Mohon tunggu...
Syahrul Agusherlambang
Syahrul Agusherlambang Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hai, semoga suka :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Temberang

29 Juli 2021   11:29 Diperbarui: 29 Juli 2021   12:07 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mula

pemuda keras kepala itu bernama gigih. lahir 21 tahun lalu, pada bulan agustus di bantaran sungai bengawan solo Ia dibesarkan dikeluarga sederhana. Memiliki seorang kakak laki-laki dan seorang adik perempuan kesayangan. 

Ibunda gigih adalah wanita kuat yang senantiasa mengingatkan gigih akan hal baik. Sementara ayahnya adalah seorang yang mengajarkan gigih arti ketulusan.

Diusianya yang sekarang, gigih terbilang kekanak kanakan. Meski begitu tiga tahun lalu gigih memutuskan untuk berpindah ke kota malang. Kota yang dahulu menjadi mimpinya. 

Gigih belajar banyak hal. Menjadi mahasiswa di salah satu kampus swasta di malang, menjadi seorang fotografer ,menjadi serorang perancang grafis, gigih juga membantu di angkringan milik sepasang kekasih, yaitu taswaya dan april.

Salah satu yang menurut gigih sulit dilakukan adalah menjadi berguna sebab itu gigih memutuskan untuk bergabung dalam pergerakan sosial kerelawanan yang diprakarsai oleh para pemuda. Disitulah gigih bertemu seorang gadis bernama Nur. Sikap gigih begitu dingin ketika awal bertemu, memang seperti itu gigih. 

Nur memberanikan diri untuk menegurnya,"Mas sinis banget" ucap Nur dengan memamerkan senyum. Tanpa membalas ucap dari Nur, Gigih berlalu meninggalkan ruangan dipenuhi banyak pertanyaan siapa Nur sebenarnya.

Tumbuh

Suatu ketika Gigih memberanikan diri untuk bertukar pesan dengan Nur. Tentu tidak sulit dizaman sekarang untuk mendapatkan nomor Nur. 

Bahkan Gigih juga mulai berani mengetuk tombol "ikuti" di instagram Nur. "Ibu, sepertinya Gigih sedang jatuh cinta". Sejak saat itu tulisan fiersa besari, wira nagara, juga pak sapardi menjadi teman gigih setiap malam.

"Apa kabar?" "sedang sibuk apa?" obrolan yang menjadi awal bertukar pesan hingga menjelang tertidur lelap. Setiap sore gigih ingin bertanya " bagaimana harimu? menyenangkan, atau justru merepotkan?". Guyonan-guyonan tidak lucu juga dikirimkan gigih kepada nur "hewan-hewan apa yang suka ditiang listrik?", Nur menjawab "cicak?", "Bukan" Gigih menyalahkan jawaban Nur. 

Nur kembali bertanya "lalu hewan apa?" Dengan bangga karena merasa menang atas Nur, Gigih menjawab "buaya, soalnya ditiang listrik biasanya ada tulisan, hati-hati buaya tegangan tinggi ehehehe" entah setelah itu bagai mana respon Nur, yang jelas Gigih sangat bahagia.

Sebelum tidur gigih menyusun cerita indah dalam bayangnya, tentu pemeran utamanya adalah dia dan Nur. Seistimewa itu Nur Dimata Gigih. Meski tidak intens dalam bertukar pesan, gigih berani menaruh harap pada Nur. Dalam beberapa kesempatan mereka sering bertemu.

 Gigih gemar mengabadikan Nur secara diam-diam menggunakan kamera pinjaman dari seorang sahabat. bukan hanya itu, gigih pernah membuat sebuah gambar tentang Nur yang sampai sekarang menjadi wallpaper favoritnya. Perlahan rasa itu mulai tumbuh. 

Untuk pertama kalinya gigih jatuh cinta dengan rasa yang berbeda, bukan sekedar rasa mencintai, bukan sekedar rasa menyayangi, bukan sekedar rasa ingin memiliki, gigih ingin sekali membahagiakan Nur.

Gigih adalah orang yang belum bisa berdamai dengan penolakan. Gigih lebih memilih diam dan menaruh harap.
harap gigih adalah, perihal mencintai dan menyayangi, gigih akan berjuang dengan luar biasa. Perihal melindungi, gigih akan berjuang dengan ekstra. 

Perihal menyakiti, gigih akan menjadikannya mustahil. Gigih tahu, jika bersanding dengan Nur akan menjadi sesuatu yang kontras. Gigih akan menjadi laki-laki paling beruntung, sedang Nur akan menjadi perempuan paling bersyukur. Meski bukan laki-laki sempurna, Gigih berusaha menjadi alasan nur untuk tersenyum.

EMBARAN
Suatu ketika gigih memberanikan diri untuk menceritakan apa yang sedang ia rasakan kepada seorang kawan, yang kebetulan juga kawan dari Nur. Gigih mengakui bahwa ia memang benar-benar suka dengan Nur. Sayang, Seroang kawan mengabarkan embaran bahagia. 

katanya Nur sedang dekat dengan seorang kawan Gigih. Hubungan mereka juga cukup intens. Awalnya gigih merasa iri, betapa beruntungnya seorang kawan menjadi jambang untuk Nur menaruh hati padanya. Gadis sesempurna itu, siapa yang tidak bahagia.

Entah bagaimana, sekarang gigih justru ikut berbahagia. Mungkin karena seorang kawan yang sedang dekat Nur lebih baik darinya, atau mungkin karena Gigih merasa Nur menemukan bahagianya. Kawan gigih tampaknya lebih pantas.
Yang jelas Gigih senang mendengarnya, meski begitu Gigih tak pernah ragu memilih Nur. 

Yang gigih takutkan bukan perihal tak bisa memiliki Nur, tetapi tak bisa membahagiakan Nur adalah mimpi buruk baginya. Sampai tulisan ini selesai ditulis, Gigih masih belum bernyali untuk jujur pada Nur. Suatu saat ketika Gigih mendapat kesempatan ia berjanji tidak akan menyianyiakan. 

Jika kesempatan itu sudah terlewat, gigih tak akan berhenti berusaha. Gigih percaya jika kesempatan kedua memang mustahil, tapi kesempatan akan selalu datang kepada siapa saja yang mau berjuang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun