Semua anak diperkenalkan satu per satu. Ketika giliran Dito, dia berdiri dengan penuh percaya diri. "Nama aku Dito. Aku suka bermain sepak bola dan makan es krim!"
Semua teman sekelas tertawa dan bertepuk tangan. Namun, kegembiraan Dito berubah menjadi kejutan ketika Bu Ani berkata, "Baiklah, Dito. Sekarang kita akan bermain game mengenal kelas. Semua anak, ambil kertas di bawah bangku kalian."
Dito dengan cepat merogoh bawah bangkunya dan menarik kertas. Tapi yang dia dapatkan bukan kertas, melainkan... sebuah sendal jepit!
"Hah? Sendal jepit? Ini kertasnya di mana, Bu?" tanya Dito dengan wajah bingung.
Bu Ani tertawa kecil. "Sepertinya kamu menemukan sendal jepit yang hilang. Tapi kertasmu ada di dalam laci meja, Dito."
Dito membuka laci mejanya dan menemukan kertas yang dimaksud. Teman-teman sekelasnya kembali tertawa, dan Dito pun ikut tertawa malu.
Setelah game selesai, waktu istirahat pun tiba. Dito dan Beni berlari ke kantin dengan semangat. Mereka membeli jajanan favorit dan duduk di bawah pohon besar sambil makan bersama. Saat sedang asyik makan, tiba-tiba seekor kucing kecil datang mendekat dan mencuri sepotong gorengan dari tangan Dito.
"Hei, itu gorenganku!" seru Dito kaget, tapi kucing itu sudah berlari cepat.
Beni tertawa terbahak-bahak. "Kucing juga suka gorengan, Dito!"
Hari pertama sekolah Dito diwarnai dengan kejutan dan tawa. Meski ada momen kocak yang tak terduga, Dito merasa sangat senang bisa bertemu teman-teman baru dan mengalami petualangan seru di sekolah.
Namun, plot twist terjadi saat Dito pulang ke rumah. Ketika Dito menceritakan tentang hari pertamanya yang seru kepada Bu Rini, ibunya tiba-tiba teringat sesuatu. "Dito, tadi pagi Ibu lupa memberitahumu bahwa kita dapat undangan dari sekolahmu. Ternyata hari ini sekolahmu pindah ke gedung baru!"