Nur kembali bertanya "lalu hewan apa?" Dengan bangga karena merasa menang atas Nur, Gigih menjawab "buaya, soalnya ditiang listrik biasanya ada tulisan, hati-hati buaya tegangan tinggi ehehehe" entah setelah itu bagai mana respon Nur, yang jelas Gigih sangat bahagia.
Sebelum tidur gigih menyusun cerita indah dalam bayangnya, tentu pemeran utamanya adalah dia dan Nur. Seistimewa itu Nur Dimata Gigih. Meski tidak intens dalam bertukar pesan, gigih berani menaruh harap pada Nur. Dalam beberapa kesempatan mereka sering bertemu.
 Gigih gemar mengabadikan Nur secara diam-diam menggunakan kamera pinjaman dari seorang sahabat. bukan hanya itu, gigih pernah membuat sebuah gambar tentang Nur yang sampai sekarang menjadi wallpaper favoritnya. Perlahan rasa itu mulai tumbuh.Â
Untuk pertama kalinya gigih jatuh cinta dengan rasa yang berbeda, bukan sekedar rasa mencintai, bukan sekedar rasa menyayangi, bukan sekedar rasa ingin memiliki, gigih ingin sekali membahagiakan Nur.
Gigih adalah orang yang belum bisa berdamai dengan penolakan. Gigih lebih memilih diam dan menaruh harap.
harap gigih adalah, perihal mencintai dan menyayangi, gigih akan berjuang dengan luar biasa. Perihal melindungi, gigih akan berjuang dengan ekstra.Â
Perihal menyakiti, gigih akan menjadikannya mustahil. Gigih tahu, jika bersanding dengan Nur akan menjadi sesuatu yang kontras. Gigih akan menjadi laki-laki paling beruntung, sedang Nur akan menjadi perempuan paling bersyukur. Meski bukan laki-laki sempurna, Gigih berusaha menjadi alasan nur untuk tersenyum.
EMBARAN
Suatu ketika gigih memberanikan diri untuk menceritakan apa yang sedang ia rasakan kepada seorang kawan, yang kebetulan juga kawan dari Nur. Gigih mengakui bahwa ia memang benar-benar suka dengan Nur. Sayang, Seroang kawan mengabarkan embaran bahagia.Â
katanya Nur sedang dekat dengan seorang kawan Gigih. Hubungan mereka juga cukup intens. Awalnya gigih merasa iri, betapa beruntungnya seorang kawan menjadi jambang untuk Nur menaruh hati padanya. Gadis sesempurna itu, siapa yang tidak bahagia.
Entah bagaimana, sekarang gigih justru ikut berbahagia. Mungkin karena seorang kawan yang sedang dekat Nur lebih baik darinya, atau mungkin karena Gigih merasa Nur menemukan bahagianya. Kawan gigih tampaknya lebih pantas.
Yang jelas Gigih senang mendengarnya, meski begitu Gigih tak pernah ragu memilih Nur.Â
Yang gigih takutkan bukan perihal tak bisa memiliki Nur, tetapi tak bisa membahagiakan Nur adalah mimpi buruk baginya. Sampai tulisan ini selesai ditulis, Gigih masih belum bernyali untuk jujur pada Nur. Suatu saat ketika Gigih mendapat kesempatan ia berjanji tidak akan menyianyiakan.Â
Jika kesempatan itu sudah terlewat, gigih tak akan berhenti berusaha. Gigih percaya jika kesempatan kedua memang mustahil, tapi kesempatan akan selalu datang kepada siapa saja yang mau berjuang.