Banyak hal yang saya lalui di awal tahun ini. Kesibukan-kesibukan baru yang menumpuk di meja, dokumen-dokumen yang mesti segera di lengkapi, juga masalah rancangan biaya dan kegiatan pemilihan kepala desa. Belum lagi bayang-bayang skripsi yang akan meneror saya mulai bulan Maret nanti, yang sebetulnya memang tidak ada hubungannya dengan judul ataupun maksud saya menulis artikel ini. Tapi, ya, saya memang suka curhat colongan. Baiklah itu kesalahan saya, saya minta maaf.
Meski sempat terkendala kuota dan kesibukan-kesibukan lainnya, akhirnya tulisan ini bisa saya bagikan juga. Tentunya saya tidak akan lupa untuk melayangkan ucapan syukur kepada Allah SWT yang sudah memberi saya umur sampai hari ini untuk bisa menunaikan kewajiban saya sebagai salah satu penulis yang tulisannya terpilih di event ulang tahunnya Mbak Widi (Widz Stoops).
Event yang juga didukung oleh empat puluh lebih Kompasianer itu menuntut para penulisnya untuk menuliskan tulisan (berupa artikel, puisi, dan cerpen) yang mengangkat kehidupan seseorang yang kurang atau bahkan sangat tidak mampu, yang mana saya sendiri menulis artikel tentang seorang warga desa tempat saya bekerja, seorang pria empat puluhan yang hidup sendirian dan mengalami gangguan intelektual. Â
Selengkapnya bisa kalian baca 👉 "di sini"
Alhamdulillah, ternyata tulisan saya tersebut dinobatkan sebagai artikel terpilih oleh Mbak Widi dan juri.
Hal ini tentunya membuat saya cukup tersentuh. Bagaimana tidak, ini pertama kalinya tulisan saya bisa bermanfaat dan membantu orang lain. Sungguh. Karena memang seringnya saya menulis sesuatu sebagai kepuasan dan kesenangan saya sendiri (meskipun hal-hal yang saya tulis adalah tentang kesedihan).
Tulisan saya yang bercerita tentang Arbani tersebut total dihadiahi Rp. 1.050.000, dengan sistem pembagian 300.000 untuk saya, dan 750.000 untuk seseorang yang saya tulis (Arbani), serta tambahan paket penerbitan buku gratis untuk saya. Bersyukur sekali, diberi amanah oleh seorang manusia berhati malaikat seperti Mbak Widi untuk berbagi rezeki kepada sesama.
Untuk rewardnya sendiri sudah saya terima pada tanggal 13 Februari, dan saya cairkan pada tanggal 15 Februari pagi hari. Dan pada siang harinya, sepulangnya saya dari rutinitas bekerja, saya pergi ke pasar, membeli baju dan celana baru yang layak untuk dipakai Arbani dengan uang hasil hadiah yang saya dapat.
Pada malam harinya barulah saya menyerahkan pakaian serta sejumlah uang yang memang sudah menjadi haknya.Â
Hanya saja saya meminta salah seorang keluarga jauhnya untuk mengalokasikan uang tersebut sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Orang yang saya tunjuk tersebut adalah seorang ibu rumah tangga bernama Siti Aisyah. Dari dialah Arbani biasanya mendapat pertolongan berupa bantuan uang untuk mengisi token listrik serta lauk untuk disandingkan dengan nasi.
Acara serah terima ini berlangsung di rumah Siti Aisyah dan disaksikan langsung oleh keluarga dekatnya yang juga sering memberi perhatian kepada Arbani. Mereka mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada Mbak Widi.
"Semoga, siapa pun kamu, di mana pun kamu tinggal, Tuhan memberkatimu, memberikanmu  kesehatan dan umur yang panjang, serta rezeki yang berlimpah. Peduli tanpa saling kenal adalah hal yang sulit. Ternyata dunia masih memiliki orang yang baik."
Begitulah kira-kira ucapan yang dihaturkan oleh Masnun (ibunda dari Siti Aisyah)-yang tentunya sudah saya terjemahkan dari bahasa daerah- setelah saya jelaskan bahwa orang yang memberi Arbani rezeki itu tinggal di Amerika.
Saya secara pribadi juga ingin mengatakan hal yang sama kepada Mbak Widi, yang dengan ketulusan hatinya telah berhasil menyentuh hati orang-orang melalui event menulisnya untuk memanusiakan manusia, serta memberikan saya kepercayaan untuk berbagi kebaikan melalui tulisan saya, yang seringnya hanya berakhir sebagai puisi picisan.
Kubisikan namamu di udara,
juga ungkapan terima kasih
dari orang-orang jauh
yang ingin mengenalmu,
bertemu denganmuSalam paling hangat
dari tanah paling hijau
di Indonesia
untukmu yang membuka mata
orang-orang
bahwa mereka tidak pernah
sendirian
Martapura, Kalimantan Selatan, Indonesia, 17 Februari 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H