Mohon tunggu...
Syahrul Maulana
Syahrul Maulana Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pemred Terbaik Kategori Majalah Dinding

Nama; Syahrul Maulana , lahir di Bekasi, 16 Juli 2005, aku anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan DRS Sunarto dan Anah Arsita. Syahrul adalah nama panggilanku, Aku terlahir di keluarga lumayan mampu dalam bidang ekonomi, ayah saya Wirausaha. Sejak kecil, saya selalu dinasehati oleh ayahnya untuk selalu rajin beribadah, jujur dan baik terhadap sesama. Singkat cerita, setelah lulus SMP saya berangkat ke Pondok Pesantren Sidogiri untuk mendalami ilmu Agama. Alhamdulillah, di Sidogiri saya berkhidmah di Instansi ISS (Ikatan Santri Sidogiri) sebagai anggota media. Pada tahun pertama, saya dianggkat menjadi Redaksi Mading KOREKSI, tahun selanjutnya, Koordinator Media, memberikan mandat kepada saya untuk menduduki kursi Pemimpin Redaksi, Tahun ketiga, saya direktut Buletin Nasyith menjadi Sekretaris Redaksi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

The Desert Hero

31 Juli 2024   15:43 Diperbarui: 31 Juli 2024   15:54 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kau memacu kuda, bergerak menembus padang Sahara yang dipanggang matahari, debu-debu melambung-lambung ke atas udara, kau tarik pedang pemberian gurumu yang kau sekat tepat di pinggangmu, semakin dekat, dan tampak di mata mu, ternyata.........

***

            Panik, resah, dan gelisah menyelimuti negeri Dekrit, langit cerah dengan pancaran cahaya raja siang seakan gelap gulita di malam hari. Hexa, raja yang terkenal dengan haus darah dan rakus kekuasaan, tidak ada belas kasihpun dalam hatinya, menghantui kota itu, dia tidak pernah menunjukan rasa belas kasih pada siapa pun yang dianggap musuh olehnya. Negeri Amega sudah menjadi contoh kebiadabannya, semua rakyat disana yang mencoba melawan kehendaknya hanya memiliki dua jalan kematian, antara digantung atau dibakar hidup-hidup. Pidato yang dia sampaikan kepada seluruh angkatan perangnya untuk melebarkan sayap kekuasaanya negara-negara sekitar terdengar ngeri di telinga rakyat Dekrit, karena Dekrit adalah target selanjutnya.

***

Embusan angin menghamburkan hamparan debu pasir ke udara, bertebaran kesana-kemari tanpa arah, sebagian mendarat di jubahmu yang kusam, menandakan kau sudah menempuh perjalanan yang sangat Panjang. Sebilah pedang pemberian gurumu kau sekat tepat di pinggang bagian kanan, ikat kepala berwarna coklat menunjukan sebagai seorang pendekar.

 Kau masih dalam perjalanan, sudah dua hari berkelana setelah menumpas habis pemberontak yang mengkudeta negeri Darks. Kuda yang kau tunggangi saat ini adalah hadiah dari raja atas jasamu. Misi kali ini cukup berat untukmu, tapi karena ini wasiat dari guru, kau harus menjalankannya.

 Tampak dari kejauhan oleh kedua mata, negeri yang menjadi target musuhmu untuk dijajah, sudah didepan mata, tetapi kau masih memandanginya dari kejauhan. Kau menarik pelana kudamu, seketika meringkik dan menurunkan kakinya kemudian diam, masih menatap, mungkin kau masih mengatur strategi bagaimana bisa melawan dan membunuh Hexa yang menjadi biang keladi pembantaian manusia di negara-negara sekitar. Tak lama kau menatapi Dekrit tampak dari kejauhan sekelompok manusia berjirah besi dan sebilah pedang di tangannya berlari laksana dikejar hantu, mereka mirip tentara, tapi kenapa berlarian? Benar! Kau sudah menemukan jawaban setelah melihat ada anak panah melesat dari belakang mengenai kepala salah satu dari mereka.

 Kabar yang menghantui itu terjadi juga, Hexa Sudah melancarkan serangannya ke Dekrit dan ternyata raja Dekrit, Reks mengerahkan pasukannya untuk menghadang.

"Inilah saatnya menyelesaikan misi inti dari guruku" Ucapmu dalam hati dengan percaya diri

Kau memacu kuda bergerak menembus padang sahara yang dipanggang matahari, debu-debu melambung-lambung ke atas udara, kau Tarik pedang pemberian guru mu yang kau sekat tepat di pinggangmu, semakin dekat, dan tampak di matamu, ternyata pasukan Hexa belipat-lipat lebih besar dari tentara kerajaan Dekrit. Tak heran mereka kocar kacir. Kau menerjang pasukan Hexa seorang diri, mengayunkan pedang kesana kemari menyeret nyawa pasukan musuh satu persatu. Semakin berjalannya waktu semakin banyak korban dari pasukan Hexa bahkan dalam hitungan menit kau bisa membunuh pasukan Hexa setara dengan jumlah pasukan negri Dekrit yang dikerahkan Reks.

Keadaan berbalik arah, sekarang pasukan Hexalah yang mulai terpojok hanya dengan kau seorang diri. Hexa yang sedari awal pertempuran tidak terjun ke medan pertempuran, hanya menonton dari atas kudanya, melihat kau yang mengganas bak singa kelaparan memakan pasukannya, tak tahan menahan kekalahan pasukannya diujung pedangmu. Dia turun dari kuda mengambil tombak dari pengawalnya dan melemparkan, tentu itu mengarah pada kau yang sedang menikmati duniamu membantai pasukan Hexa, kau melihat tombak di udara mengarah padamu, dengan lincah kau menghelak meloncat dari kuda dan berhasil, tapi kuda yang kau tunggangi harus menjadi korban, semua musuh saling berpandangan mata satu sama lain melihat kau mengamuk, menghajar habis-habisan mereka.

"Jangan kalian mundur! Jika tidak maka keluarga kalian akan kubantai" Teriak Hexa di tengah pertempuran kepada pasukannya

Tampaknya suara lantang itu memicu perhatianmu, kau mencari sosok teriakan itu. Berjalan santai, kau sudah tenang tidak seperti awal pertempuran, sesekali kau menyebet musuh yang menyerang dengan mudah, setenang itu kau bisa menjadikan pasukan Hexa seakan kambing-kambing di hadapan pemiliknya.

 Dari kejauhan kau melihat manusia bertubuh kekar berjubah hitam dengan pedang ditangan yang siap dihunuskan, kau hanya memandanginya sinis dan terlihat bengis.

***

3 tahun lalu di sebuah kuil di tengah padang pasir

             "Amado! Tampak umurku sudah tidak lama lagi." tutur Sisei pelan.

            "Guru tidak perlu berkata begitu, guru harus tetap hidup, jika bukan guru siapa yang akan menjaga dunia ini"

            "Aku punya satu permintaan terakhir untukmu."

            "Aku pasti akan menjalaninya apapun itu." Ucap Amado dengan semangat

            "Kau jaga dunia ini, berantas kejahatan yang berbuat kericuhan dan yang terakhir kau bunuh Hexa, dia murid pertamaku yang berkhianat, sekarang dia sedang berbuat kerusakan di seluruh dunia." Wasiat Sisei kepada amado

            "Baik guru tapi kau jangan mati sebelum kubunuh Hexa, kau harus menyaksikannya."

Sisei hanya tersenyum dengan bangga memiliki yang setia seperti Amado. Hembusan nafas terakhirnya bersamaan dengan senyum yang dia rekahkan dihadapan Amado.

***

Ingatan itu kembali muncul dalam benakmu, tatkala kau melihat lelaki itu

"Amado kaukah itu? Kaukah yang membantai habis para pemberontak di negri Darks?" tanya Hexa

Kau tak menjawab pertanyaan itu. Kau langsung maju menyebetkan pedang yang kau genggam kearahnya, Hexa menghindari seranganmu, dia hanya tersenyum jahat, meremehkan mu.

"Junior tidak mungkin mengalahkan senior."

Kau masih bungkam dan meloncat kearahnya mengayunkan pedang beberapa kali, tapi Hexa mundur dengan cepat menangkis semua seranganmu.

"Baiklah aku akan serius sekarang"

Dia menyerang dengan ganas kearahmu, pedang yang dia pegang melambung-lambung, kau menangkis agak kesulitan, tapi kau tak menyerah, kau balas serangan lebih keras dari sebelumnya.

 Denting pedang berisik di telinga sampai seluruh pasukan Hexa membentuk bundar, seperti ring pertarungan, kau masih berusaha untuk memenggal kepala Hexa, kau merangsek bak macan kelaparan, tapi tidak mudah membunuhnya seperti kau menjadikan kambing pasukannya dihadapanmu, dia sangat lincah lagi kuat, belum pernah kau bertarung sesengit itu sebelumnya.

 kau merunduk ketika pedang membelah udara melalui sisi kanan. Kau tidak menyia-nyiakan kesempatan dan langsung mengayunkankan pedang keatas, Hexa terpental kebelakang terkena pedang yang kau hantamkan, kau meloncat sangat tinggi dengan kedua tangan menggenggam pedang pemberian gurumu, langsung kau hunuskan kebawah tepat di kepalanya, dia tidak sempat menangkisnya.

Darah pun mengalir membasahi pasir di padang tandus, seluruh pasukan yang menyaksikan bertekuk lutut di hadapanmu. Kau tegak dengan wibawa, menggenggam pedang berdarah. Pasukan Hexa yang tadi menyerangmu langsung mengucapkan syukur seakan sudah terbebas dari belenggu kehidupan, mereka berteriak-teriak menyebutmu pembebas dan pahlawan padang pasir, ternyata mereka sudah menanti kematian Hexa.

Sisei tersenyum bangga melihatmu, meski kau tidak bisa melihatnya dengan kasat mata, tetapi kau merasakan kebahagiaannya di alam baka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun