Mohon tunggu...
Alkhan
Alkhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis pemula yang mencoba lebih baik

Dengan menulis, wawasan bertambah luas. Dengan membaca, yang sudah luas semakin bertambah luas.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Apa Salahku?

6 November 2024   11:19 Diperbarui: 6 November 2024   11:42 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sore itu, tepat pukul 16.00, Aku duduk di halte bus sambil memeluk erat ransel kesayangannya yang berwarna merah-hitam. Cuaca saat itu hujan turun sangat deras, sehingga bagian bawah celanaku sedikit basah terkena cipratan air. Udara dingin menusuk kulit, namun entah kenapa aku malah merasa sedikit hangat. Ternyata saat itu aku berada di dekat kompor penjual gorengan.

Lima belas menit kemudian, hujan masih tetap mengguyur tempatku berteduh, semakin lama semakin deras bahkan tak tahu kapan akan reda. Saat itu, kumerasakan ada sesuatu yang bergetar dan berbunyi. Kemudian kuraba saku celana, namun bukan berasal dari ponsel. Kucari asal sumber getaran dan bunyi tersebut.

"Owalah... ternyata gue lapar. Pantesan susah dicari tuh sumber getaran," ucapku menertawakan kekonyolan yang terjadi.

Tiba-tiba, seseorang yang tak kukenal menghampiriku dengan senyum aneh. Ia membawa bungkusan berwarna hitam yang membuatku curiga. Ia terus berjalan mendekat ke arahku. Setelah berada di hadapanku, ia memberikan bungkusan hitam itu kepadaku.

"Nih..." ujar pria misterius itu.

"Maaf, Bang, jangan macem-macem ya, nanti saya teriak kenceng nih!" ancamku dengan suara lantang.

Pria itu terus memaksa memberikan bungkusan yang ia bawa kepadaku. Aku tetap melawan dan menolaknya karena khawatir ia memiliki rencana atau niat jahat kepadaku.

"Nih, pegang aja, cepet!" ucap pria misterius itu dengan nada mendesak, makin memaksaku menerima bungkusan hitamnya.

"Aduh, Bang, saya beneran nggak mau!" ujarku, makin waspada. Pikiran negatif langsung melintas. Bisa-bisa aku sedang dijadikan kurir barang ilegal, atau barang ini berisi sesuatu yang menyeramkan. Aku mundur selangkah, siap-siap kabur kalau perlu.

Tiba-tiba pria itu menghela napas, wajahnya berubah dari tegang menjadi putus asa. "Bang... ini gorengan yang udah kamu pesan barusan, gimana sih?" katanya sambil menggaruk kepalanya.

Aku langsung tercengang. Gorengan? Secepat kilat otakku mengingat-ingat. Ah, benar! Tadi, saat sedang menunggu bus, aku melihat penjual gorengan dan, ya ampun, aku memang memesan beberapa gorengan biar nggak bosan menunggu! Saking paniknya, aku sampai lupa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun