Mohon tunggu...
Syahrul Chelsky
Syahrul Chelsky Mohon Tunggu... Lainnya - Roman Poetican

90's Sadthetic

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cerpen | Untuk Perempuan yang Abadi dalam Hujan

22 Desember 2017   16:29 Diperbarui: 24 Februari 2019   12:24 1510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://id.downloadatoz.com

Aku Datang, Ra

Selang tak berapa  lama, bus yang akan mengantarku ke tempatmu tiba. Kosong seperti hatiku. Hanya ada tiga orang di dalamnya. Aku duduk di bangku sebelah kanan paling pojok, di dekat  jendela yang sedikit terbuka. Aku memikirkanmu sambil memandangi hujan yang jatuhnya di kaca. Kamu ingat, Ra? Kita pernah duduk berdua di dekat jendela kamarmu sewaktu hujan. Kita berdua pernah meniup-niup kaca jendela yang membentuk biasan, kemudian kita menggambarnya menjadi dua potong hati dalam kedinginan.

r-1651-5a3e2c9ccaf7db63d64dd3f4.jpg
r-1651-5a3e2c9ccaf7db63d64dd3f4.jpg
Setengah jam berlalu. Aku meminta supir berhenti di dekat gapura berwarna biru. Aku datang, Ra. Tak usah repot-repot menolak untuk memelukku seperti dulu, rindu di dadaku sudah cukup untuk menghangatkan seluruh tubuhku.

Sumber: https://id.downloadatoz.com
Sumber: https://id.downloadatoz.com
Aku berjalan memasuki gapura itu, melalui puluhan makam sebelum sampai ke tempatmu. Apa kamu merasakan rindu yang tak luntur meski di guyur hujan ini, Ra? Aku hangat dalam kedinginan. Sekarang aku berada di depan makammu. Katakan bahwa kamu juga merindukan aku. Jika kamu mau, kamu juga bisa memarahi aku karena datang tak tepat waktu. Kali ini bukan hujan alasanku. Dalam perjalanan aku membelikanmu kue dan sekotak kado. Lihat? Ada setangkai mawar dan dua keping cokelat. Aku akan memotong kuenya agar kita bisa memakannya bersama.

Apa di sana kamu lebih bahagia ketimbang denganku, Ra? Dua tahun belakangan aku kesepian dan susah bahagia. Apa di sana kamu juga? Maaf, Ra. Hingga hari ini perpisahan kita masih sukar untuk aku terima. Setelah dua tahun kita saling  terikat, aku hancur dalam kematianmu yang menciptakan sekat.

Pada Hujan yang Membawamu Pergi

Aku merindukan kamu setiap hari, Ra. Sejak dulu, saat aku bahkan belum tahu namamu. Di saat kamu pertama kali masuk ke dalam kelasku sebagai mahasiswi baru. Semakin berat ketika hujan ikut pulang bersamamu di hari Minggu yang kelam dua tahun lalu. Semuanya masih berputar-putar di kepalaku, hembusan terakhir nafasmu dalam pangkuanku. Di bawah rinai hujan yang membawamu pergi, kamu ucapkan cinta untuk terakhir kali.

Maaf, Ra. Jika selama ini cintaku membebanimu di alam sana. Mungkin kamu tersiksa karena keegoisan yang kucampur dalam doa. Aku mencintaimu dalam kadar yang tak biasa tanpa tahu cara menguranginya.

Sumber: https://womantalk.com/
Sumber: https://womantalk.com/
Sekarang, Ra. Aku akan melepasmu dalam hujan untuk yang kedua kali.  Seminggu lagi aku akan pergi untuk bekerja di Bali, setelah ini mungkin aku tak akan bisa mengunjungimu lagi. Aku akan tinggal lama di sana, aku akan sering jalan-jalan ke tepi pantai dan meneriakkan kata-kata cinta untukmu di atas batu karang. Tidak hanya di hatiku, kamu juga akan selalu abadi dalam hujan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun