Setibanya mereka di rumah keluarga Max dan setibanya waktu makan malam bersama, salah satu anak Howard, Stevie, mengambil buku curahan hati Max yang menceritakan anggapannya terhadap Natal yang perlahan sudah kehilangan makna.
Makan malam berakhir untuk Max. Ia masuk ke dalam kamar dan menuliskan permohonan pada secarik kertas yang ia tujukan untuk Sinterklas.
Max memasukkan suratnya ke dalam amplop, tetapi tidak berselang lama ia berubah pikiran dan merobek-robek surat itu.
Robekan surat ia hamburkan lewat jendela. Namun, seolah melawan gravitasi, robekan-robekan tersebut malah melayang dan terbang ke atas, kemudian hilang ditelan langit.
Salju tiba-tiba turun dengan lebat. Cuaca mendadak berubah. Langit gelap. Listrik di kota serentak padam. Suasana tampak mencekam.
Di keesokan harinya, keadaan masih belum berubah. Orang-orang di rumah keluarga Max mulai panik. Natal akan tiba tanpa cahaya. Beth ingin memastikan apakah hal yang sama juga terjadi di rumah pacarnya. Ia hendak pergi ke sana seorang diri. Meski sempat dilarang oleh orangtuanya, ia akhirnya mendapatkan izin dengan perjanjian ia akan kembali dalam satu jam.
Dalam perjalanan ke rumah pacarnya, Beth merasa bahwa hal janggal sedang terjadi. Hari tiba-tiba berubah menjadi malam. Kota sangat sepi. Tidak terlihat adanya aktivitas ataupun suara-suara yang terdengar.
Beth menemukan sebuah mobil yang terparkir dan memutuskan untuk bersembunyi di bawah kolongnya.
Makhluk itu masih mencarinya. Saat makhluk tersebut tiba di sekitar mobil, Beth melihat kakinya yang tampak seperti kaki rusa. Beth berusaha untuk tidak berteriak. Namun, ketika ia melihat sekeliling, ia menemukan kotak aneh. Dari dalam kotak tersebut keluar mainan hidup yang berusaha merenggutnya.