat dan bahan yang digunakan dalam
mengambil hasil penelitian artikel ini yaitu:
1. Alat X-Ray
2. Komputer
3. Kaset
4. Phantom
5. CR
Langkah-langkah dalam pemeriksaan radiografi clavicula dan scapula yaitu:
1. Pasien datang dengan membawa form pemeriksaan dan diserahkan ke admin untuk
didata dan diberikan kepada radiografer.
2. Radiografer kemudian memanggil nama pasien, dan melakukan identifikasi dengan
benar dari menanyakan nama lengkap dan alamat.
3. Kemudian pasien dipersilahkan masuk, apabila keluarga ingin mendampingi
diberikan intruksi untuk menunggu di luar dikarenakan radiasi.
4. Posisi pasien berdiri, namun dikarenakan penelitian ini menggunakan phantom maka
posisi pasien supine di atas meja pemeriksaan.
5. Teknik pemeriksaan dilakukan dengan proyeksi AP (AnteroPosterior), PA
(PosteroAnterior) dan Axial dengan alat X-Ray sedikit disudutkan.
6. Kaset yang digunakan dipasang dibawah bucky meja pemeriksaan dan mengatur
sesuai dengan citra yang akan diambil yaitu berada di area bahu agar menampilkan
gambaran clavicula dan scapula.
7. Kolimasi diatur sesuai dengan citra yang dibutuhkan, untuk meminimalisir radiasi
hambur yang tidak dibutuhkan oleh pasien.
8. Setelah mengatur kolimasi, ekspose di ruang kontrol agar tidak terkena radiasi.
9. Pada saat ekspose mengatur kV dan mAs agar hasil citra maksimal, kV yang
digunakan sebesar 60 dan mAs sebesar 6.50.
10. Setelah ekspose, kaset diambil untuk diproses di CR, sehingga dapat memunculkan
gambaran clavicula dan scapula.
11. Pada saat proses CR perlu memberikan marker pada area yang diperiksa agar
memudahkan dokter apabila ada tindakan lanjut
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil
1. Identifikasi Pasien
a. Nama : Tn. X
b. Alamat : Surabaya
c. Umur : 20 Tahun
d. Tanggal Pemeriksaan : 3 Juni 2024
e. Diagnosa Klinis : Post Trauma
2. Riwayat Pasien
X datang ke instalasi radiologi setelah jatuh dari sepeda motor pada 3 Juni 2024.
Curiga ada fraktur atau trauma maka dilakukan foo rontgen clavicula dan capula.
3. Prosedur Pemeriksaan
a. Persiapan Alat:
- Pesawat sinar-X
- Ukuran Kaset 24 x 35
- Marker R
- kV 60 dan mAs 6.50
- FFD 100 cm
b. Teknik Pemeriksaan
Persiapan pasien : tidak diperlukan persiapan khusus, apabila menggunakan
kalung cukup dilepas.
Posisi pasien : pada umumnya berdiri, namun dikarenakan menggunakan
phantom maka posisi pasien supine.
Posisi objek : bagian bahu menempel pada meja pemeriksaan dengan kaset
berada di bucky stand. Sesuaikan area yang akan diekspose dengan kaset
agar gambaran menghasilkan citra yang diperlukan.
Arah sinar : apabila AP dan PA maka arah sinar verikal tegak lurus tepat
pada area clavicula scapula untuk mendapatkan gambar keduanya. Apabila
pencitraan axial maka sinar disudutkan 15°-30° cephalad pada pertengahan
clavicula (Bontrager, 2014).
Pengolahan film : dengan memberikan marker sesuai dengan bagian yang
diperiksa yaitu kanan berarti right (R) dan mengatur kontras sesuai
kebutuhan diagnosa.
B. Pembahasan
Berdasakan hasil dari penelitian di atas, pemeriksaan rontgen Clavicula dan
Scapula bisa dilakukan dalam beberapa situasi terutama saat jatuh dan terjadi
benturan disertai nyeri. Rontgen clavicula dan scapula dapat menggambarkan hasil
apakah adanya fraktur ata dislokasi dan cedera lain pada area tulang bahu. Hasil
citra yang digambarkan tidak menunjukkan adanya fraktur atau dislokasi dan cedera
lainnya.
Pada prosedur pemeriksaan, menggunakan kaset 24x35 sudah cukup untuk
memberikan keseluruhan gambaran dari clavicula dan scapula. Pengaturan yang
tepat dari parameter radiografi, seperti kilovolt (kV) dan milliamperesecond (mAs),
juga penting dalam meminimalkan dosis radiasi yang diterima oleh pasien.
Penggunaan kV yang tepat dapat membantu mengoptimalkan kualitas gambar,
sedangkan mAs yang tepat mengurangi jumlah radiasi yang diperlukan. Selain
prosedur, teknik pemeriksaan diperlukan untuk menghasilkan citra yang baik sesuai
dengan diagnosis yang dibutuhkan. Persiapan pasien pemeriksan clavicula scapula
yaitu tidak dilakukan persiapan khusus, namun pasien diharuskan melepaskan
benda-benda logam yang berada di sekitar area pemeriksaan yang dapat
menimbulkan artefak pada hasil radiograf (3).
Proyeksi yang digunakan pada penelitian ini adalah clavicula dan scapula AP,
sehingga menghasilkan citra tulang clavicula secara frontal atau dari depan. Tulang
clavicula akan terlihat sebagai struktur tulang lurus yang menghubungkan tulang
dada (sternum) dengan tulang bahu (scapula). Dapat menampilkan gambaran
panjang dan bentuk tulang clavicula. Pada citra proyeksi AP scapula, menghasilkan
gamaran tulang scapula secara frontal. Tulang scapula akan terlihat sebagai struktur
datar dengan berbagai bagian seperti cavitas glenoid, tulang belikat (acromion), dan
tulang pundak (coracoid). Selain proyeksi AP, pemeriksaan clavicula scapula dapat
dilakukan dengan proyeksi PA sehingga menghasilkan citra tulang clavicula dari
posterior. Tulang clavicula akan terlihat sebagai struktur tulang lurus yang
menghubungkan tulang dada (sternum) dengan tulang bahu (scapula). Pada citra
proyeksi PA scapula, menghasilkan citra tulang scapula dari posterior. Tulang
scapula akan terlihat sebagai struktur datar dengan berbagai bagian seperti cavitas
glenoid, tulang belikat (acromion), dan tulang pundak (coracoid).
Selain AP dan PA khusus pada pemeriksaan clavicula dapat dilakukan dengan
proyeksi Axial. AP axial bertujuan untuk menampakan posisi clavicula terlempar
dari scapula dan coste, hanya sisi ujung medial clavicula yang mengalami
superposisi dengan costae pertama dan kedua (1). Proyeksi AP axial akan
memperoleh informasi lebih banyak,clavicula berada diatas scapula 1/3 medial
sedikit superposisi dengan costae 1 dan 2 (6). Kriteria evaluasi antara lain bagian
clavicula diproyeksikan di atas tulang rusuk dan skapula dengan ujung medial
tumpang tindih dengan tulang rusuk pertama atau kedua, clavicula dalam
penempatan horizontal, seluruh clavicula bersama dengan sendi akromioklavikular dan sternoklavikularis (3).
Kesimpulan
Pemeriksaan radiografi scapula dan clavicula bertujuan untuk mendeteksi kelainan pada tulang dan sendi di area bahu, seperti fraktur, dislokasi, osteoartritis, infeksi, tumor, dan kelainan bawaan. Terdapat beberapa proyeksi radiografi yang umum digunakan, seperti proyeksi AP (Anteroposterior) yang menampilkan gambaran clavicula dan scapula dari sisi anterior, proyeksi PA (Posteroanterior) yang menampilkan gambaran clavicula dan scapula dari sisi posterior, dan proyeksi Axial khusus untuk clavicula yang dapat menghasilkan gambaran clavicula dalam penampang melintang tanpa terjadi superposisi dengan costae pertama dan kedua. Penting untuk mengatur parameter radiografi dengan baik dan seminimal mungkin, terutama pada kV (kilovolt) dan mAs (milliamperesecond). Penggunaan kV yang tepat dapat membantu mengoptimalkan kualitas gambar, sedangkan mAs yang tepat dapat mengurangi jumlah radiasi yang diperlukan. Dengan menggunakan teknik radiografi yang tepat dan pengaturan parameter yang optimal, pemeriksaan radiografi scapula dan clavicula dapat memberikan informasi yang penting dalam mendiagnosis kelainan atau cedera pada tulang dan sendi di area bahu. Interpretasi hasil citra sebaiknya dilakukan oleh radiolog atau dokter yang berpengalaman untuk mendapatkan diagnosis yang akurat.
Referensi
1. Aji, Y. T. (2018). Prosedur Pemeriksaan Radiografi Clavicula Pada Kasus Fraktur Di
Rumah Sakit Umum Daerah K.R.M.T Wongsonegoro Semarang. Semarang: Poltekes
Kemenkes Semarang.
2. Bontrager, Kenneth L. dan Lampignano, John P.. 2014. Bontrager’s Textbook of
Radiographic Positioning and Related Anatomy. 8 th Edition. St. Louis : Elsevier Inc.
3. Lampignano, J. P.dan Kendrick, L. E. (2018). Bontrager’s textbook of radiographic
positioning and related anatomy (19 (ed.)). Elsevier Ltd.
4. Puspitaningtyas DA, Ambarwati N. RADIOGRAPHIC EXAMINATION
TECHNIQUES OF CLAVICULA IN POST ORIF EVALUATION AT THE
RADIOLOGY INSTALLATION OF WONOSARI HOSPITAL TEKNIK
PEMERIKSAAN RADIOGRAFI OS CLAVICULA PADA. 2023;3(1):11–4.
Halaman 4 dari 8
5. Taslimah S. Teknik Pemeriksaan Radiografi Clavicula Pada Kasus Fraktur Clavicula
Sinistra Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Efarina Etaham Berastagi Kabupaten Karo.
J Ilm Multidisiplin [Internet]. 2022;1(5):1009–13. Available from:
https://ulilalbabinstitute.com/index.php/JIM/article/view/225
6. Setyawan, T. A. (2017). Prosedur Pemeriksaan Radiografi Os Clavicula dengan
Indikasi Fraktur. Jurnal Riset Kesehatan, 1-3.
7. Nugroho, Yoga; Setiarso, Lujeng Agus;. (2021). Teknik Pemeriksaan Radiografi
Clavicula Pada Kasus Fraktur: Serial Kasus. Semarang: Poltekes Kemenkes Semarang.
8. Sari NS, Asmara AY, Hamid AH. 2020. Gambaran karakteristik fraktur klavikula di
rumah sakit umum pusat sanglah denpasar tahun 2013-2017. 9(1): 7-11.
9. Sihwinedar, T. (2017). Prosedur Pemeriksan Radiografi Clavicula Post Open
Reduction And Internal Fixation (Orif) Pada Kasus Fraktur Di Instalasi Radiologi Rsup
Dr. Sardjito Yogyakarta . Semarang: Poltekes Kemenkes Semarang.
10. Solomon,L.,Warwick,D.,& Nayagam,S.(2014). Apley's System of Orthopaedics and
Fractures. Boca Raton: Taylor & Francis Group.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H