“Choose love not in the shallows but in the deep.” –Christina Rossetti
James Gray akhirnya melabuhkan hati untuk menggarap film drama percintaan yang mana film tersebut kemudian dirilis pada tahun 2008 setelah sebelumnya, ia memiliki kecenderungan sebagai sutradara yang cakap dalam mengangkat film bertemakan kriminal melalui The Yards dan We Own the Night.
Hasilnya, film yang dibintangi oleh Joaquin Phoenix tersebut sungguh jauh dari kata buruk. Ditambah dengan kenamaan yang lain seperti Gwyneth Paltrow dan Vinessa Shaw, ketika itu, Two Lovers mendapat sambutan yang positif di festival Cannes.
Kendati sudah berlalu dua belas tahun, Two Lovers masih menyimpan catatan yang akan selalu berkaitan erat dengan problematika dalam mencintai dan dicintai serta sisi psikologis manusia kala dihadapkan dengan pilihan-pilihan–yang adalah alasan kenapa saya tertarik untuk mengulas film lawas satu ini.
Plot
Leonard (Joaquin Phoenix) telah beberapa kali mencoba mengakhiri hidupnya setelah mengalami kegagalan dalam rajutan cinta dengan kekasihnya.
Keduanya adalah sepasang lajang yang matang, kedua orangtua mereka juga sudah saling mengenal satu sama lain. Dan tujuan dari perkenalan mereka tersebut tidak lain adalah untuk mewujudkan sebuah ikatan, mengingat keduanya adalah anak tunggal yang sudah cukup berumur di keluarga masing-masing.
Semuanya berjalan tampak selaras setidaknya sampai kehidupan Leonard dihadiri oleh wanita bernama Michelle (Gwyneth Paltrow), tetangga baru yang tinggal tidak jauh dari apartemennya. Berbeda dengan Sandra yang sederhana dan tidak terlalu ekspresif, Michelle adalah sosok yang modis, cantik, ceria dan spontan.