Mohon tunggu...
Pemuda Pengangguran
Pemuda Pengangguran Mohon Tunggu... Mahasiswa - Proses belajar

Membaca untuk menulis, menulis untuk membaca

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Mari Menjadi Pemilih Cerdas

17 Januari 2022   08:32 Diperbarui: 17 Januari 2022   08:43 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olehnya itu, penulis berharap semestinya generasi milenial perlu memiliki pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya konsistensi dalam pemilihan calon kades dan dapat menjadi pemilih yang cerdas. Salah satunya menggunakan media sosial dan mampu meminimalisir berita-berita hoax.

Namun, masih banyak dari kaum muda yang terlibat politik bukan karena pilihan hati nuraninya, melainkan karena tekanan keluarga, tekanan pimpinan bahkan karena money politik. Jelas ini bertentangan dengan maksud pemilih cerdas, "Pemilih cerdas adalah pemilih yang rasional, objektif memilih berdasarkan penilaian dirinya, bukan karena dorongan uang, saudara, suku, agama".

Penulis tahu bahwa ini merupakan tantangan berat, namun kita mesti mengubah cara pandang politik kita karena di tangan dan pikiran pemuda ada masa depan yang harus diwujudkan demi kepentingan masyarakat.

Paling penting, menjadi pemuda milenial harus memiliki prinsip anti golput dan memilih berdasarkan hati nuraninya, sebab satu suara pada pesta demokrasi sangat berperan penting untuk menentukan sosok pemimpin pada desanya masing-masing.

Tantangan Pemuda Milenial

Perkembangan teknologi digital yang begitu pesat telah mengubah gaya hidup dan cara bertindak manusia hari ini. Digitalisasi dan transformasi digital telah mendorong berbagai sistem yang ada menjadi lebih efisien, mudah, dan transparan.

Di balik sisi baik dari perkembangan tersebut juga merupakan  tantangan zaman milenial atau para generasi muda paham politik, dan tidak sedikit dari mereka yang telah banyak berkontribusi dalam sistem politik di daerahnya masing-masing.

Mengutip tulisan Arif Nurul Imam, "Tantangan Politik Kaum Muda" pada Kompas.com dirinya menjelaskan terkait dengan tantangan kaum muda pada politik:

Pertama, fenomena menguatnya gerontokrasi. Ini adalah suatu sistem yang dikendalikan atau diatur oleh orang-orang tua. Meski tidak bisa dinafikan terdapat anak-anak muda yang tampil di pentas politik atau jabatan publik, sejatinya itu pun lebih banyak sebagai subordinat politisi tua atau bagian dari klan politik. Politisi muda yang bukan bagian dari klan politik mesti mendaki dan merangkak dari bawah.

Banyak dari mereka masih terseok-seok untuk mendapatkan posisi strategis, baik di internal parpol maupun di jabatan-jabatan publik. Dalam banyak kenyataan, kaum tua harus diakui masih mendominasi, bukan hanya dilihat dari sisi jumlah komposisinya melainkan juga peran dan fungsi politik kaum tua masih terus mendominasi.

Kedua, apatisme politik milenial. Survei CSIS yang dirilis pada awal November 2017 menyebutkan bahwa hanya 2,3 persen generasi milenial yang tertarik dengan isu sosial-politik. Ironisnya, isu sosial politik juga menjadi yang paling tidak diminati oleh generasi milenial. Litbang Kompas juga menunjukkan hanya 11 persen generasi milenial yang mau aktif menjadi anggota dan pengurus partai politik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun