Mohon tunggu...
Alkhan
Alkhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis pemula yang mencoba lebih baik

Dengan menulis, wawasan bertambah luas. Dengan membaca, yang sudah luas semakin bertambah luas.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Apa Salahku?

6 November 2024   11:19 Diperbarui: 6 November 2024   11:42 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Oh iya, Bang, sori, sori!" ucapku buru-buru sambil mengambil bungkusan gorengan itu. Wajahku panas, mungkin sudah seperti kepiting rebus sekarang. Aku langsung mengeluarkan uang tanpa berani menatap mata si abang gorengan.

"Yah, kirain kenapa, kok ketakutan gitu," gumam si abang sambil berlalu dengan gelengan kepala.

Aku menghembuskan napas lega, tapi rasa malu masih saja menguar. "Apa salahku, Tuhan? Kok bisa konyol begini," gumamku lirih sambil mencoba melupakan kejadian tadi.

Namun, momen malu itu belum sempat menghilang saat tiba-tiba hujan berubah lebih deras. Aku memeluk bungkusan gorengan dengan lebih erat, takut gorengan yang sudah setengah basah ini tambah tidak bisa dimakan.

Tepat saat aku mengambil gorengan pertama, tiba-tiba dari ujung jalan terdengar suara sirene yang semakin mendekat. Kulihat sebuah mobil pemadam kebakaran datang dengan kecepatan tinggi, berhenti mendadak tepat di depan halte, hanya beberapa meter dari tempatku duduk.

"Kebakaran, ya?" gumamku sambil celingak-celinguk, mencoba mencari lokasi api yang darurat itu. Aku merasa ada sesuatu yang salah saat melihat tidak ada asap, tidak ada api di sekitarku, bahkan tidak ada bangunan yang tampak terbakar.

Sebelum sempat berpikir lebih jauh, pintu mobil pemadam terbuka, dan petugas dengan sigap mulai mengeluarkan selang besar. Wajah mereka serius, seperti benar-benar sedang dalam misi darurat.

"Woi, woi, kalian mau nyemprot apaan?" tanyaku sambil melambai, merasa mereka salah alamat. Tapi tanpa aba-aba, selang besar itu sudah disambungkan ke mesin, dan fwoooossh!---semburan air besar menyapaku tepat di halte, membuat seluruh tubuhku basah kuyup dalam sekejap.

"Woi! Apa-apaan ini!" Aku berteriak panik. Bungkusan gorengan di tanganku sudah seperti tisu basah yang hancur. Aku terduduk, tak berdaya, sambil menerima nasib diguyur air pemadam kebakaran.

Petugas itu buru-buru berlari ke arahku. "Maaf, Bang, tadi ada laporan asap. Kami kira ada kebakaran di sini."

"Asap? Kebakaran? Mana ada kebakaran di sini!" Aku berteriak, mengangkat tangan tanda protes, tapi sia-sia---aku sudah basah dari ujung kepala sampai kaki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun